Data Pengguna Aplikasi E-HAC Kemenkes Diduga Bocor, Kominfo Investigasi
- Kasus kebocoran data kembali terjadi di Indonesia. Kali ini menyangkut data pengguna yang tersimpan di aplikasi Electronic Health Alert (e-HAC) buatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Kasus kebocoran data e-HAC pertama kali diungkap oleh peneliti keamanan siber dari VPNMentor, yang menemukan kebocoran data di aplikasi e-HAC pada 15 Juli lalu.
Dalam sebuah posting-an di blog resmi VPNMentor, data sebanyak 1,3 juta pengguna e-HAC diperkirakan telah terdampak kebocoran data ini. Ukuran data tersebut kurang lebih mencapai 2 GB.
Baca juga: Ini Rincian Data Pengguna e-HAC Kemenkes yang Diduga Bocor
Terkait kabar kebocoran data pengguna aplikasi e-HAC Kemenkes ini, juru bicara Kementerian Kominfo, Dedy Permadi angkat bicara.
"Sedang kami investigasi," kata Dedy melalui pesan singkat kepada KompasTekno, Selasa (31/8/2021).
Dihubungi secara terpisah, Menteri Kominfo, Johnny G. Plate menyarankan untuk menanyakan ke pihak Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sebagai pemimpin sektor keamanan siber di Indonesia.
Kata BSSN
KompasTekno juga sudah berusaha menghubungi pihak BSSN untuk mengonfirmasi dugaan kasus kebocoran data aplikasi e-Hac yang dikembangkan oleh Kemenkes ini.
Juru bicara BSSN, Anton Setiawan menjanjikan akan memberikan informasi lebih lanjut terkait kasus kebocoran data ini, setelah dirinya mengonfirmasi ke bagian kedeputian terkait.
Namun di dalam blog resminya, VPNMentor mengaku sudah memberikan notifikasi terkait dugaan bocornya 1,3 juta data pengguna aplikasi e-HAC ini ke pihak pemerintahan, salah satunya adalah BSSN.
Baca juga: Ini Dugaan Sumber Kebocoran Data 2 Juta Nasabah BRI Life
"Kami menghubungi mereka pada tanggal 22 Agustus dan mereka menjawab pada hari yang sama. Dua hari kemudian, pada 24 Agustus, server dimatikan," tulis VPNMentor.
Aplikasi e-HAC sendiri merupakan Kartu Kewaspadaan Kesehatan versi modern dan menjadi salah satu persyaratan wajib bagi masyarakat ketika bepergian di dalam maupun luar negeri.
VPNMentor mengklaim, aplikasi e-HAC tidak memiliki protokol keamanan aplikasi yang memadai, sehingga rentan ditembus pihak tidak bertanggung jawab.
Pengembang e-HAC disebut menggunakan database Elasticsearch yang dinilai kurang aman untuk menyimpan data.
Kasus ini tidak hanya mengungkap data pengguna e-HAC, tapi juga seluruh infrastruktur terkait e-HAC, seperti data tes Covid-19 yang dilakukan penumpang, data pribadi penumpang, data rumah sakit, hingga data staff e-HAC.
Terkini Lainnya
- iPhone 16 Enggak Selaku iPhone 15?
- Profil IShowSpeed, YouTuber Kenamaan yang Kunjungi Indonesia dan Pecahkan Rekor
- Skor IQ AI Buatan Induk ChatGPT Capai 120, IQ Rata-rata Manusia 100
- Di Indonesia, Youtuber IShowSpeed Pecahkan Rekor "IRL Streaming"
- YouTube Shopping Hadir di Indonesia, Kreator Bisa Pajang Barang Dagangan
- Jepang Siapkan Superkomputer Terkuat di Dunia
- Arti Istilah “Ang Ang Ang” yang Lagi Ramai di TikTok
- Youtuber IShowSpeed Live Streaming di Indonesia, Makan Gorengan dan Nasi Padang
- Cara Mengatasi Airdrop Menunggu Terus Menerus dan Tidak Bisa Menerima Data di iPhone
- Tampilan Control Center iPhone di iOS 18 Bisa Dimodifikasi, Begini Caranya
- Awas! iPad Jangan Update ke iPadOS 18 Dulu, Bisa "Freeze"
- 10 Fitur iOS 18 yang Menarik Dicoba, Bisa Ganti Ikon Aplikasi dan Control Center
- Chat Gamer di Discord Kini Tidak Bisa Diintip Hacker
- Cerita Kontingen E-sports Jabar, Sabet Emas PON Nomor Free Fire meski "Bentrok" Turnamen ASEAN
- Kapal Induk Italia "Cavour" Sandar di Jakarta, Bawa Jet Tempur F-35
- Xiaomi Rilis MIUI 12.5 Enhanced Edition, Apa Bedanya dengan MIUI Biasa?
- Ini Rincian Data Pengguna E-HAC Kemenkes yang Diduga Bocor
- Telegram Makin Populer, Kini Telah Diunduh 1 Miliar Kali
- Data 1,3 Juta Pengguna Aplikasi E-HAC Kemenkes Diduga Bocor
- Kode Redeem Mobile Legends yang Masih Aktif Agustus 2021