Bos Microsoft Ungkap Masa Depan Call of Duty Setelah Akuisisi Activision Blizzard

- Beberapa hari lalu, Microsoft menghebohkan industri game dengan mengakuisisi salah satu penerbit dan pembuat game dari waralaba populer Call of Duty, yakni Activision Blizzard senilai 68,7 miliar dolar AS (sekitar Rp 986 triliun).
Sejak pertama kali dirilis pada 2003 lalu, sebagian besar judul game yang berada di bawah payung Call of Duty selalu hadir di berbagai platform, seperti Windows PC, Xbox dan PlayStation, bahkan hingga smartphone (Android & iOS).
Microsoft sendiri saat ini memiliki dua platform yang memungkinkan pengguna bermain game, yaitu Windows PC, dan utamanya Xbox.
Baca juga: Microsoft Akuisisi Activision Blizzard Senilai Rp 986 Triliun
Lantas, akankah game dari seri Call of Duty di masa depan akan meluncur eksklusif hanya di platform yang berada di bawah naungan Microsoft?
Berdasarkan perbincangan CEO Microsoft Gaming, Phil Spencer dengan para petinggi Sony belum lama ini, hal itu mungkin tak akan terjadi.
"Saya memastikan bahwa kami menghormati semua perjanjian yang ada di dalam perjanjian akuisisi Activision Blizzard dan keinginan kami untuk mempertahankan seri game Call of Duty di platform PlayStation," jelas Phil dalam sebuah postingan melalui handle Twitter @XboxP3.
Had good calls this week with leaders at Sony. I confirmed our intent to honor all existing agreements upon acquisition of Activision Blizzard and our desire to keep Call of Duty on PlayStation. Sony is an important part of our industry, and we value our relationship.
— Phil Spencer (@XboxP3) January 20, 2022
"Sony adalah bagian penting dari industri yang kami sasar dan kami menghargai hubungan yang kami bangun," imbuh Phil.
Baca juga: Call of Duty Mobile Season 11 Ajak Pengguna Perang Bola Salju
Hal ini sejalan dengan pernyataan Sony, begitu juga Activision Blizzard yang menyebut bahwa Microsoft bakal tetap menghadirkan game-game yang berada di bawah payung Activision Blizzard di platform lainnya pasca akuisisi.
"Kami berharap Microsoft akan mematuhi perjanjian kontrak dan terus memastikan game Activision Blizzard hadir secara multi-platform," kata Sony, sebagaimana dikutip KompasTekno dari TheVerge, Senin (24/1/2022).
“Kami akan menghormati semua komitmen yang ada setelah akuisisi rampung dan kami juga tidak berniat untuk menghapus konten atau game apapun dari platform yang sudah ada saat ini," kata Activision Blizzard.
Baca juga: Akuisisi Activision Blizzard, Microsoft Perbesar Peluang di Game Mobile?
Minecraft yang masih ada di platform lain

Apabila ditarik ke belakang, pernyataan-pernyataan ini tampaknya merefleksikan langkah Microsoft beberapa tahun lalu, dan bahkan hingga sekarang, yang tetap menghadirkan game Minecraft di platform lain.
Padahal, pembuat game simulasi populer tersebut, Mojang sudah dipinang pembuatn sistem operasi (OS) Windows tersebut pada September 2014 lalu dengan nilai transaksi senilai 2,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 29 triliun).
Meski demikian, tidak menutup kemungkinan Microsoft bakal menjadikan game terbaru dari seri Call of Duty, begitu juga game anyar lain keluaran Activision Blizzard nantinya, dirilis secara eksklusif di Windows PC dan Xbox.
Baca juga: Saham Sony Anjlok Pasca-Microsoft Akuisisi Activision Blizzard
Pasalnya, perusahaan rintisan Bill Gates tersebut sempat berniat untuk menjadikan beberapa game terbaru, yang dibuat oleh perusahaan game yang mereka akusisi, hanya eksklusif di kedua platform tadi.
Dua di antaranya adalah game terbaru bikinan Bethesda Softworks yang dinanti para penggemar, yaitu Starfield dan The Elders Scrolls VI, yang bakal eksklusif di Windows PC dan Xbox.
Bethesda sendiri sebelumnya sudah dibeli lebih dulu oleh Microsoft melalui akuisisi perusahaan induk studio game tersebut, ZeniMax Media senilai 7,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 108 triliun pada Maret 2021 lalu.
Terkini Lainnya
- 7 Game PS5 Menarik di Sony State of Play 2025, Ada Game Mirip GTA V
- Samsung Pinjamkan 160 Unit Galaxy S25 Series di Acara Galaxy Festival 2025
- 15 Masalah yang Sering Ditemui Pengguna HP Android
- Samsung Gelar Galaxy Festival 2025, Unjuk Kebolehan Galaxy S25 Series lewat Konser dan Pameran
- Apa Beda Login dan Sign Up di Media Sosial? Ini Penjelasannya
- Kenapa Kursor Laptop Tidak Bergerak? Begini Penyebab dan Cara Mengatasinya
- Oppo A3i Plus Resmi, HP Rp 3 Jutaan dengan RAM 12 GB
- 2 Cara Melihat Password WiFi di MacBook dengan Mudah dan Praktis
- Xiaomi Umumkan Tanggal Rilis HP Baru, Flagship Xiaomi 15 Ultra?
- Wajib Dipakai, Fitur AI di Samsung Galaxy S25 Ultra Bikin Foto Konser Makin Bersih
- Ramai Konser Hari Ini, Begini Setting Samsung S24 dan S25 Ultra buat Rekam Linkin Park, Dewa 19, NCT 127
- WhatsApp Sebar Fitur Tema Chat, Indonesia Sudah Kebagian
- Ini Mesin "Telepati" Buatan Meta, Bisa Terjemahkan Isi Pikiran Jadi Teks
- Begini Efek Keseringan Pakai AI pada Kemampuan Berpikir Manusia
- Menutup Aplikasi Latar Belakang Bisa Hemat Baterai HP, Benarkah Demikian?
- Susul Instagram, TikTok Juga Uji Langganan Berbayar
- Kisruh 5G di AS, Ganggu Radar Pesawat hingga Operator Seluler Mengalah
- Opera Bikin Browser Internet Khusus untuk Kripto dan NFT
- Ini Spesifikasi dan Harga Samsung Galaxy A03 di Indonesia
- Samsung Galaxy S22 Dipastikan Meluncur Februari