cpu-data.info

India Bikin Sistem Operasi BharOS, Digadang Jadi Pesaing Android dan iOS

Ilustrasi ponsel iPhone dan Android
Lihat Foto

- Sebuah startup asal India bernama JandK Operations Private Limited (JandKops) yang diinkubasi oleh Indian Institute of Technology Madras (IIT Madras), merancang sebuah sistem operasi baru bernama BharOS.

Sistem operasi itu dirancang dengan fokus pada aspek keamanan, keandalan dan skalabilitas. Menariknya, BharOS digadang-gadang menjadi alternatif dari Android dan iOS bagi pengguna smartphone di India.

Proyek BharOS juga mendapat dukungan dari pemerintah India agar perusahaan teknologi seperti Google dan Apple mendapat kompetitor lokal dan bersaing dengan adil di negaranya.

Secara teknis BharOS didasarkan pada Android. Jadi, fitur dan tampilan dari OS ini tidak begitu berbeda dengan Android Stock atau Android asli dari Google.

Perbedaannya adalah bahwa BharOS tidak dilengkapi dengan aplikasi dari Google yang biasanya sudah tersedia secara bawaan di smartphone Android.

Baca juga: Android 14 Bakal Lebih Susah Dipakai Sideload APK

Jadi, pengguna ponsel dengan BharOS tidak akan menemukan aplikasi seperti Google Maps, Gmail atau Google Search kecuali menginstalnya secara mandiri.

Meski demikian, ponsel dengan BharOS akan dibekali beberapa aplikasi pra-instal termasuk browser web serta aplikasi pemutar media.

Untuk keamanannya, OS ini dilengkapi dengan patch keamanan, penyimpanan yang dienkripsi hingga sistem keamanan sandbox, yaitu program keamanan yang memisahkan suatu program agar tidak menggangu atau memengaruhi program lainnya.

BharOS juga diklaim menyediakan proses boot serta sistem pembaruan yang aman.

Sejauh ini tanggal ketersediaan BharOS masih belum dapat dipastikan oleh pengembang. Begitu pula soal rincian model ponsel yang akan mendukung OS tersebut, dihimpun KompasTekno dari MSN, Senin (30/1/2023).

Namun, pengembangan ini menunjukkan ambisi India untuk menyediakan ekosistem alternatif dari Android dan iOS di masa depan.

Upaya mendukung produk lokal

Pemerintah India sendiri memang cukup vokal dalam mengatur praktik persaingan di negaranya, guna mendukung produk lokal.

Akhir tahun lalu Lembaga pengawas antimonopoli India (Competition Commission of India/CCI) menjatuhkan denda sebesar 113 juta dollar AS atau setara Rp 1,7 triliun kepada Google. Pasalnya, Google dinilai menyalahgunakan dominasinya di toko aplikasi Play Store.

Dari hasil penyelidikan lembaga tersebut, Google diketahui mewajibkan pengembang memakai sistem pembayaran bikinan Google sendiri yaitu Google Play Billing System (GPBS), untuk memproses pembayaran dan pembelian melalui Play Store.

Praktik ini dinilai tidak adil dan melanggar undang-undang yang berlaku di India, sehingga Google didenda dan harus melakukan 8 poin penyesuaian.

Baca juga: Survei: Harga HP Android Lebih Jatuh Dibanding iPhone, Ini Buktinya

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat