OS Harmony Pengganti Android Diprediksi Salip Linux Tahun Ini

- Setelah diembargo oleh Amerika Serikat, Huawei mengatakan akan mengganti sistem operasi Android di produk buatannya dengan sistem operasi buatan sendiri, yakni Harmony OS atau HongMeng.
Kini, OS tersebut diprediksi akan menjadi sistem operasi yang mengungguli Linux pada 2020 ini. Berdasar riset Counterpoint, Harmony OS diprediksi bakal menjadi OS kelima terpopuler di dunia.
Counterpoint memprediksi OS Harmony bakal memiliki pangsa pasar 2 persen pada 2020. Sementara urutan OS terbesar dunia saat ini adalah Android (39 persen), Windows (35 persen), iOS (13,87 persen), macOS (5,92 persen), dan Linux (0,77 persen).
Baca juga: Tak Percaya Google, Facebook Bikin OS Pengganti Android
Faktor keamanan menjadi salah satu keunggulan Harmony OS. Seperti yang dikatakan oleh Huawei Senior Vice President Public Affair, Joy Tan.
Menurutnya, OS Harmony memiliki lebih sedikit baris kode, namun tingkat keamanannya lebih baik dibanding OS mobile yang ada saat ini.
Siap dipasang di smartphone Huawei
Sementara pendiri Huawei, Ren Zhengfei di forum ekonomi dunia yang digelar di Davos, Swiss, mengatakan bahwa OS Harmony telah aktif, dan ke depannya siap dipasang di produk tablet dan smartphone Huawei.
Sebelumnya, OS Harmony pertama kali dipasang di perangkat smart TV Huawei, yakni Honor Vision pada Agustus 2019. Huawei berharap Harmony OS sepenuhnya menjadi OS open source pada Agustus 2021.
Baca juga: Ini Dia Gadget Pertama Pengusung OS Harmony
Meski belum ada kepastian kapan OS ini akan dipasang di smartphone atau tablet, namun dikutip KompasTekno dari Gizchina, Jumat (24/1/2020), OS Harmony dan ekosistem HMS Ecology tetap menjadi prioritas pengembangan Huawei.
Sebelumnya, President of Huawei Consumer Business Software, Wang Chenglu sempat mengatakan bahwa Huawei masih akan menggunakan OS Android. Pihaknya akan menggunakan Harmony OS jika kondisinya sudah mendesak.
Untuk mengembangkan ekosistem Harmony, Huawei juga menggelar program insentif bernilai 1 miliar dollar AS (Rp 14 triliun), untuk menarik developer agar membuat aplikasi yang didistribusikan lewat toko Huawei App Gallery.
Huawei turut menjanjikan revenue sharing sebesar 85 persen untuk developer yang memajang aplikasinya di toko App Gallery.
Baca juga: Jurus Huawei Bertahan Tanpa Google
Persentase pendapatan yang bakal diperoleh developer tersebut lebih besar dibandingkan revenue sharing di Google Play Store maupun Apple App Store sebesar 70 persen.
Jervis Su, Vice President Consumer Mobile Services Huawei di ajang peluncuran Mate 30 Pro di Munich, Jerman pada 2019 lalu mengatakan bahwa Huawei Mobile Service kini sudah eksis selama lebih dari 5 tahun di China dan lebih dari 2 tahun di luar China.
Jumlah developer-nya di seluruh dunia mencapai kisaran 1 juta dengan jumlah aplikasi lebih dari 45.000.
Terkini Lainnya
- Hadiah Kompetisi E-sports EWC 2025 Tembus Rp 1 Triliun
- iPhone 6s Kini Masuk Kategori HP Lawas
- Meta Tambah Keamanan Akun Remaja Instagram Indonesia, Batasi Live dan DM
- Arti Logo XLSmart, Operator Seluler Hasil Merger XL-Smartfren
- XLSmart Resmi Beroperasi, Janjikan Peningkatan Layanan
- Cara Cek Tilang ETLE via Online
- Video Lama Ungkap Alasan Bos Apple Pilih Rakit iPhone di China
- 10 HP Terlaris di Indonesia
- 50 Ucapan Jumat Agung 2025 Penuh Kasih dan Harapan buat Dibagikan ke Medsos
- Mobile Legends Kolaborasi dengan Naruto, Ada Skin Sasuke, Kurama, dll
- 2 Cara Reset Explore Instagram biar Lebih Sesuai Minat
- Arti Kata “Stecu”, Bahasa Gaul yang Lagi Viral di TikTok
- Alamat URL Google Search di Semua Negara Akan Disamakan
- 40 Link Download Twibbon Jumat Agung 2025 buat Peringati Kematian Yesus Kristus
- Bill Gates Pamer Kode Pertama Microsoft, Ada 150 Halaman