FBI Ingatkan Bahaya "Vishing" Mengintai Karyawan yang Kerja dari Rumah
- Selama masa pandemi Covid-19, kebanyakan karyawan bekerja dengan metode jarak jauh (work from home/WFH) dengan mengandalkan video ataupun voice call untuk berkomunikasi hingga meeting.
Masifnya penggunaan panggilan video ataupun suara selama pandemi ini ternyata ikut dimanfaatkan oleh para penjahat siber (cyberciminal) untuk melakukan "vishing" alias voice phising.
Sesuai namanya, vishing adalah upaya manipulasi psikologis di mana penjahat menghubungi korban melalui video atau voice call, dengan berpura-pura menjadi orang -misalnya staf TI- dari perusahaan tempat kerja atau pihak resmi lainnya.
Baca juga: Kejahatan Siber di Indonesia Naik 4 Kali Lipat Selama Pandemi
Tujuannya adalah menggali informasi tertentu, biasanya kredensial login. Biro Investigasi Federal AS (FBI) mengingatkan bahwa cybercriminal belakangan makin sering menggunakan vishing untuk mendapat akses ke data sensitif perusahaan.
Menurut FBI dan Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA), pada pertengahan Juli 2020, para kriminal siber melancarkan serangan vishing besar-besaran dengan sasaran karyawan perusahaan AS yang bekerja dari rumah.
Para aktor ini mencuri kredensial untuk login ke jaringan-jaringan korporasi, lalu menjual informasi tersebut ke kelompok kriminal lain.
Cara kerja vishing
Sebagaimana dihimpun dari ZDnet, FBI dan CISA mengungkapkan sebelum melancarkan serangan vishing, para penjahat ini akan melakukan beberapa persiapan terlebih dahulu.
Pertama, mereka akan membuat situs palsu dengan domain yang mirip dengan perusahaan tempat sang korban bekerja.
Para penjahat kemudian membuat situs phising di domain tersebut, yang didesain agar semirip mungkin dengan halaman login di jejaring internal perusahaan, sehingga kerap kali korban tidak menyadari sedang ditipu.
Situs phising itu mampu mengumpulkan otentikasi dua faktor (2FA), biasanya berupa password akun dan kode khusus yang dikirim melalui SMS. Selain itu, situs phising ini juga bisa mengumpulkan kode One Time Password atau OTP sekali pakai.
Setelah membuat situs phising, cybercriminal juga akan mengumpulkan informasi pribadi terkait sang calon korban, bisa dari jejaring sosial, database publik, bahkan melalui layanan pemeriksaan latar belakang yang tersedia untuk umum.
Baca juga: Dilema Pekerja Keamanan Siber, Banyak Dicari tapi Syarat Berlebihan
Informasi yang mereka kumpulkan meliputi nama, alamat rumah, nomor ponsel, posisi di perusahaan, hingga durasi bekerja di perusahaan. Ini nantinya digunakan untuk meyakinkan korban ketika dihubungi.
Setelah mendapatkan data-data korban, penjahat ini kemudian melancarkan vishing dengan menelepon korban menggunakan nomor telepon Voice-over-IP (VoIP) acak.
"Dalam beberapa kasus, penjahat juga menyamar sebagai karyawan TI tempat korban bekerja dan menggunakan data-data tadi untuk meyakinkannya," kata FBI dan CISA, dihimpun KompasTekno dari ZDNet, Senin (25/1/2021).
Kemudian, mereka menggiring korban untuk mengakses domain phising. "Para aktor kemudian meyakinkan bahwa tautan VPN baru akan dikirim dan korban perlu melakukan login, termasuk menggunakan 2FA atau OTP," kata FBI dan CISA.
Terkini Lainnya
- Sejarah Silicon Valley, Tempat Bersarangnya Para Raksasa Teknologi
- YouTube Rilis Fitur Saweran "Jewels", Mirip Coin di TikTok
- Cara Buat Daftar Isi yang Bisa Diklik Otomatis di Google Docs
- Twilio Ungkap Rahasia Cara Memberi Layanan Pelanggan secara Maksimal
- Berapa Lama WhatsApp Diblokir karena Spam? Ini Dia Penjelasannya
- Fungsi Rumus AVERAGE dan Contoh Penggunaannya
- 2 Cara Menyembunyikan Nomor saat Telepon di HP dengan Mudah dan Praktis
- Kata POV Sering Keliru di Medsos, Begini Arti yang Benar
- Cara Langganan GetContact biar Bisa Cek Tag Nomor Lain
- Samsung Bikin Galaxy S25 Versi Tipis demi Saingi iPhone 17 Air?
- Mana Lebih Baik, Laptop Windows atau Chromebook? Begini Pertimbangannya
- AI Baru Buatan Induk ChatGPT Bisa Ambil Alih Komputer Pengguna
- Kenapa Fitur Find My Device Tidak Berfungsi? Begini Penjelasannya
- Hati-hati, Ini Dia Risiko Pakai Password Sama di Banyak Akun Media Sosial
- Cara Mengubah Tulisan WhatsApp jadi Kecil di iPhone dan HP Android
- Mi Talk Resmi Tutup, Layanan Disetop Februari 2021
- 1,2 Juta Akun PUBG Mobile Diblokir Permanen, Ini Alasannya
- Bos WhatsApp: Kami Sadar Kebijakan Baru Membingungkan Pengguna
- Xiaomi Kembalikan Webcam ke Laptop Mi Notebook 14
- Pemerintah India Minta WhatsApp Batalkan Kebijakan Privasi Baru