Startup Digital di Daerah Tak Kalah Potensial
SOLO, - Siapa tidak kenal startup unicorn Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, Ovo, atau Gojek? Bahkan nama terakhir kini sudah berstatus sebagai decacorn, alias startup dengan total valuasi di atas 10 miliar dollar AS.
Namun, Indonesia masih memiliki ribuan startup yang tersebar di seluruh tanah air. Tidak sedikit dari mereka juga memiliki ide atau inovasi yang tak kalah menarik dari startup unicorn dan decacorn.
Salah satunya dibuat oleh SOKU, startup lokal asal Solo, Jawa Tengah, yang bergerak di bidang food commerce. SOKU saat ini sedang mengembangkan autonomous self-driving car atau mobil tanpa awak.
Rencananya, mobil tersebut akan digunakan sebagai "warung berjalan" yang bisa melayani pembeli tanpa perlu ada pegawai manusia.
"Kita akan melakukan uji coba prototype Januari nanti," jelas Soekma A Sulistyo, founder SOKU.
Pengembangan autonomous self driving tersebut hanya contoh kecil dari inovasi yang ditelurkan perusahaan rintisan lokal. Kemungkinan masih banyak inovasi startup lokal lain yang belum terindetifikasi.
Berbeda dengan startup besar, startup lokal yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia jauh dari kata "sempurna". Sempurna dalam hal ini adalah ekosistem yang terbangun, belum optimal.
Di Solo misalnya, belum ada inkubator dan akselerator yang mumpuni. Inkubasi adalah program yang fokus pada pematangan ide dan produk suatu startup.
Dalam inkubasi, startup akan mengenalkan diri di depan investor, memperkenalkan produk, serta model bisnisnya. Mereka lalu mendapatkan mentoring untuk mempercepat pertumbuhan bisnisnya.
Sementara program akselerasi menyasar startup yang lebih matang dan membantu mereka memvalidasi ke pasar. Soekma menambahkan, para founder startup yang ingin masuk inkubator dan akselerator harus menuju kota besar, seperti Jakarta atau Surabaya, yang tentu memakan ongkos tidak sedikit.
"Kemudian venture capital, enggak ada di Solo, adanya di kota besar seperti Jakarta dan Bandung," jelas Soekma ketika berbincang dengan KompasTekno di Solo, Jawa Tengah.
Baca juga: Mengenal Solocon Valley, Sekolah Startup di Solo Jawa Tengah
Soekma yang juga menjadi salah satu inisiator komunitas startup Solocon Valley, mengatakan bahwa di Solo, hanya ada sekitar lima startup yang bisa disebut stabil, dalam artian sudah memiliki pasar dan memperoleh pendapatan.
Jikapun ada venture capital, lanjut Soekma, konsep pendanaannya masih konvensional, tidak cocok dengan model bisnis startup.
Gaji rendah bikin SDM pindah
Masalah tidak cukup sampai di ekosistem yang belum optimal. Di Solo, kebutuhan programer yang cakap juga belum tercukupi.
Terkini Lainnya
- Cara Login Akun BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO di HP Android dan iPhone
- Sony Mulai Jual Konsol PlayStation 5 Versi Refurbished, Hemat Rp 1 Jutaan
- Google Menang Gugatan di Uni Eropa, Batal Bayar Denda Rp 25 Triliun
- Cara Cek Aktivitas Login Akun Instagram biar Aman
- Mengenal Sehat Sutardja, Pionir di Balik Kesuksesan Marvell Technology
- Advan 360 Stylus Pro Resmi di Indonesia, Laptop Convertible Harga Rp 7 Juta
- HP Realme 13 Pro 5G dan 13 Pro Plus 5G Resmi di Indonesia, Harga Rp 6 Jutaan
- Cara Bikin Ikon Aplikasi iPhone di iOS 18 Jadi Menarik, Warna dan Ukurannya Bisa Diganti
- Pionir Semikonduktor Modern Sehat Sutardja Meninggal Dunia
- Bagaimana Cara Registrasi Kartu Telkomsel? Ini Dia Langkah-langkahnya
- Mirip TikTok Shop, YouTube Shopping Juga Bisa buat Jualan dan Belanja
- Bikin Video YouTube Shorts Sekarang Lebih Praktis, Dibantu AI
- Mau Dapat Cuan Lebih dari YouTube Shopping? Ini Syaratnya
- Microsoft Perbarui AI Copilot, Ada Fitur Kolaborasi Serupa Freeform
- iPhone 16 Enggak Selaku iPhone 15?
- Miliarder Pengembang Game Asal China Meninggal Akibat Diracun
- Natal 2020, Pelanggan Telkomsel Perbanyak Browsing Kurangi Belanja Online
- Grab Ingin Jadi Pemimpin Jika Gojek-Grab Merger
- Oppo Reno5 Meluncur 12 Januari 2021 di Indonesia
- Laptop dan PC Kekurangan Stok, Diprediksi Baru Pulih pada 2022