Tren Artificial Intelligence di Indonesia 2023 Beserta Isu Etika
Tren AI di Indonesia 2023 Beserta Isu Etika-nya
APLIKASI kecerdasan buatan (AI/artificial intelligence) sedang dan terus menyeruak dalam kehidupan masyarakat Indonesia tanpa ada lagi isu geografis.
Baik di kota maupun di desa, selama mereka terakses ke Internet, selama itu pula maka AI berada di sekitar kita.
Yang paling mudah dan sering ditemukan atas implementasi AI adalah di medsos (media sosial) dan lokapasar (market place).
Betapa banyak dari kita bisa share and care kepada kolega di medsos tanpa sengaja kita minta, namun sudah benar-benar muncul berseliweran di beranda.
Betapa sering kita semula tidak melek dan peduli pada sebuah isu lingkar pertemanan di medsos. Namun akhirnya memberi komentar, berbalas respons, dan akhirnya timbul aktivitas luring karena beranda medsos terus menghujami kita berbagai konten yang relevan dengan kebiasaan berselancar kita.
Pun demikian dengan market place, yang mana aplikasi AI di dalamnya memungkinkan rekomendasi produk ditampilkan pada beranda tanpa kita mengetik kata kunci memintanya terlebih dahulu.
Hanya karena percakapan pesan instan dengan keluarga, yang mana nomor tersebut didaftarkan sebelumnya di online shop, maka beranda dihiasai berbagai produk relevan.
AI dengan piawai dan lihainya menyuguhkan list belanjaan secara robotik, atau setelah peranti lunak mempelajari kebiasaan kita dalam mencari atau membeli suatu produk.
Lantas, seperti apakah tren AI tahun depan? Dihimpun dari berbagai literatur, penulis menemukan lima prediksi tren kecerdasan buatan tahun 2023.
Pertama, generative AI, yakni algoritma AI yang generatif mengambil data yang ada (video, gambar atau suara, atau bahkan kode computer) dan menggunakannya untuk membuat konten yang benar-benar baru dan tidak pernah ada di dunia non-digital.
Gabungan konten-konten yang ada melahirkan hal yang tak terbayangkan sebelumnya. Gejala ini sudah muncul perlahan tahun ini, ketika ada selebgram dengan banyak pengikut yang ternyata figur rekaan kreasi AI.
Kedua, ethical and explainable AI, yakni peran etika dari AI akan semakin menonjol, terutama karena korporasi khususnya dan organisasi umumnya, akan mulai mengatasi bias dan ketidakadilan dari sistem pengambilan keputusan AI mereka.
Lengkapnya, ada di bagian bawah tulisan ini.
Ketiga, augmented working, yaitu pada tahun depan, akan lebih banyak dari kita menemukan diri dan sekitar kita bekerja bersama robot dan mesin pintar yang dirancang khusus membantu kita dalam melakukan pekerjaan dengan lebih baik dan lebih efisien.
Gejala ini sudah terasa tahun ini, yang sederhana adalah ketika Polri tak lagi lakukan tilang manual, namun berbasis AI pada sistem yang kita kenal sebagai ETLE (Electronic Trafif Law Enforcement).
Terkini Lainnya
- Realme P2 Pro Meluncur, Spesifikasi Serba "Naik Kelas"
- Cara Jadwalkan Kirim Pesan Gmail di PC dan HP
- Kode Cek Nomor Telkomsel dan Cara Menghubunginya
- Cara Buat Menu Ceklis di Google Docs untuk Keperluan Dokumen
- Jawa Barat Sabet Medali Emas PON XXI Cabor E-sports Nomor Free Fire
- 3 Cara Cek Kesehatan Baterai Macbook dengan Mudah dan Praktis
- Cara Hapus Cache dan Riwayat Pencarian di Google Chrome
- Menpora Sebut Arena E-sports Jadi Venue Terbaik PON XXI 2024
- Game "Celestia: Chain of Fate" Bikinan Indonesia Rilis di PC dan Nintendo Switch
- Cara Mengatasi Akun Tidak Diizinkan Menggunakan WhatsApp, Jangan Panik
- Apple Intelligence Tak Bisa Digunakan di China dan Eropa, Kenapa?
- Bos ZTE Ungkap Faktor Utama Pendorong Ekonomi Digital di Indonesia
- Ini Dia, Smartphone dengan Layar Sekunder Dikelilingi Kamera
- 3 Cara Cek Versi Windows 32-bit atau 64-bit dengan Mudah dan Cepat
- PS5 Pro Ditenagai GPU Baru dari AMD, Seperti Ini Kemampuannya
- PUBG Mobile Rilis Royale Pass M17, Hadirkan 15 Skin Permanen Baru
- Elon Musk Marah-marah dan Ancam Apple di Twitter, Ada Apa?
- [POPULER TEKNO] Bos Baru WhatsApp Indonesia | Maraknya iPhone "No Service" | Poster Festival Musik Instafest Spotify yang Viral di Medsos
- Mau Jadi Gamer Profesional? Simak Dulu Tip Berikut
- Calvin Kizana Diangkat Jadi Bos WhatsApp Indonesia