RUU PDP, Perusahaan yang Jual Data Pribadi Bisa Dipidana

- Rancangan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi yang diserahkan Kemenkominfo ke DPR RI juga mengatur pidana bagi perusahaan atau korporasi yang memperjualbelikan data pribadi.
Definisi korporasi dalam hal ini adalah kumpulan orang dan/ atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum sesuai peraturan perundang-undangan.
Sementara,data pribadi adalah setiap data tentang seseorang, baik yang teridentifikasi dan/atau dapat diidentifikasi secara tersendiri, atau dikombinasi dengan informasi lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sistem elektronik dan/atau non-elektronik.
Baca juga: RUU PDP, Ancaman Denda Puluhan Miliar Menanti Penjual dan Pemalsu Data Pribadi
Aturan pidana itu tercantum dalam Bab XIII Pasal 66 hingga Pasal 68. Jika tindak pidana (dijelaskan di Pasal 61- 64) dilakukan oleh korporasi, maka pidana dapat dijatuhkan kepada pengurus, pemegang kendali, pemberi perintah, pemilik manfaat, dan/atau Korporasi.
Namun, menurut salinan dokumen RUU PDP yang didapat KompasTekno, Rabu (29/1/2020) pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya berupa denda, bukan hukuman kurungan penjara, sebagaimana tercantum dalam Pasal 66 ayat 2.
Selain pidana denda, korporasi yang ketahuan melanggar aturan data pribadi, seperti menyebar dan memperjualbelikan, juga bisa dijatuhi hukuman pidana tambahan.
Pidana tambahan bisa berupa perampasan keuntungan dan/atau harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana, pembekuan seluruh atau sebagian usaha, penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha, melaksanakan kewajiban yang telah dilalaikan, dan ganti kerugian.
Sementara di Pasal 67 mengatur soal jangka waktu untuk membayar denda, yakni 1 (satu) bulan sejak putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Jika ada alasan kuat, maka jangka waktu bisa diperpanjang lagi dalam waktu hingga 1 (satu) bulan.
Baca juga: RUU PDP, Sebarkan Data Pribadi Orang Lain Bakal Didenda Rp 20 Miliar
Kegagalan membayar dalam jangka waktu yang telah ditetapkan bisa membuat jaksa menyita dan melelang harta kekayaan atau pendapatan terpidana, untuk
melunasi pidana denda yang tidak dibayar.
Kemudian, jika penyitaan dan pelelangan harta kekayaan tidak cukup atau tidak
memungkinkan untuk dilaksanakan, maka pidana diganti dengan penjara. Lamanya pidana penjara ditentukan oleh hakim, dicantumkan dalam putusan pengadilan.
Pasal 68 terdiri atas dua ayat.
Ayat pertama mengatur bahwa, jika penyitaan dan pelelangan harta kekayaan atau pendapatan terpidana lorporasi tidak cukup untuk melunasi denda, korporasi dikenakan pidana pengganti berupa pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan usaha untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun.
Ayat kedua menyebut lamanya pembekuan ditentukan oleh hakim, dicantumkan dalam putusan pengadilan.
Terkini Lainnya
- Bocoran Spesifikasi HP Xiaomi 15 Ultra, Bawa Kamera Periskop 200 MP
- Ketika Google Mencibir, OpenAI Justru Meniru DeepSeek
- Harga ChatGPT Plus dan Cara Berlangganannya
- Ponsel Lipat Tiga Huawei Mate XT Ultimate Hiasi Bandara Kuala Lumpur Malaysia
- 9 Cara Mengatasi WhatsApp Tidak Ada Notifikasi kalau Tidak Buka Aplikasi
- Fenomena Unik Pakai Apple Watch di Pergelangan Kaki, Ini Alasannya
- 3 Cara Beli Tiket Bus Online buat Mudik Lebaran 2025, Mudah dan Praktis
- Instagram Uji Tombol "Dislike", Muncul di Kolom Komentar
- Video: Hasil Foto Konser Seventeen di Bangkok, Thailand, dan Tips Rekam Antiburik
- ZTE Blade V70 Max Dirilis, Bawa Baterai 6.000 mAh dan Dynamic Island ala iPhone
- 4 HP Android Murah Terbaru 2025, Harga Rp 2 juta-Rp 3 jutaan
- Cara Cek Numerologi di ChatGPT yang Lagi Ramai buat Baca Karakter Berdasar Angka
- 61 HP Samsung yang Kebagian One UI 7
- AMD dan Nvidia Kompak Umumkan Tanggal Rilis GPU Terbarunya
- 15 Masalah yang Sering Ditemui Pengguna HP Android