Huawei Sarankan Indonesia Pakai Frekuensi Rendah untuk 5G

PARIS, - Sejumlah negara tengah mengembangkan jaringan 5G, tak terkecuali Indonesia. Masing-masing memiliki tantangan sendiri, terutama pada infrastruktur yang disesuaikan dengan geografi negara.
Indonesia misalnya, secara geografis memiliki luas wilayah yang sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau.
Menurut Profesor Merouane Debbah dari Huawei Mathematical and Algorithmic Sciences Lab, secara umum, penggunaan frekuensi rendah lebih baik dibanding penggunaan frekuensi yang lebih tinggi untuk penerapan 5G di Indonesia.
Baca juga: Bersiap Menyambut Era 5G di 2019
"Kenapa? Karena ukuran infrastrukturnya juga bergantung pada frekuensi," jelas Debbah dalam sebuah konferensi terbatas bersama Huawei yang membahas seputar jaringan 5G di Paris, Perancis, pekan lalu.
Frekuensi rendah memiliki jangkauan yang lebih jauh dibandingkan frekuensi tinggi sehingga memaksimalkan cakupan jaringan (coverage). Jika menggunakan frekuensi tinggi, lanjut Debbah, maka dibutuhkan usaha ekstra untuk memperluas jangkauan.
"Untuk kasus di Indonesia, di mana negaranya sangat besar, frekuensi yang rendah akan lebih baik. Saat ini frekuensi yang cocok ada di 3,4 hingga 3,8 GHz yang cukup masuk akal," jelas Debbah.

Namun, meski memiliki jangkauan yang lebih jauh, Debbah mengatakan frekuensi rendah juga memiliki kekurangan berupa potensi kecepatan yang tak sekencang frekuensi tinggi.
Baca juga: Huawei Gelar Jaringan 5G Komersial di Barcelona
"Frekuensi yang sangat rendah tidak memiliki banyak bandwidth, itu masalahnya," ujar Debbah.
Pemerintah Indonesia sendiri berencana akan menguji coba pita frekuensi tinggi dan rendah, yakni 26 GHz dan 3,5 GHz pada tahun ini dan berencana melelang frekuensi 5G pada tahun 2022.
Kembali ke Huawei, vendor infrastruktur jaringan asal China tersebut memang antusias menyambut jaringan 5G sejak tahun 2009.
Huawei telah menginvestasikan 2 milliar dollar AS sejak tahun 2009 untuk mengembangkan teknologi 5G yang berkutat pada arsitektur jairngan, penggunaan spektrum, teknologi antarmuka udara, purwarupa, dan sebagainya.
Mereka juga telah menjalin kerja sama dengan beberapa operator global untuk merealisasikan 5G, seperti China Mobile, Vodafone, XL Axiata, SingTel, Deutsche Telekom, Etisalat, Telefónica, TeliaSonera, and SoftBank.
Dari segi produk, Huawei juga telah meluncurkan Huawei Mate X yang didukung chip modem 5G Balong 5000 bikinan Huawei sendiri.
Baca juga: Huawei Mate X Meluncur, Ponsel Layar Lipat 5G Pesaing Galaxy Fold
Balong 5000 tersebut diklaim sebagai chip modem pertama yang mampu meraih benchmark industri tertinggi untuk kecepatan unduhan di jaringan 5G dengan kecepatan 4,6 Gbps di frekuensi Sub-6GHz.
Huawei juga berinvestasi dalam pengembangan 5G di beberapa negara dan telah melakukan uji coba, seperti di China, Singapura, Malaysia, Italia, Monaco, dan Jerman.
Terkini Lainnya
- Arti Logo XLSmart, Operator Seluler Hasil Merger XL-Smartfren
- XLSmart Resmi Beroperasi, Janjikan Peningkatan Layanan
- iPhone 6s Kini Masuk Kategori HP Lawas
- Cara Cek Tilang ETLE via Online
- Video Lama Ungkap Alasan Bos Apple Pilih Rakit iPhone di China
- 10 HP Terlaris di Indonesia
- 50 Ucapan Jumat Agung 2025 Penuh Kasih dan Harapan buat Dibagikan ke Medsos
- Mobile Legends Kolaborasi dengan Naruto, Ada Skin Sasuke, Kurama, dll
- 2 Cara Reset Explore Instagram biar Lebih Sesuai Minat
- Arti Kata “Stecu”, Bahasa Gaul yang Lagi Viral di TikTok
- Alamat URL Google Search di Semua Negara Akan Disamakan
- 40 Link Download Twibbon Jumat Agung 2025 buat Peringati Kematian Yesus Kristus
- Bill Gates Pamer Kode Pertama Microsoft, Ada 150 Halaman
- Google Resmi Naikkan Standar, HP Android Storage 16 GB Gigit Jari
- Daftar HP yang Mendukung eSIM Indosat