cpu-data.info

Trump Naikkan Tarif Impor China 125 Persen Saat Negara Lain Turun, Apple Makin Tertekan

Apple Store di 5th Avenue, New York.
Lihat Foto

- Perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China terus memanas. Presiden Donald Trump menaikkan lagi tarif impor dari China menjadi 125 persen, dari sebelumnya 104 persen.

Pengumuman itu disampaikan Trump lewat sebuah unggahan di media sosial Truth Social, Rabu (9/4/2025).

"Berdasarkan kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan China terhadap pasar dunia, dengan ini saya menaikkan tarif impor yang dikenakan AS kepada China menjadi 125 persen, berlaku segera," tulis Trump, dirangkum dari 9to5Mac.

Trump menambahkan, ia berharap China bisa menunjukkan sedikit itikad baik dan menyadari bahwa "hari-hari untuk menipu AS dan negara lain tidak lagi berkelanjutan atau dapat diterima".

Baca juga: Perang Tarif dengan China, Trump Pede AS Bisa Produksi iPhone di Dalam Negeri

Di sisi lain, Trump melonggarkan tarif impor untuk 75 negara lain. Trump menurunkan tarif impor sebesar 10 persen selama 90 hari untuk sebagian besar negara-negara tersebut.

Penundaan itu dilakukan untuk memberikan waktu bagi negara mitra dagang AS untuk bernegoisasi.

Pelonggaran ini baru diumumkan beberapa jam setelah tarif impor sebelumnya sudah berlaku, sehingga barang di hampir 90 negara sudah dikenai tarif impor baru yang lebih tinggi atau tarif resiprokal oleh AS.

Apple tetap tertekan

Pelonggaran tarif impor ini membuat sebagian bisnis bisa bernafas lega, namun tidak bagi Apple.

Perusahaan asal Cupertino, California, AS itu cukup banyak bergantung dengan China untuk rantai pasokan produknya.

Apple selama ini memiliki mitra manufaktur besar, seperti Foxconn dan Pegatron yang merakit dan memproduksi produk Apple, termasuk iPhone, iPad, dan MacBook. Foxconn diketahui memiliki fasilitas perakitan produk Apple di Kota Zhengzhou dan Shenzen yang sering disebut sebagai "Kota iPhone", dilansir KompasTekno dari SCW Mag, Kamis (10/4/2025).

Baca juga: Saham Apple Makin Rontok Dihajar Tarif Impor Trump pada China

Fasilitas itu mempekerjakan ratusan ribu pekerja yang mampu memproduksi jutaan perangkat dalam waktu singkat dan kualitas yang unggul dibanding negara lain.

Apple sebetulnya telah mendiversifikasi fasilitas perakitan produknya ke negara lain, seperti India dan Vietnam.

Akan tetapi, sebagian besar produksi Apple masih bergantung di China. Berdasarkan laporan Evercore ISI, melansir dari CNBC, 80 persen produksi Apple bergantung pada China. Khusus iPhone, 90 persen produksinya juga masih mengandalkan fasilitas pabrik di China.

Oleh karena itu, meskipun Trump melonggarkan tarif impor untuk sebagian besar negara, Apple tetap masih tertekan karena sebagian besar produksinya, masih mengandalkan China. Apalagi Trump kini menaikkannya hingga 125 persen.

Perang dagang AS-China belum usai. Nasib Apple dan banyak perusahaan teknologi lain masih terkatung-katung akibat gejolak geopolitik ini.

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat