Persiapan 5G di Indonesia Dinilai Tertinggal dari Malaysia dan Thailand
- Menurut laporan indeks adopsi 5G, Indonesia cukup tertinggal dibanding negara tetangga dalam urusan kesiapan jaringan 5G. Indonesia berada di belakang Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Dari 12 negara dalam daftar, Indonesia menempati urutan ke-11, unggul satu peringkat di atas Filipina.
Indonesia mendapat poin 37,2, lebih kecil dibanding Vietnam yang mendapat poin 39,9. Sementara Malaysia, mendapat poin 50,3 dan Thailand 40,9 poin.
Ivan Samuels, peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan faktor penting yang membuat Indonesia tertinggal adalah minimnya permintaan dan infrastruktur 5G.
"Masih banyak PR yang harus kita kebut ke depan," kata Ivan dalam acara Unlocking 5G Potential for Digital Economy in Indonesia yang digelar lewat Zoom, pada Kamis (24/9/2020).
Ivan mengatakan, idealnya, jaringan 5G di Indonesia digelar paling lambat tahun 2023. Sebab, dari hasil penelitian menunjukkan jaringan 5G berpeluang menyumbang 9,3 - 9,5 persen terhadap product domestik bruto (PDB) Indonesia yang diproyeksikan mencapai Rp 2.802 - Rp 2.874 triliun pada tahun 2030.
Baca juga: Kalau 5G Telat Hadir, Indonesia Diprediksi Bisa Rugi Rp 1.600 Triliun
Apabila tidak segera diimplementasikan, Ivan mengatakan Indonesia akan mengalami potential loss atau kehilangan potensi ekonomi besar yang diakumulasikan senilai Rp 1.600 triliun pada tahun 2030.
"Tapi kita juga harus realistis bahwa ada beberapa kendala, khususnya intrafungsi, kompensasi dan segala macam," imbuh Ivan.
"Dengan masuknya 5G sebagai prioritas nasional maka akan mempermudah koordinasi dan birokrasinya menjadi lebih jelas dan mudah, khususnya untuk mempromosikan industri serta daya saing industri," jelas Ivan.
Ia juga menilai pemerintah bisa membuat rencana Koneksivitas dan Broadband Nasional 2021-2025 untuk menstimulasi permintaan dan pasokan layanan baru.
Ivan kemudian mengusulkan skema insfrastructure sharing atau berbagi infrastruktur dan menguatkan kolaborasi antara pemerintah pusat, lokal, dan perusahaan BUMN.
"Tapi perlu diperhatikan karena 5G membutuhkan dana yang besar untuk deployment kita harus membuat metode assignment yang tidak memberatkan operator seluler, sehingga keberlangsungan bisnis tetap bisa terjaga.
Baca juga: Jangan Salah Arti, Ini Bedanya Jaringan 5G dengan WiFi 5G
Tidak mau mengulangi kesalahan
Ismail, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang turut hadir dalam acara tersebut mengatakan untuk menggelar 5G tidak cuma frekuensi yang disiapkan, tapi juga end-to-end ecosystem.
Terkini Lainnya
- Aplikasi ChatGPT Kini Hadir untuk Semua Pengguna Windows, Tak Perlu Bayar
- Apa Itu Spam di WhatsApp? Ini Penjelasan dan Ciri-cirinya
- Casio Umumkan Ring Watch, Jam Tangan Cincin Harga Rp 2 Juta
- Cara Menghapus Akun Facebook yang Sudah Tidak Dipakai, Mudah dan Praktis
- HP "Underwater" Realme GT 7 Pro Rilis Global, Ini Spesifikasinya
- Yahoo Mail Kebagian Fitur AI, Bisa Rangkum dan Balas E-mail Langsung
- Perbedaan Chromebook dan Laptop Windows yang Perlu Diketahui
- Oppo Reno 13 Series Meluncur Sebentar Lagi, Ini Tanggal Rilisnya
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- China Pamer Roket yang Bisa Dipakai Ulang, Saingi Roket Elon Musk
- 10 Cara Mengubah Tulisan di WhatsApp Menjadi Unik, Mudah dan Praktis
- Ini Dia, Jadwal Rilis Global dan Daftar HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS 2
- 2 Tim Indonesia Lolos Grand Final "Free Fire" FFWS Global 2024 di Brasil
- Hati-hati, Hacker Gunakan File ZIP untuk Menyusup ke Windows
- Dua Perangkat Apple Ini Sekarang Dianggap "Gadget" Jadul
- Alasan Orang Indonesia Sering Jadi Korban Penipuan lewat Modus OTP
- Spesifikasi dan Harga Asus ROG Phone 3 di Indonesia
- Asus ROG Phone 3 Resmi di Indonesia, Harga Mulai Rp 10 Juta
- Kalau 5G Telat Hadir, Indonesia Diprediksi Bisa Rugi Rp 1.600 Triliun
- Tokyo Game Show 2020 Dibuka Sore Ini, Begini Cara Menontonnya