cpu-data.info

Langkah Sederhana untuk Menangkal Ancaman Siber di Era Digital

Ilustrasi serangan malware
Lihat Foto

Oleh Brilian Adi Saputra
Asisten Penelitian Swiss German University

MEMASUKI era digital, ancaman siber semakin nyata, dan berbagai pihak—baik individu maupun perusahaan—dapat menjadi target yang rentan. SAFEnet—organisasi masyarakat sipil yang memperjuangkan hak-hak digital—melaporkan, terdapat 61 insiden keamanan digital di Indonesia pada kuartal I-2024, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Fakta tersebut menunjukkan semakin pentingnya kesadaran serta pemahaman mengenai berbagai ancaman yang ada di dunia maya.

Jurnal Jamastika yang dirilis pada 2024 menyatakan bahwa peningkatan kesadaran, pengetahuan, serta upaya kolaboratif yang kuat dalam bidang keamanan siber menjadi esensial untuk melindungi masyarakat dan infrastruktur digital di era digital saat ini.

Ditambah lagi, Indonesia adalah adalah salah satu negara yang mengalami kerugian paling besar atas kejahatan siber.

Ada beberapa jenis serangan siber dan langkah praktis untuk menangkis risikonya.

1. Phishing

Salah satu serangan siber yang paling sering terjadi adalah phishing. Phishing adalah suatu taktik penipuan dengan mengelabui target untuk mencuri informasi dari akun korban. Istilah ini berasal dari kata fishing yang artinya memancing korban agar terperangkap kedalam jebakan pelaku.

Pada dasarnya, phishing didefinisikan sebagai tindak penipuan yang memanfaatkan email dari pengguna untuk menggali informasi sensitif milik korban.

Dalam banyak kasus, email yang terlihat resmi sering kali meminta penerima untuk memberikan informasi sensitif, seperti kata sandi atau nomor kartu kredit. Salah satu contohnya adalah email dengan subjek ancaman, seperti "Akun Anda telah dibekukan, tindakan diperlukan segera!".

Pesan tersebut memancing penerima agar mengeklik tautan yang membawa mereka ke situs palsu yang terlihat mirip dengan situs bank asli. Begitu data dimasukkan, pelaku mendapatkan akses langsung ke informasi pribadi atau bahkan dana korban. Penggunaan elemen mendesak atau ancaman adalah strategi efektif yang sering membuat korban tidak berpikir dua kali.

Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah menjadi korban phishing. Pertama, periksa alamat pengirim dengan cermat. Biasanya, alamat palsu memiliki perbedaan tipis dari yang asli.

Kedua, hindari mengeklik tautan atau lampiran dari sumber yang tidak tepercaya. Pengamanan ini mencegah Anda diarahkan ke situs berbahaya atau memasang malware tanpa disadari.

Dengan memahami modus operasi phishing, individu dan organisasi dapat lebih waspada dan menanggulangi potensi kerugian akibat penipuan.

2. Ransomware

Pada akhir Juni 2024, Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) mengalami serangan ransomware yang mengakibatkan layanan publik penting menjadi terganggu. Ransomware yang disebut “Brain Cipher” ini mengunci data penting di PDNS 2 Surabaya.

Ransomware merupakan jenis malware yang dirancang untuk mengunci atau mengenkripsi data korban, yang kemudian meminta tebusan agar akses dikembalikan.

Melansir laman Microsoft.com, ransomware adalah jenis serangan yang sering kali menyasar data penting dan sulit diatasi setelah terjadi.

Ada dua langkah dasar yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko ransomware. Pertama, selalu backup data penting secara rutin. Kehilangan data bisa terjadi kapan saja karena berbagai alasan, termasuk serangan ransomware dan kegagalan perangkat keras.

Kedua, perbarui perangkat lunak keamanan secara berkala. Sistem keamanan yang mutakhir menawarkan perlindungan terhadap ancaman terbaru, yang sering kali berkembang cepat.

3. Malware

Menurut Kaspersky—perusahaan keamanan siber dan antivirus multinasional—malicious software (malware) adalah perangkat lunak berbahaya yang dapat merusak atau mengambil alih perangkat Anda.

Bentuk malware sendiri bervariasi, mulai dari virus hingga trojan. Masing-masing memiliki modus operandi berbeda untuk menargetkan data pengguna atau merusak sistem.

