Meta Setop Program "Cek Fakta" di Facebook dan Instagram
- Perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, Meta menyetop program cek fakta (fact checking) di Facebook, Instagram, dan Threads di Amerika Serikat (AS) mulai pekan ini.
Program fact checking Meta merupakan kebijakan moderasi konten perusahaan untuk memerangi hoaks dan misinformasi di Facebook sejak 2016 lalu.
Sistem ini mengandalkan setidaknya 90 lembaga cek fakta tersertifikasi independen yang ada di seluruh dunia, serta diklaim mampu menandai dan memverifikasi posting berbahaya dan palsu di lebih dari 60 bahasa.
Pada 2016 lalu, sistem ini diterapkan di Facebook, kemudian berlanjut ke Instagram di 2019 lalu dan Threads di 2024 lalu.
Dalam sebuah posting video, CEO Meta, Mark Zuckerberg (Zuck) mengatakan bahwa perubahan ini bertujuan untuk mengembalikan nilai dan prinsip perusahaan terkait kebebasan berpendapat (free speech) di internet.
Baca juga: 4 Trik Buat Meta AI Bisa Menghasilkan Uang
"Sejak 2016 lalu, banyak yang menganggap bahwa informasi hoaks adalah ancaman terhadap demokrasi, dan ini yang menjadi motivasi kami untuk meluncurkan program cek fakta pada saat itu," kata Zuck dalam unggahan video di akun Facebook pribadinya.
"Namun selama beberapa tahun belakangan, lembaga cek fakta, terutama di AS, cenderung bias dan tidak netral dalam berbagai hal dan berujung melakukan sensor sesuai dengan pandangan politik mereka. Inilah yang membuat kami menghentikan sistem cek fakta di AS," tambah Zuck.
Fact Checking diganti Community Notes
Sebagai gantinya, Zuck akan menerapkan suatu fitur yang bernama Community Notes, serupa dengan kebijakan moderasi konten di media sosial X (Twitter).
Di X, Community Notes akan memberikan konteks, validasi, atau informasi tambahan terhadap suatu posting. Sehingga, posting tersebut akan bisa dilihat pengguna lainnya, namun dengan konteks dan informasi ekstra yang ditambahkan pengguna lain juga.
Zuck tak mengumbar bagaimana sistem Community Notes nantinya akan bekerja. Namun intinya, dengan sistem ini, informasi dan fakta yang ada di suatu posting di Facebook dan Instagram nantinya akan dinilai oleh banyak orang.
Baca juga: YouTube Uji Coba Fitur Penangkal Hoaks, Mirip Punya X Twitter
Selain itu, para pengguna di media sosial tersebut, yang berasal dari berbagai bidang dan memiliki sudut pandang berbeda, juga bisa ikutan memberikan validasi atau konteks tambahan, sama seperti di X.
Zuck percaya bahwa fitur ini nantinya dapat mewujudkan kebebasan berekspresi di media sosial, tentunya tanpa harus banyak melakukan sensor terhadap posting yang beredar di sana.
"Semua ini adalah upaya kami untuk kembali ke prinsip awal kami dalam free speech, yaitu dengan cara meminimalisir konten hoaks lewat komunitas, serta menyederhanakan sistem moderasi konten kami supaya tak begitu kompleks," pungkas Zuck.
Kapan Community Notes digulirkan?
Zuck tak mengumbar kapan Community Notes akan diterapkan di Facebook, Instagram, dan Threads. Ia juga tak mengumbar apakah sistem cek fakta di negara lain akan ikut dihentikan di masa depan atau tidak.
Namun Chief Global Affairs Officer Meta, Joel Kaplan mengatakan bahwa AS menjadi negara pertama yang menghentikan program ini. Sehingga, ada kemungkinan negara lainnya juga akan mengikuti kebijakan ini.
"Fitur Community Notes akan digulirkan di AS dalam beberapa bulan ke depan, dan kami akan terus meningkatkan sistem ini sepanjang tahun supaya berjalan dengan baik," kata Joel dalam pengumuman resmi yang diunggah di blog Meta.
"Pada masa transisi ini, kami akan menghentikan program cek fakta pihak ketiga, serta menyetop sensor untuk konten yang telah dicek faktanya.
Ketika ada konten yang berpotensi berbahaya, kami akan memperingati pengguna terlebih dahulu, dan kami juga akan menggunakan label yang lebih bersahabat kepada konten-konten tersebut," imbuh Joel.
Pengguna Facebook, Instagram, dan Threads saat ini sudah bisa mendaftar untuk menjajal fitur Community Notes lebih awal lewat tautan berikut ini (Facebook), ini (Instagram), dan ini (Threads).
Terkini Lainnya
- Sejarah Bukalapak, 15 Tahun Berdiri hingga Tutup Layanan Marketplace
- Izin Edar iPhone di Indonesia Terancam Dicabut jika Apple Tak Penuhi TKDN
- Windows 10 Masih Banyak Dipakai, padahal Pensiun Tahun Ini
- iPhone 16 Belum Bisa Dijual di Indonesia meski Apple Bangun Pabrik di Batam
- Dulu Berstatus Startup Unicorn, Kini Bukalapak Tutup Layanan Marketplace
- Apa Itu File "Thumbs.db" di Windows, dan Apakah Aman Dihapus?
- Transaksi TikTok Shop 2024 Capai Rp 528 Triliun, Indonesia Penyumbang Terbesar Kedua
- Nvidia dan Krafton Umumkan PUBG Ally, Karakter AI dalam Game
- Apa Arti Delivery Status Notification (Failure) di Gmail?
- Standar HDMI 2.2 Diumumkan, Bandwidth Tembus 96 Gbps
- Meta Setop Program "Cek Fakta" di Facebook dan Instagram
- Profil Achmad Zaky, Pendiri Bukalapak yang Kini Tutup Layanan Marketplace
- Laptop Layar Gulung Lenovo Rilis Awal Tahun Ini, Harga Rp 56 Jutaan
- AMD Ryzen Z2 Series Resmi Versi "Extreme" Pakai CPU Zen 5 dan GPU RDNA 3.5
- Apple Pastikan Bangun Pabrik di Indonesia
- Transaksi TikTok Shop 2024 Capai Rp 528 Triliun, Indonesia Penyumbang Terbesar Kedua
- Nvidia dan Krafton Umumkan PUBG Ally, Karakter AI dalam Game
- Apple Pastikan Bangun Pabrik di Indonesia
- Profil Achmad Zaky, Pendiri Bukalapak yang Kini Tutup Layanan Marketplace
- Sejarah Bukalapak, 15 Tahun Berdiri hingga Tutup Layanan Marketplace