Apakah Blokir Huawei Bakal Dicabut Setelah Trump Lengser?
- Politisi Partai Demokrat AS, Joe Biden dan wakilnya Kamala Harris memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat 2020. Biden dan Harris mendapatkan 290 suara elektoral dan dipilih oleh lebih dari 74 juta rakyat AS.
Kemenangan Biden tentu sedikit banyak akan membawa perubahan ke gaya politik luar negeri AS. Selama empat tahun kepemimpinannya, Trump dikenal sangat sengit dengan pemerintah China.
Kedua negara itu pun terjebak dalam perang dingin teknologi yang belum mereda hingga kini. Sejumlah kebijakan ditelurkan untuk menjegal China, baik di Negeri Paman Sam sendiri maupun negara sekutunya.
Salah satunya adalah pembatasan hingga pemblokiran sejumlah teknologi buatan China, seperti teknologi buatan Huawei, TikTok, dan WeChat. Lantas, apakah nasib produsen China akan berubah di bawah kepemimpinan Biden?
Berubah, tapi tidak banyak
Menurut anggota kongres, Frank, kebijakan AS terhadap China di bawah Biden akan berubah dibanding Trump. Namun perubahan itu tidak serta merta "membebaskan" China dari pusaran konflik dengan AS.
Menurut Frank, Biden akan sedikit melunak dan perlahan melepaskan pembatasan ekspor teknologi ke China dengan imbalan konsesus tertentu dari Beijing, terutama untuk perusahaan teknologi di AS.
"Namun melenyapkan kebijakan anti-Huawei secara sepihak tidak mungkin dilakukan di AS, bahkan jika dia (Biden) ingin melakukannya," kata Frank, seperti dirangkum dari Asia Times.
Kebijakan sama, implementasi berbeda
Sentimen anti produk teknologi China kemungkinan sudah terbentuk di benak para pemimpin AS.
Dalam sebuah survei yang dipublikasikan Center for Strategic and International Studies (CSIS), 71 persen pemimpin di AS meyakini bahwa perusahaan China harus dilarang untuk berpartisipasi dalam pasar 5G di AS.
Lebih dari separuhnya, mengatakan bahwa Washington harus melarang semua ekspor China.
Penasihat senior bidang Bisnis China dan Ekonomi dari CSIS, Scott Kennedy, mengatakan bahwa Biden butuh membuat kebijakan yang memadukan antara kerja sama dan tekanan kepada Beijing.
"Orang-orang perlu memahami bahwa kebijakan AS sangat terpengaruh oleh apa yang dilakukan pemerintah China. Jika China melanjutkan kebijakan yang mereka implementasikan sekarang,... dengan rencana 5-15 tahun ke depan (dalam bidang iptek), strategi itu akan menimbulkan respons negatif dari AS dan pihak lain," jelas Kennedy, dirangkum dari Nikkei Asia.
Baca juga: Hak Spesial Donald Trump di Twitter Bakal Dicabut jika Kalah Pemilu
Terkini Lainnya
- Xiaomi Redmi 14R Meluncur dengan Snapdragon 4 Gen 2, mulai Rp 2 Jutaan
- ZTE Nubia V60 Design Resmi di Indonesia, HP "Boba" Harga Rp 1 Jutaan
- Tablet Infinix Xpad Versi 4G Resmi di Indonesia, Ini Harganya
- Terungkap, Hacker Pembobol Indodax dari Korea Utara
- Realme P2 Pro Meluncur, Spesifikasi Serba "Naik Kelas"
- Cara Jadwalkan Kirim Pesan Gmail di PC dan HP
- Kode Cek Nomor Telkomsel dan Cara Menghubunginya
- Cara Buat Menu Ceklis di Google Docs untuk Keperluan Dokumen
- Jawa Barat Sabet Medali Emas PON XXI Cabor E-sports Nomor Free Fire
- 3 Cara Cek Kesehatan Baterai Macbook dengan Mudah dan Praktis
- Cara Hapus Cache dan Riwayat Pencarian di Google Chrome
- Menpora Sebut Arena E-sports Jadi Venue Terbaik PON XXI 2024
- Game "Celestia: Chain of Fate" Bikinan Indonesia Rilis di PC dan Nintendo Switch
- Cara Mengatasi Akun Tidak Diizinkan Menggunakan WhatsApp, Jangan Panik
- Apple Intelligence Tak Bisa Digunakan di China dan Eropa, Kenapa?
- Zuckerberg Dikecam karena "Pemilih Gaib", Warganet Indonesia Usulkan Jadi Mendikbud
- Deklarasi Kemenangan Trump di Pilpres AS 2020 "Disukai" 1 Juta Orang
- Twit "Protes Pilpres AS" Trump Ditandai dan Disembunyikan Twitter
- Kamera "Full Frame" Terkecil Sony A7C Masuk Indonesia
- Xiaomi Pamer Kamera "Telescopic" untuk Ponsel