cpu-data.info

Harga Bitcoin dkk Kembali Anjlok, Apa Penyebabnya?

Ilustrasi mata uang kripto.
Lihat Foto

- Pergerakan aset kripto melemah pada sesi perdagangan Senin (20/9/2021) malam. Harga Bitcoin, Ethereum, serta beberapa token populer DeFi (decentralized finance) anjlok hingga 16 persen.

Anjloknya harga Bitcoin dkk ini dipicu oleh kekhawatiran pasar global oleh potensi kebangkrutan yang dialami oleh Evergrande Group, perusahaan properti kedua terbesar di China.

Pada sesi perdagangan Senin (20/9/2021) sore, harga Bitcoin turun 8,1 persen, membuatnya diperdagangkan di harga sekitar 43.743 dollar AS (kira-kira Rp 622 juta).

Pantauan KompasTekno di situs Coindesk, pada sesi perdagangan hari ini, Selasa (21/9/2021) pagi, harga Bitcoin kembali turun, bahkan sempat menyentuh level 40.400 dollar AS (sekitar Rp 574 juta). Membuat harga Bitcoin jatuh ke level terendah sejak awal Agustus lalu.

Namun, saat berita ini ditulis, harga Bitcoin berangsur naik dan kembali diperdagangkan di harga sekitar 42.800 dollar AS (sekitar Rp 608 juta).

Baca juga: Seperti Inilah Borosnya Listrik Penambangan Bitcoin

Harga Bitcoin anjlok dipicu oleh potensi kebangkrutan perusahaan Evergrande.Coindesk.com Harga Bitcoin anjlok dipicu oleh potensi kebangkrutan perusahaan Evergrande.
Selain berdampak pada Bitcoin, potensi kebangkrutan yang dialami Evergrande juga berimbas pada harga Ethereum, serta token populer DeFi seperti Cardano, Dogecoin, dan Polkadot.

Harga Ethereum sempat diperdangkan di harga di bawah 3.000 dollar AS (sekitar Rp 42,6 juta), tepatnya 2.859 dollar AS (sekitar Rp 40,6 juta) pada Selasa pagi.

Sementara itu, harga Cardano dan Dogecoin terpantau turun lebih dari 10 persen selama 24 jam terakhir ini. Sedangkan, Polkadot turun sekitar 16 persen, menurut CoinMarketCap, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari AlJazeera, Selasa.

Anjlok gara-gara Evergrande?

Anjloknya harga Bitcoin dkk kemungkinan besar dipicu oleh kabar potensi kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan properti raksasa asal China Evergrande Group.

Raksasa properti China ini tengah terlilit utang dalam dalam jumlah yang fantastis, mencapai lebih dari 310 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 4.408 triliun.

"Beberapa orang mengaitkan penurunan mendadak pada Bitcoin dkk dengan situasi Evergrande yang sedang berlangsung di China yang telah menyebabkan gejolak di pasar tradisional," tulis Jonas Luethy, broker aset digital yang berbasis di Inggris.

Baca juga: Penambang Bitcoin Diciduk gara-gara Curi Listrik di Kantor Polisi

Perusahaan dilaporkan memiliki kewajiban membayar dua obligasi (surat utang) terpisah yang jatuh tempo pada akhir pekan ini.

Namun, Evergrande telah mengadakan pembicaraan darurat dengan banyak kreditur (pemberi pinjaman) untuk menunda pembayaran obligasi tersebut.

Sebab, Evergrande tengah menghadapi tekanan likuiditas yang dapat membuat perusahaan gagal memenuhi kewajiban pembayaran surat utang (obligasi) dan jatuh ke dalam proses kebangkrutan.

Padahal, Evergrande sendiri adalah perusahaan properti terbesar kedua di China. Dilaporkan oleh CNBC, Evergrande setidaknya memiliki lebih dari 1.300 proyek real estat di lebih dari 280 kota di China.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat