Disney Tutup Divisi Metaverse, Imbas dari Rencana PHK Massal
- Perusahaan hiburan terbesar di dunia, Walt Disney, menutup divisi metaverse-nya. Informasi ini dibocorkan oleh salah satu sumber anonim yang diketahui dekat dengan permasalahan ini.
Dari informasi yang disampaikan, Walt Disney melakukan penutupan divisi metaverse karena ingin melakukan restrukturisasi perusahaan dan berencana memangkas 7.000 karyawannya dalam dua bulan ke depan.
Rencana pemangkasan itu sebelumnya sudah disampaikan oleh CEO Walt Disney Bob Iger pada Februari lalu. Namun, pada Selasa (28/3/2023) melalui memo internal perusahaan, Iger kembali mengumumkan bahwa proses pemangkasan bakal dilakukan pada awal minggu ini.
Keputusan restrukrisasi tersebut tampaknya berimbas ke divisi metaverse. Dirangkum KompasTekno dari The Wall Street Journal, Kamis (30/3/2023), divisi tersebut terdiri dari 50 karyawan dan dipimpin oleh mantan eksekutif produk konsumen Disney, Mike White.
Baca juga: Disney Plus Umumkan Paket Langganan dengan Iklan, Ini Harganya
Divisi metaverse Disney ini bertanggungjawab untuk menemukan cara agar perusahaan dapat menyampaikan ceritanya dengan gaya yang lebih interaktif dan menggunakan format teknologi yang baru.
Adanya keputusan pemangkasan tersebut mengindikasikan bahwa seluruh anggota tim metaverse telah kehilangan pekerjaan mereka. Konon, pemimpin divisi metaverse dikabarkan tidak kena imbas PHK (pemutusan hubungan kerja).
Hanya saja, posisi White saat ini masih belum diketahui jelas, apakah ia dipindahkan ke divisi lain atau tidak. White sendiri dan pihak perusahaan juga belum memberi respons atau tanggapan lebih lanjut terkait permasalahan ini.
Perjalanan divisi metaverse
Siapapun yang terlibat dalam kisah yang dibagikan Disney dapat merasakan pengalaman yang berbeda. Maka dari itu, Chapek optimis dan menyakini bahwa produk metaverse dapat menjadi produk storytelling yang terdepan.
“Selama lebih dari 100 tahun, perusahaan kami kerap menemukan dan memanfaatkan teknologi untuk menghidupkan kembali cerita dengan gaya yang lebih mendalam dan berdampak di dunia hiburan,” tulis Chapek dalam memo perusahaan.
“Hari ini, kami memiliki kesempatan untuk menghubungkan sejumlah alam semesta dan menciptakan paradigma yang baru terkait pengalaman dan keterlibatan konsumen melalui kisah kami. Ini disebut sebagai metaverse,” lanjut Chapek.
Baca juga: Meski Bikin Rugi Induk Facebook, Proyek Metaverse Tetap Lanjut 2023
Strategi yang dibuat untuk mencapai visi itu adalah dengan membuat aktraksi taman hiburan, menciptakan teknologi baru yang bakal disematkan ke aplikasi olahraga fantasi, dan produk serupa lainnya yang ditujukan untuk meningkatkan pengalaman konsumen.
Tidak hanya itu, divisi metaverse pernah berencana mengintegrasikan data pelanggan dari berbagai platform Disney, seperti Disney Plus, aplikasi berbasis mobile, dan aplikasi belanja online untuk digunakan para pengunjung taman hiburan Disney.
Ringkasnya, dengan mengintegrasikan data tersebut, konsumen dapat langsung membeli makanan, barang, dan produk lainnya dengan lebih mudah.
Kendati begitu, berselang satu tahun setelahnya, strategi metaverse Disney tampak abu-abu dan penuh ketidakjelasan. Berbagai macam rencana dan ekspektasi yang telah disusun pun dianggurkan begitu saja tanpa kejelasan.
Terlepas dari hal itu, Disney bukanlah satu-satunya perusahaan yang gagal mewujudkan ambisi metaverse-nya. Perusahaan teknologi Meta yang dipimpin Mark Zuckerberg juga pernah gagal meluncurkan produk metaverse-nya, yakni Meta Quest Pro.
Divisi Meta yang berfokus pada pengembangan produk metaverse, Reality Labs Meta juga mengalami kerugian operasional sebesar 13,72 miliar dollar AS (Rp 207,2 triliun, estimasi kurs hari ini Rp 15.103) di tahun lalu.
Baca juga: Cara Tukar Poin Telkomsel dengan Langganan Disney+ Hotstar via MyTelkomsel
Terkini Lainnya
- Daftar Aplikasi Android Terbaik 2024, ShopeePay Nomor 1 di Indonesia
- Instagram Hapus Fitur "Ikuti Hashtag", Ini Alasannya
- 5 Tips Menatap Layar HP yang Aman buat Mata, Penting Diperhatikan
- Aplikasi ChatGPT Kini Hadir untuk Semua Pengguna Windows, Tak Perlu Bayar
- Apa Itu Spam di WhatsApp? Ini Penjelasan dan Ciri-cirinya
- Casio Umumkan Ring Watch, Jam Tangan Cincin Harga Rp 2 Juta
- Cara Menghapus Akun Facebook yang Sudah Tidak Dipakai, Mudah dan Praktis
- HP "Underwater" Realme GT 7 Pro Rilis Global, Ini Spesifikasinya
- Yahoo Mail Kebagian Fitur AI, Bisa Rangkum dan Balas E-mail Langsung
- Perbedaan Chromebook dan Laptop Windows yang Perlu Diketahui
- Oppo Reno 13 Series Meluncur Sebentar Lagi, Ini Tanggal Rilisnya
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- China Pamer Roket yang Bisa Dipakai Ulang, Saingi Roket Elon Musk
- 10 Cara Mengubah Tulisan di WhatsApp Menjadi Unik, Mudah dan Praktis
- Ini Dia, Jadwal Rilis Global dan Daftar HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS 2
- Inikah Wujud Oppo Reno 10 Pro dan Reno 10 Pro Plus?
- Microsoft Umumkan Security Copilot, AI Khusus Ahli Keamanan Siber
- 21 Emoji Baru di iOS 16.4 dan Artinya, Ada Emoji Wajah Bergetar hingga Simbol WiFi
- Honor Play 7T dan Honor 7T Pro Meluncur, HP Mid-range dengan Chip Dimensity 6020
- Xiaomi Redmi Note 12 Turbo Meluncur, Bawa RAM dan Penyimpanan Lebih Besar