Perlu diketahui, ransomware adalah salah satu jenis malware. Namun, terdapat beberapa jenis malware lain yang perlu diwaspadai.

  • Spyware: Malware ini bekerja secara diam-diam untuk memantau aktivitas pengguna dan mencuri data pribadi, seperti kata sandi atau informasi keuangan.
  • Adware: Malware yang sering menampilkan iklan berlebihan dan mengganggu pengguna.
  • Trojan: Malware yang menyamar sebagai aplikasi atau fail yang terlihat aman, tetapi sebenarnya berbahaya dan memungkinkan akses oleh pihak ketiga.

Salah satu langkah untuk melindungi perangkat dari serangan malware adalah dengan menginstal antivirus dan memperbaruinya secara rutin. Antivirus membantu mendeteksi dan menghapus malware sebelum sempat merusak sistem.

Kemudian, unduh perangkat lunak dari sumber tepercaya. Penggunaan perangkat lunak resmi meminimalkan risiko infeksi malware dari aplikasi tidak dikenal.

4. Man-in-the-Middle (MitM)

Serangan Man-in-the-Middle (MitM) adalah bentuk lain dari ancaman siber. Pada serangan ini, pelaku menyusup di antara komunikasi dua pihak tanpa disadari oleh kedua belah pihak.

Menurut National Institute of Standards and Technology (NIST), serangan itu sering terjadi saat pengguna terhubung ke jaringan Wi-Fi publik yang dapat dikendalikan pelaku. Penyerang dapat mencuri data penting, seperti detail login dan data keuangan.

Untuk mengurangi risiko terkena serangan MitM, ada dua langkah yang bisa diambil. Pertama, hindari penggunaan Wi-Fi publik untuk transaksi sensitif. Sebisa mungkin, lakukan transaksi di jaringan pribadi atau jaringan yang terenkripsi.

Kedua, gunakan virtual private network (VPN), terutama saat mengakses internet di tempat umum. VPN mengenkripsi lalu lintas internet sehingga lebih sulit bagi pihak ketiga untuk menyusup.

Menghadapi ancaman siber dengan langkah nyata

Menghadapi ancaman siber yang kian kompleks memerlukan kolaborasi erat antara institusi pendidikan dan pemerintah untuk membangun kesadaran dan literasi digital masyarakat.

Swiss German University (SGU), misalnya, memainkan peran penting dengan menawarkan program studi S1 dan S2 Cyber Security yang mengajarkan mahasiswa teknologi terbaru, seperti kecerdasan buatan dan blockchain.

Program tersebut mempersiapkan mahasiswa menghadapi risiko siber melalui pengajaran teknik analisis dan simulasi serangan, menjadikan mereka lebih siap dalam melindungi infrastruktur digital.

Selain pembelajaran di kelas, SGU rutin menyelenggarakan seminar dan lokakarya di berbagai kota yang bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Kolaborasi ini memberikan pelatihan nyata dan wawasan kebijakan pemerintah terbaru, memperkuat pemahaman masyarakat umum tentang pentingnya keamanan siber.

Melalui pendekatan yang melibatkan pemerintah, program itu tidak hanya mencakup teknis, tetapi juga regulasi yang membantu masyarakat mengenali peran mereka dalam menjaga keamanan digital.

Kolaborasi antara pendidikan tinggi dan pemerintah menjadi fondasi penting dalam membangun ketahanan siber nasional.

Dengan meningkatnya literasi digital melalui program kolaboratif, masyarakat menjadi lebih siap menghadapi risiko digital dan turut membangun lingkungan yang aman dan tangguh di dunia maya.

Kolaborasi itu juga menunjukkan bahwa keamanan siber bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi upaya bersama yang perlu didukung secara menyeluruh.

Simpulan

Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, ancaman siber tidak bisa dianggap enteng. Dengan memahami bentuk-bentuk serangan siber, seperti phishing, ransomware, malware, dan MitM, serta mengambil langkah-langkah pencegahan, kita dapat melindungi diri dari potensi kerugian besar.

Selain langkah individu, peran lembaga pendidikan dan pemerintah dalam meningkatkan kesadaran keamanan siber juga sangat penting.

Mari bersama-sama membangun kesadaran kolektif terhadap ancaman siber dan mempersiapkan generasi yang tangguh dalam menghadapi era digital yang terus berubah.

Dengan demikian, kita bisa menjaga keamanan dan kenyamanan dalam berinteraksi di dunia maya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat