Bisakah TikTok Diandalkan Jadi Sumber Berita?

- Masifnya informasi yang ada di internet membuat setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk mencari informasi. Kini, media sosial pun juga digunakan sebagai sumber berita. Salah satunya platform video berdurasi pendek, TikTok.
Namun, meski makin banyak yang mengandalkan TikTok sebagai sumber berita, studi justru menemukan bahwa sejumlah video yang diunggah ke platform TikTok ternyata tak sepenuhnya benar, dan terkadang justru mengandung misinformasi.
Studi tersebut dilaporkan oleh NewsGuard, perusahaan yang meneliti misinformasi yang beredar di internet.
Hasil penelitian itu menemukan sekitar 20 persen dari 27 topik pencarian topik di TikTok, seperti Covid-19, krisis iklim, konflik antara Rusia dan Ukraina, aborsi, dan Pemilu 2020 di AS, mengandung sejumlah misinformasi.
Baca juga: Instagram Kepayahan Kejar Popularitas TikTok, Reels Masih Tertinggal
Untuk terhindari dari hasil laporan yang bias, para peneliti men-install ulang (reinstall) aplikasi TikTok, guna memastikan informasi yang disuguhkan tidak terpengaruh oleh aktivitas pengguna sebelumnya.
Selain itu, hasil pencarian yang muncul di TikTok nantinya juga digunakan untuk membandingkan kata kunci (keyword) yang muncul di Google saat melakukan pencarian.
Kembali ke hasil penelitian, temuan 20 persen yang dilaporkan peneliti terdiri dari 540 hasil pencarian di TikTok. Dari hasil pencarian tersebut, 105 video di dalamnnya berisikan klaim-klaim palsu yang dianggap dapat menyesatkan penonton.
Ada beberapa penemuan lain yang juga digarisbawahi oleh NewsGuard, yang pertama adalah keyword yang muncul saat melakukan pencarian topik di TikTok menggunakan frasa/kata yang mengandung klaim palsu.
Baca juga: Saat TikTok Mulai Jadi Sumber Berita oleh Gen Z...
Misalnya, saat pengguna melakukan pencarian “krisis iklim” atau “perubahan iklim” di kolom pencarian, rekomendasi video dari hasil penelusuran tersebut adalah “perubahan iklim dibantah” atau “perubahan iklim tidak ada”.

Yang kedua adalah terdapat kesalahan informasi pada topik kesehatan terkait vaksinasi Covid-19. Ketika peneliti melakukan pencarian “vaksin mRNA”, ditemukan lima dari 10 video terdiri dari misinformasi atau klaim yang keliru.
Sebaliknya, saat keyword tersebut dibandingkan dengan pencarian di Google, sistem algoritma Google menawarkan tautan ke artikel yang menjelaskan terkait cara kerja vaksin Covid-19, artikel dari situs resmi kesehatan di AS, dan sebagainya.
Baca juga: 3 Cara Mengenali Kabar Hoaks di Internet
Sehingga tidak ditemukan adanya klaim palsu/misinformasi yang disuguhkan Google.
Hal ini mengindikasikan ketika pengguna mencari topik tertentu seperti vaksin Covid-19, rekomendasi video yang disuguhkan algoritma TikTok mengarahkan pengguna untuk melihat konten-konten yang memiliki klaim salah (misinformasi).
Respons TikTok
Melihat fenomena misinformasi yang berseliweran di TikTok, founder NewsGuard, Steven Brill mempertanyakan apakah upaya Bytedance (perusahaan induk TikTok) selama ini sudah cukup untuk menahan arus informasi yang salah, atau justru sengaja membiarkan informasi keliru tersebut berseliweran di platform mereka.
“(Misinformasi yang beredar di TikTok) ini adalah (sebuah) ketidakmampuan atau sesuatu yang lebih buruk,” jelas Brill, dihimpun KompasTekno dari The Associated Press, Senin (19/9/2022).
Sebab, bila mengacu pada pedoman komunitas milik TikTok (community guidelines) tertulis bahwa perusahaan tidak mengizinkan adanya misinformasi di platform, seperti informasi medis/kesehatan yang keliru.
Baca juga: Google Sematkan Label Cek Fakta di Hasil Pencarian Gambar
Oleh karena itu, menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Brill, Bytedance pun menyatakan bahwa misinformasi yang beredar di TikTok bakal dihapus/dihilangkan.
“Kami tidak mengizinkan adanya misinformasi, termasuk informasi kesehatan dan kami akan menghapusnya dari platform,” tulis TikTok.
“(Dikarenakan) Kami berkerja sama dengan pemeriksa fakta yang kredibel untuk meningkatkan konten otoritatif terkait topik kesehatan, masyarakat, dan (telah) bermitra dengan organisasi pemeriksa data yang membantu kami menilai keakuratan konten,” tambah TikTok.
Terkini Lainnya
- iPhone XS Masih Layak Dibeli Tahun 2025? Begini Penjelasannya
- Kelebihan dan Kekurangan eSIM Dibanding Kartu SIM Biasa
- Google Luncurkan Ironwood, Chip AI untuk Inferensi Skala Besar
- Spesifikasi dan Harga iPhone 16 Pro Max Max di Indonesia, mulai Rp 22 Juta
- Samsung Ajak Konsumen Jajal Langsung Galaxy A56 5G dan A36 5G di "Awesome Space"
- Cara Aktifkan eSIM Telkomsel di HP Android dan iPhone
- Elon Musk Dulu Ejek Bentuk Roket yang Bawa Katy Perry ke Luar Angkasa
- Tidak Ada Batas Waktu, Ini Cara Login dan Aktivasi MFA ASN
- HP Poco F7 Ultra dan F7 Pro Resmi di Indonesia, Harga Termurah Rp 7 Jutaan
- Link Download dan Cara Instal Safe Exam Browser buat Tes Rekrutmen Bersama BUMN 2025
- Momen Katy Perry di Luar Angkasa: Lihat Lengkung Bumi dan Pegang Bunga Aster
- Manuver Intel Selamatkan Bisnis Chip, Jual 51 Persen Saham Perusahaan Hasil Akuisisi
- 6 Cara Mengatasi Kode OTP Invalid saat Aktivasi MFA ASN Digital, Jangan Panik
- Katy Perry ke Luar Angkasa Pakai Roket Bos Amazon, Kembali Selamat dan Cium Tanah
- Cara Beli eSIM Telkomsel dan Daftar Harganya
- Teknologi 5G Dipakai PT Freeport untuk Kurangi Risiko Kecelakaan
- Intel Setop Pakai Nama Pentium dan Celeron mulai 2023
- Honor X40 Meluncur, Diklaim Ponsel Tertipis di Dunia
- Dampak Positif dan Negatif IPTEK
- Sejarah hingga Perkembangan Google Chrome