Meta Bikin Mesin "Pembaca Pikiran" Bertenaga AI, Begini Bentuknya

- Induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, Meta, memamerkan teknologi terbaru mereka yang mampu menerjemahkan pikiran menjadi teks yang tertulis di layar.
Mesin ini bekerja dengan menganalisis aktivitas otak dan memprediksi huruf yang ingin diketik seseorang, tanpa memerlukan implan atau alat khusus yang dikenakan di kepala.
Namun, perangkat ini masih jauh dari siap untuk penggunaan sehari-hari, mengingat ukurannya yang sebesar lemari es, bobotnya yang mencapai setengah ton, dan harganya yang fantastis sebesar 2 juta dollar AS atau sekitar Rp 32 miliar.
Teknologi yang dikembangkan oleh tim AI dan neurosains Meta ini menggunakan sistem berbasis kecerdasan buatan (AI) bernama Brain2Qwerty.
Sistem ini bekerja dengan cara membaca sinyal magnetik dari neuron di otak menggunakan magnetoencephalography (MEG).
Baca juga: Ada Meta AI, Bagaimana Cara Mencari Chat di WhatsApp?
Selama prosesnya, peserta penelitian duduk di dalam pemindai MEG, yang menyerupai pengering rambut raksasa.
Mesin ini bertugas menangkap sinyal dari otak saat peserta mengetik. AI kemudian mempelajari pola tersebut untuk menghubungkannya dengan huruf-huruf yang diketik.

Dengan demikian, mesin ini dapat merekonstruksi kalimat yang diketik seseorang tanpa input fisik apa pun.
Meskipun demikian, masih ada keterbatasan yang perlu diatasi, seperti kebutuhan akan ruangan khusus yang terlindung dari medan magnet bumi dan sensitivitas perangkat terhadap pergerakan kepala.
Meta menekankan bahwa riset ini bertujuan untuk memahami cara otak mengubah pemikiran menjadi tindakan motorik yang kompleks, bukan untuk menciptakan produk komersial dalam waktu dekat.
"Dengan mengambil 1.000 snapshot aktivitas otak setiap detik, kami dapat mengidentifikasi momen tepat ketika pikiran berubah menjadi kata, suku kata, hingga huruf individu," tulis Meta dalam blog resminya.
Meskipun masih dalam tahap awal, pendekatan non-invasif ini memberikan harapan besar bagi dunia medis, terutama dalam membantu pasien dengan gangguan saraf atau cedera otak, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Tech Radar, Minggu (16/2/2025).
Baca juga: Inikah Tanda Teknologi AI Sudah Jenuh?

Namun, teknologi Neuralink ini mengharuskan seseorang menjalani operasi elektif untuk memasang impan chip langsung ke otak.
Terkini Lainnya
- Miliaran Perangkat IoT di Seluruh Dunia Terancam Celah Chip Bluetooth
- Cara Menggunakan Avatar di Zoom Meeting dengan Mudah
- Steam Gelar Spring Sale 2025, Diskon Game hingga 75 Persen
- Foto Dummy iPhone 17 Air Beredar, Beneran Tanpa Port?
- Cara Kirim THR Lebaran Pakai GoPay, Cepat dan Praktis
- Siap-siap, Google Assistant Bakal Diganti Gemini
- Honor Resmi Buka First Sale untuk 8 Gadget Premium dengan Promo Menggiurkan di Shopee
- Cara Buat QRIS untuk Transfer THR Lebih Cepat dan Mudah
- Spesifikasi Xiaomi 15 Ultra dan Harganya di Indonesia
- Baidu Rilis Ernie X1 dan Ernie 4.5, Model AI Penantang DeepSeek dan OpenAI
- Sirkuit Balapan AI Semakin Tajam! Apakah Manus AI Segera Gantikan ManusIA? (Bagian II-Habis)
- Spesifikasi dan Harga Oppo A5 Pro 5G di Indonesia, Mulai Rp 4 Jutaan
- Kreator Konten Wajib Tahu, Ini Waktu Terbaik Posting di IG, TikTok, dkk
- Game "Free Fire" Sebar Skin Jersey Timnas dan Avatar Rizky Ridho
- Mudik Gratis Pemprov DKI Jakarta Buka Lagi 19 Maret, Ini Link dan Caranya
- 7 Game PS5 Menarik di Sony State of Play 2025, Ada Game Mirip GTA V
- Apple Gelar Acara 19 Februari, Rilis iPhone SE 4?
- Game Genshin Impact 5.4 Dirilis, Ada Karakter Bintang 5 dengan Skill Melayang
- 61 HP Samsung yang Kebagian One UI 7
- Akun Remaja Instagram Vs Akun Biasa, Apa Saja Bedanya?