Sejarah dan Perkembangan QR Code dalam Dunia Digital

- Dalam era digital yang serba cepat, teknologi terus berkembang untuk memberikan solusi yang lebih praktis dan efisien. Salah satu inovasi yang kini banyak digunakan dalam berbagai aspek kehidupan adalah QR Code.
Dari transaksi keuangan hingga pemasaran, QR Code telah menjadi alat yang mempermudah akses informasi hanya dalam hitungan detik. Keberadaannya semakin relevan di tengah perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup yang mengutamakan kecepatan serta kemudahan.
Seiring meningkatnya adopsi digital, QR Code tidak hanya digunakan dalam dunia bisnis, tetapi juga dalam berbagai sektor lainnya seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan.
Kemampuannya dalam menyimpan serta mentransfer data dengan cepat menjadikannya pilihan utama bagi banyak perusahaan dan individu. Perkembangan QR Code yang pesat tentu memiliki sejarahnya sendiri, lantas bagaimana asal mula QR Code dan penggunaannya hingga di dunia digital? Selengkapnya berikut ini KompasTekno merangkum ulasannya.
Baca juga: Sejarah QR Code, Kode Kotak-kotak yang Terinspirasi dari Permainan Go Board
Peran IBM dalam standarisasi kode yang dapat dibaca mesin
Dilansir dari laman Uniqode, pada tahun 1970-an, perusahaan teknologi raksasa IBM (International Business Machines) melihat adanya tantangan dalam sistem ritel yang membutuhkan cara lebih efisien untuk melacak produk.
Sebagai solusi, mereka mengembangkan ulang sistem kode yang sudah digunakan dalam industri otomotif untuk melacak suku cadang mobil. Kode tersebut dikenal sebagai bull’s-eye code, namun penggunaannya masih terbatas dalam lingkungan pabrik.
Seorang insinyur IBM bernama George Laurer kemudian mengubah bull’s-eye code menjadi barcode linear yang masih digunakan hingga saat ini. Barcode ini dirancang untuk menyimpan detail produk dan dapat dipindai menggunakan pemindai khusus.
Pada tahun 1973, IBM berhasil menjadikan barcode sebagai bagian dari Universal Product Code (UPC), yang menjadi standar global dalam sistem kode yang dapat dibaca mesin. Tak hanya itu, IBM juga menjadi salah satu pelopor sistem point-of-sale (PoS), yang memungkinkan transaksi ritel menjadi lebih cepat dan efisien.
Adopsi barcode membawa perubahan besar dalam industri ritel, terutama di supermarket Jepang dan negara-negara Barat.
Dengan barcode, proses checkout di kasir menjadi lebih cepat dan mengurangi beban kerja kasir. Dalam dua dekade berikutnya, teknologi barcode menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sistem ritel di seluruh dunia.
Namun, semakin luasnya penggunaan barcode justru menimbulkan tantangan baru. Banyak perusahaan mulai menyadari bahwa barcode hanya mampu menyimpan sekitar 20 karakter alfanumerik, yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan industri manufaktur yang semakin kompleks.
Selain itu, barcode hanya bisa dipindai dari satu arah (horizontal), sehingga sering memperlambat proses scanning, terutama jika barcode rusak atau sulit terbaca.
Denso Wave dan kelahiran QR Code
Di Jepang, perusahaan teknologi manufaktur Denso Wave, yang merupakan bagian dari grup Toyota, mulai mencari solusi untuk mengatasi keterbatasan barcode.
Mereka menerima permintaan dari klien industri, beberapa sumber menyebut Toyota untuk menciptakan sistem kode yang dapat menyimpan lebih banyak informasi dalam satu label.
Saat itu, manufaktur berskala besar sering kali membutuhkan beberapa barcode pada satu produk untuk mencatat semua detailnya.
Terkini Lainnya
- Video: Full Rekam Fancam 4K Lagu "Kick It" dan "Fact Check" NCT 127 Pakai Samsung S25 Ultra
- 4 Fitur AI di Samsung Galaxy A56, "Warisan" Samsung S25 Series
- iPhone 16 Bisa Dipesan di Indonesia Mulai Besok?
- Akun X FIFA World Cup Pajang Foto Ole Romeny Usai Cetak Gol Kemenangan Indonesia atas Bahrain
- Adu Spesifikasi Samsung Galaxy A56 5G Vs Galaxy A55 5G
- Apple Gelar Ajang Kumpul Developer "WWDC 2025" Juni Mendatang, Umumkan iOS 19?
- Model AI DeepSeek V-3 Versi Baru Dirilis, Makin Canggih dan Ungguli OpenAI
- 2 WNA China Pelaku SMS Penipuan Modus "Fake BTS" Ditangkap
- Xiaomi Rilis Mijia Smart Audio Glasses 2, Kacamata Pintar yang Ramping
- Operator Seluler Baru XLSmart Mulai Beroperasi 16 April 2025
- Ramai Meme “Morning Routine Ashton Hall” dengan Pisang dan Air Es, Apa Itu?
- 5 Aplikasi buat Pantau Kemacetan Jalan Selama Mudik Lebaran 2025
- "You'll Be In My Heart" Iringi Kepergian Dian Siswarini dari XL Axiata
- Oppo Find X8 Ultra Rilis 10 April, Ada Dua Model Kejutan?
- 5 Link CCTV Lalu Lintas buat Pantau Kemacetan Saat Mudik Lebaran 2025
- Menjajal HP Tecno Camon 40 di Gereja 140 Tahun Sagrada Familia Barcelona
- Smartphone Vivo T4x Resmi, T-Series Pertama dengan Baterai 6.500 mAh
- 5 TWS Harga Rp 200.000-an dari Berbagai Merek, Tahan Percikan Air dan Debu
- Tecno MegaBook S14 Diumumkan di MWC, Laptop Ringan Tidak Sampai 1 Kg
- Video: Menjajal Samsung Galaxy A56 dan A36 di MWC 2025