Starlink Terpapar Gelombang Geomagnetik Luar Biasa Selama Badai Matahari

- Elon Musk mengatakan, layanan internet satelit miliknya, Starlink berada dalam tingkat tekanan tinggi selama badai Matahari berlangsung, pada minggu lalu.
Badai Matahari yang terjadi pada 10-12 Mei 2024 disebut sebagai yang terbesar setelah beberapa lama, dan bisa mengganggu koneksi internet Starlink.
Meski demikian, Elon Musk melalui akun X/Twitter pribadinya mengeklaim sejauh ini layanan satelit Starlink masih bisa bertahan.
Berbeda dengan internet kabel, Starlink menggunakan medium gelombang udara untuk mentransmisikan internet.
Baca juga: Perbedaan Internet Satelit dan Internet Kabel, Starlink Vs IndiHome-Biznet dkk
Karena itu, gangguan cuaca seperti hujan deras, badai, hingga badai Matahari bisa memengaruhi kualitas sinyal internet Starlink.
Major geomagnetic solar storm happening right now. Biggest in a long time. Starlink satellites are under a lot of pressure, but holding up so far. pic.twitter.com/TrEv5Acli2
— Elon Musk (@elonmusk) May 11, 2024
Sepanjang badai Matahari berlangsung, Bumi dihantam oleh badai gelombang geomagnetik, dan badai Matahari yang berlangsung pada minggu lalu itu disebut-sebut sebagai yang terbesar dalam dua dekade terakhir.
Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (National Oceanic and Atmospheric Administration) mengatakan bahwa badai ini merupakan badai terbesar sejak Oktober 2003 dan kemungkinan besar akan berlangsung selama sepekan, sehingga menimbulkan risiko pada sistem navigasi, jaringan listrik, dan navigasi satelit, serta layanan-layanan lainnya.
Sementara menurut Koordinator Bidang Geofisika Potensial Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Muhamad Syirojudin, gangguan magnet Bumi mengakibatkan komunikasi berbasis satelit menjadi sulit tersambung.
Baca juga: Cerita Orang Bandung dan Jaksel Pakai Internet Starlink Elon Musk, Kecepatan Tembus 300 Mbps
“Untuk wilayah Indonesia sendiri karena berada di wilayah ekuator mungkin dampaknya gangguan pada beberapa komunikasi berbasis satelit," ujar Syirojudin kepada .
“Untuk sumber gangguannya dari faktor aktivitas Matahari, yaitu lontaran massa korona,” lanjutnya.
Dikutip KompasTekno dari Reuters, Rabu (15/5/2024), Starlink memiliki sekitar 60 persen dari sekitar 7.500 satelit yang mengorbit Bumi, dan merupakan pemain dominan dalam internet satelit.
Ribuan satelit Starlink yang berada di orbit rendah (LEO) Bumi menggunakan sambungan laser antar-satelit untuk mengirimkan data antara satu sama lain di luar angkasa dengan kecepatan cahaya, sehingga memungkinkan jaringan ini menawarkan jangkauan internet di seluruh dunia.
Terkini Lainnya
- Bluetooth Bikin Miliaran Perangkat IoT Sedunia Terancam
- Spesifikasi PC untuk Main "Split Fiction", Game Multiplayer Mirip "It Takes Two"
- Spesifikasi Xiaomi 15 di Indonesia, Harga Mulai Rp 10 Jutaan
- Cara Tambahkan Musik di Status WhatsApp Mudah Tanpa Aplikasi Ketiga
- Cara Melihat Password WiFi di HP Android dengan Mudah dan Praktis
- Kreator Konten Wajib Tahu, Ini Waktu Terbaik Posting di IG, TikTok, dkk
- Tabel Spesifikasi Xiaomi Pad 7 Pro di Indonesia, Harga 7 Jutaan
- 30 HP Terbaru untuk Menyambut Lebaran 2025, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
- Microsoft Siapkan PC Gaming Handheld Xbox Tahun Ini
- Xiaomi Redmi Note 14S Rilis, Redmi Note 13 Pro yang Dipasangi Android 15
- 4 Trik Membuat Tulisan Arab untuk Dijadikan Stiker Ramadhan di WhatsApp
- Selangkah Lagi, iPhone 16 Siap Dirilis di Indonesia
- Buka Lagi 16 Maret, Ini Link dan Cara Tukar Uang Baru Lebaran 2025 via Pintar BI
- WhatsApp Siapkan Fitur Balas Pesan Baru, Mirip Thread di X/Twitter
- Kenapa HP Cepat Panas? Begini Penyebab dan Cara Mengatasinya
- Gmail Kedatangan AI Gemini, Bisa Rangkum Isi E-mail, Bikin Draft, dll.
- Pendiri Facebook Rayakan Ultah Ke-40, Nostalgia dan Pamer Foto Tempat Bersejarah di Hidupnya
- Meta Tutup Facebook Workplace, Jejaring Sosial Khusus Perkantoran
- Game "Free Fire" Diadaptasi Jadi Anime, Kerja Sama dengan Penerbit "Kimi no Na wa"
- Komparasi: Spesifikasi iPhone 15 Pro vs iPhone 15 Pro Max