Yahoo PHK 1.600 Karyawan
- Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) atau layoff terus mendera perusahaan teknologi. Kali ini giliran Yahoo yang kabarnya bakal memangkas 20 persen dari total karyawannya.
Langkah PHK massal itu diambil dalam rangka restrukturisasi besar-besaran untuk divisi ad tech (periklanan digital). Lebih spesifik, PHK ini akan berdampak pada 50 persen karyawan di divisi ad tech atau sekitar 1.600 orang, sebagaimana dilaporkan Axios.
PHK Yahoo akan terbagi menjadi dua gelombang Gelombang PHK pertama akan memangkas sekitar 12 persen atau 1.000 pekerja di minggu ini. Selanjutnya, Yahoo akan kembali melakukan layoff pada pertengahan tahun dengan memangkas 8 persen sisanya atau sekitar 600 pekerja.
Dalam sebuah wawancara, CEO Yahoo Jim Lanzone mengungkapkan bahwa PHK dilakukan bukan karena keuangan perusahaan yang, melainkan adanya perubahan strategi perusahaan. Utamanya untuk memperkuat bisnis iklan "Yahoo for Business" yang tercatat merugi.
Baca juga: Perusahaan Situs Coding GitHub PHK Ratusan Karyawan
Sebab, jika merujuk pada laporan keuangan Yahoo akhir tahun 2022, Yahoo membukukan pendapatan tahunan (GAAP) sebesar 8 miliar dollar AS. (Rp 120,9 triliun, estimasi kurs Rp 15.123).
Lantas, apa yang menyebabkan Yahoo harus memangkas ribuan karyawannya?
Bulan November lalu, Yahoo membeli 25 persen saham di situs periklanan Taboola. Aksi korporasi ini menjadikan Taboola sebagai mitra periklanan asli Yahoo selama 30 tahun ke depan.
Dengan adanya Taboola, Lanzone berharap bisnis periklanan Yahoo bisa bersaing dengan para kompetitor, seperti Google dan Meta. Akan tetapi, sebagai efek kehadiran Taboola, Yahoo harus menutup platform periklanannya, seperti Gemini dan platform sisi penawaran (supplu-side platform/SSP).
Yahoo akan lebih fokus pada platform permintaan (demand-site/DSP) yang akan berubah nama menjadi Yahoo Advertising. Divisi ini akan fokus membuat kerja sama dengan perusahaan kelas atas yang masuk daftar Fortune 500.
“Selama beberapa tahun, strategi bisnis perusahaan adalah bersaing di industri periklanan digital dengan menawarkan ‘unified stack’, yang terdiri dari SSP dan DSP, serta platform asli (seperti Gemini),” jelas Lanzone.
Baca juga: Yahoo Dijual Lagi Laku Rp 72 Triliun, Ini Pemilik Barunya
“Walaupun sudah berupaya dan berinvestasi selama bertahun-tahun, strategi ini tidak menguntungkan dan sulit memenuhi standar tinggi kami,” lanjut Lanzone.
Dalam konteks periklanan, SSP ditujukan untuk para penerbit yang ingin memasangkan iklannya di website/aplikasi ponsel. Guna untuk meningkatkan performa, mengatur harga, dan sebagainya.
Sedangkan, DSP adalah platform yang memberikan akses kepada pengiklan guna mempromosikan konten digitalnya ke berbagai bursa iklan. Tujuannya untuk melakukan pemantauan iklan yang dipromosikan, bidding iklan, optimasi, dan lain sebagainya.
Terkini Lainnya
- Ambisi Malaysia Jadi Pusat Data Center Asia Terganjal
- Kemenperin Puji Samsung Patuhi TKDN, Sindir Apple?
- 5 Merek HP Terlaris di Dunia 2024 Versi Counterpoint
- Apakah Mode Pesawat Bisa Menghemat Baterai HP? Begini Penjelasannya
- Ada Tonjolan Kecil di Tombol F dan J Keyboard, Apa Fungsinya?
- Cara Kerja VPN untuk Membuat Jaringan Privat yang Perlu Diketahui
- Konsol Handheld Windows 11 Acer Nitro Blaze 8 dan Nitro Blaze 11 Resmi, Ini Harganya
- X/Twitter Akan Labeli Akun Parodi
- Deretan Laptop Baru Asus di CES 2025, dari Seri Zenbook hingga ROG Strix
- 5 Penyebab Tidak Bisa Lihat Profil Kontak WA Orang Lain
- Cara Logout Akun Google Photos dari Perangkat Lain
- Reaksi TikTok soal Rumor Bakal Dijual ke Elon Musk
- RedNote, Medsos China Mirip TikTok Jadi Aplikasi No. 1 di AS
- Pasar Ponsel Dunia Akhirnya Membaik, Naik 4 Persen Tahun Lalu
- 10 Jenis Cookies di Internet dan Fungsinya
- Game Lawas Game Boy dan GBA Kini Bisa Dimainkan di Nintendo Switch
- Harga iPhone 14 Series di Indonesia Terbaru Februari 2023, Turun hingga Rp 1 Juta
- Game Hogwarts Legacy Meluncur di Indonesia, Ini Harganya
- XL Tak Mau Kabel Optik di IKN Nusantara Seliweran seperti di Jakarta
- Perusahaan Situs Coding GitHub PHK Ratusan Karyawan