CEO Google Balas Memo Kesetaraan Gender dari Karyawan yang Telah Dipecat

- Beberapa waktu lalu seorang karyawan Google, James Dalmore, dipecat karena menyebarkan memo yang mengkritik kebijakan perusahaan. CEO Google, Sundar Pichai pun telah menjawab kritik tersebut dengan sebuah surat.
Memo yang ditulis oleh James Dalmore, setebal 10 halaman, berargumen bahwa ide keragaman gender tidak bisa dipakai di dunia teknologi. Alasannya adalah persoalan perbedaan kemampuan serta preferensi antara perempuan dan laki-laki, akibat faktor biologis.
Sundar Pichai pun menjawab memo tersebut dengan sebuah surat. Isinya mengomentari bahwa tindakan James Dalmore sudah kelewat batas.
Lengkapnya, sebagaimana dilansir KompasTekno dari Fortune, Jumat (11/8/2017), Sundar Pichai menulis hal ini dalam surat jawabannya terhadap kritik James Dalmore.
Baca: Kritik Kesetaraan Gender, Karyawan Google Dipecat
Sekarang adalah waktu yang sulit. Saya ingin memberikan kabar terbaru mengenai memo yang beredar sepanjang pekan lalu.
Pertama, izinkan saya mengatakan bahwa kami sangat mendukung hak Karyawan Google untuk mengekspresikan diri sendiri. Baik disetujui oleh mayoritas atau tidak, sebagian besar dari isi memo itu bisa diperdebatkan dengan berimbang.
Sayangnya, ada bagian memo itu yang melanggar pedoman perilaku perusahaan dan melanggar batas karena membawa sikap stereotip gender di lingkungan kerja kami.
Tugas kami adalah membuat produk yang hebat untuk pengguna, lalu membuat hidup mereka terasa berbeda. Sikap yang menyatakan bahwa rekan kerja memiliki keterbatasan kemampuan akibat hal biologis, merupakan sikap yang buruk.
Sikap tersebut bertentangan dengan nilai dasar dan etika perusahan. Padahal Google berharap bahwa masing-masing karyawan bisa melakukan yang terbaik dalam menciptakan budaya kantor yang bebas intimidasi, bias, pelecehan, hingga diskriminasi.
Memo itu jelas telah memengaruhi rekan yang sedang bekerja di sana, beberapa bahkan jadi terluka karena dinilai dari gendernya. Rekan kerja sebenarnya tidak perlu khawatir harus membuktikan dirinya berbeda dengan yang disebutkan oleh memo tersebut. Dalam sebuah pertemuan, semua bisa sama sama bicara.
Pada saat yang sama, ada rekan kerja yang mempertanyakan apakah mereka dapat dengan aman mengekspresikan pandangan mereka di tempat kerja (terutama yang memiliki sudut pandang minoritas). Mereka juga merasa terancam, dan itu juga tidak baik. Orang harus merasa bebas untuk bisa mengekspresikan ketidaksukaan terhadap sesuatu.
Jadi agar lebih jelas, banyak hal yang disebutkan oleh memo tersebut -seperti seporsi kritik yang diarahkan pada pelatihan Google, memertanyakan peran ideologi di tempat kerja, dan mendebat soal keterbukaan akses program untuk wanita dan kelompok tertentu- merupakan tokpik yang penting.
Penulisnya memiliki hak untuk mengekspresikan pandangan terhadap topik tertentu. Kami juga mendukung terbentuknya sebuah lingkungan yang memungkinkan orang melakukan ini, dan kebijakan kami untuk tidak menindak siapapun yang membuka diskusi ini.
Beberapa hari belakangan merupakan hari yang sangat sulit untuk banyak orang di perusahaan ini. Kita perlu menemukan jalan untuk mendebat isu mengenai hal yang mungkin tidak kami sepakati -namun tetap melakukannya sesuai dengan etika perusahaan. S
aya mendorong agar kalian masing-masing mulai menjangkau orang yang mungkin memiliki perspektif berbeda dibandingkan diri Anda. Saya pun akan mulai melakukan hal itu.
Saya sedang mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan di Afrika dan Eropa selama beberapa pekan ini. Saya juga baru saja mulai mengajak keluarga saya berlibur pekan ini. Lalu saya memutuskan untuk kembali ke kantor besok, karena sudah jelas ada banyak hal yang mesti didiskusikan -termasuk soal bagaimana menciptakan lingkungan inklusif untuk semua orang.
Terkini Lainnya
- Bocoran Spesifikasi HP Xiaomi 15 Ultra, Bawa Kamera Periskop 200 MP
- Ketika Google Mencibir, OpenAI Justru Meniru DeepSeek
- Harga ChatGPT Plus dan Cara Berlangganannya
- Ponsel Lipat Tiga Huawei Mate XT Ultimate Hiasi Bandara Kuala Lumpur Malaysia
- 9 Cara Mengatasi WhatsApp Tidak Ada Notifikasi kalau Tidak Buka Aplikasi
- Fenomena Unik Pakai Apple Watch di Pergelangan Kaki, Ini Alasannya
- 3 Cara Beli Tiket Bus Online buat Mudik Lebaran 2025, Mudah dan Praktis
- Instagram Uji Tombol "Dislike", Muncul di Kolom Komentar
- Video: Hasil Foto Konser Seventeen di Bangkok, Thailand, dan Tips Rekam Antiburik
- ZTE Blade V70 Max Dirilis, Bawa Baterai 6.000 mAh dan Dynamic Island ala iPhone
- 4 HP Android Murah Terbaru 2025, Harga Rp 2 juta-Rp 3 jutaan
- Cara Cek Numerologi di ChatGPT yang Lagi Ramai buat Baca Karakter Berdasar Angka
- 61 HP Samsung yang Kebagian One UI 7
- AMD dan Nvidia Kompak Umumkan Tanggal Rilis GPU Terbarunya
- 15 Masalah yang Sering Ditemui Pengguna HP Android