Penjualan iPhone Lesu, Apple Salahkan Program Ganti Baterai

- CEO Apple, Tim Cook mengirim rilis ke para investornya beberapa waktu lalu. Di dalamnya dua mengumumkan adanya revisi pedoman laporan pendapatan pada kuartal fiskal pertama yang berakhir Desember lalu.
Cook menyampaian adanya penurunan target pendapatan pada periode tersebut yang berbeda dari ekspektasi awal. Beberapa menit sebelum pengumuman itu tersiar, saham Apple merosot dalam sesi perdagangan after-hours.
Cook mengatakan penurunan pendapatan itu sebagian besar diakibatkan oleh lesunya penjualan iPhone yang menjadi mesin uang utama Apple. Dia turut menjelaskan ada beberapa faktor di balik kiprah iPhone yang tak sesuai harapan.
Salah satunya yang disalahkan adalah program penggantian baterai untuk iPhone lama yang diadakan Apple awal tahun 2018 lalu. "Sebagian pelanggan memanfaatkan diskon penggantian baterai," sebut Cook, dirangkum KompasTekno dari Business Insider, Jumat (4/12/2019)
Apple menggelar program diskon penggantian baterai untuk iPhone yang sudah di luar masa garansi, mulai iPhone 6 dan model sebelumnya, pada akhir 2017 hingga 31 Desember 2018 lalu.
Baca juga: Punya iPhone 6 Rusak? Anda Beruntung
Program ini merupakan cara Apple meredam kemarahan pengguna iPhone setelah perusahaan tersebut sengaja memperlambat iPhone lawas lewat update software untuk menyembunyikan masalah kinerja baterai yang menurun.
Harga baterai dalam program itu mendapat korting besar dari harga normal 79 dollar AS menjadi 29 dollar AS. Walhasil, banyak calon pembeli iPhone baru yang mengurungkan niatnya dan lebih memilih untuk bertahan dengan perangkat lama lewat penggantian baterai.
Inilah, antara lain, yang dituding sebagai salah satu biang keladi pendapatan Apple diproyeksikan meleset sebesar 9 miliar dollar AS pada kuartal fiskal pertama, dari 93 miliar dollar AS menjadi 84 miliar dollar AS.
Selain itu ada juga faktor-faktor lain seperti kesulitan perangkat mahal di negara berkembang karena melemahnya ekonomi, perubahan kekuatan dollar AS, dan kurangnya minat para konsumen untuk meng-upgrade iPhone mereka.
"China dan pasar negara berkembang berkontribusi terbesar terhadap penurunan pendapatan iPhone. Namun, di sejumlah pasar negara maju, angka upgrade iPhone juga tak setinggi yang kami perkirakan," tulis Cook.
Terkini Lainnya
- Bocoran Harga Xiaomi 15 Ultra yang Meluncur Sebentar Lagi
- 2,5 Miliar Akun Gmail Terancam AI Hack
- Arti “Fortis Fortuna Adiuvat” yang Sering Muncul di Bio TikTok dan Instagram
- Ditunjuk Jadi "Staff Khusus", Berapa Gaji Elon Musk?
- Meta Bikin Mesin "Pembaca Pikiran" Bertenaga AI, Begini Bentuknya
- Cara Mengaktifkan Kembali M-Banking BCA Terblokir tanpa Harus ke Bank
- 7 Game PS5 Menarik di Sony State of Play 2025, Ada Game Mirip GTA V
- Samsung Pinjamkan 160 Unit Galaxy S25 Series di Acara Galaxy Festival 2025
- 15 Masalah yang Sering Ditemui Pengguna HP Android
- Samsung Gelar Galaxy Festival 2025, Unjuk Kebolehan Galaxy S25 Series lewat Konser dan Pameran
- Apa Beda Login dan Sign Up di Media Sosial? Ini Penjelasannya
- Kenapa Kursor Laptop Tidak Bergerak? Begini Penyebab dan Cara Mengatasinya
- Oppo A3i Plus Resmi, HP Rp 3 Jutaan dengan RAM 12 GB
- 2 Cara Melihat Password WiFi di MacBook dengan Mudah dan Praktis
- Xiaomi Umumkan Tanggal Rilis HP Baru, Flagship Xiaomi 15 Ultra?