Pengamat: Super WiFi untuk Daerah 3T Perlu Persiapan Khusus

- Rencana pemanfaatan Super WiFi untuk menanggulangi kesenjangan akses teknologi di kawasan tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) Indonesia dinilai perlu dipersiapkan khusus.
Pengamat telekomunikasi, Nonot Harsono, mengatakan, pemerintah harus bisa memastikan keterjangkauan backhaul dari tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, hingga setiap rumah terdistribusi dengan baik.
Backhaul adalah jaringan penghubung antara jaringan utama (backbone) dengan pemancar seperti BTS.
Nonot juga mengatakan, wilayah 3T di Indonesia memiliki jarak antar-rumah yang cukup jauh satu sama lain.
"Jadi yang harus diteliti, sesuai atau tidak penerapan Super WiFi ini dengan di lapangan? Bukan soal Super WiFi-nya, tetapi backhaul-nya itu yang dipertanyakan," ujar Nonot.
Nonot menuturkan bahwa jarak antar-kampung desa di wilayah 3T bisa sekitar 200 km hingga 300 km antardesa. Rumah-rumah pun jaraknya berjauhan, dan tak sedikit desa yang hanya terdiri dari beberapa rumah.
Baca juga: Kominfo Siapkan Internet Gratis Super WiFi, Apa Itu?
Nonot juga mempertanyakan ketersediaan Super WiFi yang disiapkan pemerintah dengan daya beli penduduk terhadap perangkat teknologi.
Nonot menyarankan, apabila untuk menyamaratakan kesenjangan teknologi, lebih baik pemerintah juga memberikan subsidi gadget atau perangkat teknologi bagi para penduduk yang tidak mampu membeli gadget.
Secara garis besar, Nonot mengungkapkan, terdapat dua langkah besar yang perlu dipertimbangkan pemerintah.
Langkah pertama, menurut Nonot, adalah memastikan aksesnya terlebih dulu dan memastikan bahwa Super WiFi ini adalah motif pemberdayaan atau motif bisnis.
"Kedua, adalah pertimbangan utilisasi atau pemanfaatan. Apabila pemerintah menyediakan Super WiFi, tetapi masyarakat tidak memiliki gadget," kata Nonot.
Ia juga mengatakan, jika rencana pemanfaatan Super WiFi ini tidak rinci, investasinya terancam sia-sia.
"Sebaiknya harus detail sekali, sampai rencana pemanfaatan hingga rencana menggratiskan layanan," lanjut Nonot.
Berbeda halnya dengan Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M Edward.
Baca juga: Jangan Salah Arti, Ini Bedanya Jaringan 5G dengan WiFi 5G
Menurut Ian, salah satu hal yang harus dipersiapkan dalam pemanfaatan Super WiFi ini adalah persiapan SDM.
Terkini Lainnya
- Netflix Buka Restoran, Bawa Konsep Serial dan Film Populer
- 2 Cara Menghentikan SMS Spam Iklan Pinjol yang Mengganggu
- Cara Blokir SMS Spam dan Promosi di HP Samsung
- MSI "Pede" Jual Konsol PC Handheld Lebih Mahal dari Asus dan Lenovo
- 4 Cara Bikin Kartu Ucapan Lebaran 2025 untuk Hampers, Cepat dan Bisa Cetak Sendiri
- Unboxing Moto G45 5G, HP Pertama Motorola "Comeback" ke RI
- Tablet "Flagship" Huawei MatePad Pro13.2 Meluncur, Bawa Fitur Olah Dokumen Level PC
- Motorola Resmi Kembali ke Indonesia, Bawa HP Moto G45 5G
- Ponsel Lipat Huawei Mate X6 Meluncur, Harga Rp 31 Jutaan
- Huawei Mate XT Ultimate Resmi Rilis Global, Smartphone Lipat Tiga Harga Rp 60 Juta
- Cara Menghapus Cache di HP Xiaomi dengan Mudah dan Praktis
- iPhone SE Tidak Ada Lagi, Ini Gantinya?
- Begini Kemampuan AI di PC Gaming Handheld MSI Claw 8 AI Plus
- Bocoran 4 Saudara Kembar Oppo Find X9
- 2 Cara Beli Tiket Kapal Feri Online untuk Mudik Lebaran 2025, Mudah dan Praktis
- Fitur NFC di Vivo V20 Bisa Jadi Pengganti Kartu Akses
- Punya Gameplay yang Mirip, Ini Bedanya "Genshin Impact" dengan "Honkai Impact 3"
- Ini Fitur-fitur Unggulan Kamera Vivo V20 dan V20 SE
- Trafik Data Tri Terdongkrak 25 Persen Selama Pandemi
- Kominfo Siapkan Internet Gratis Super WiFi, Apa Itu?