Tren NFT di Indonesia, Ekosistem, dan Minat Masyarakat
- Popularitas Non Fungible Token (NFT) di Indonesia meroket setelah mahasiswa bernama Ghozali atau dikenal sebagai Ghozali Everyday naik daun.
Ghozali ramai dibicarakan karena harga foto selfie miliknya yang dijual dalam bentuk NFT melambung tinggi.
NFT sendiri adalah semacam sertifikat digital yang menjamin keaslian foto, video, atau bentuk aset virtual lainnya meski copy-nya sudah banyak beredar di dunia maya.
Meskipun tren NFT di Indonesia baru booming, perkembangannya sudah dimulai sejak 2019.
Menurut CEO DeBio Network sekalgus Co-Founder Asosiasi Blockchain Indonesia, Pandu Sastrowardoyo, sejak tahun 2019 sejumlah artis dan seniman sudah ada yang terjun ke dunia NFT.
Sejak fenomena Ghozali viral, masyarakat Indonesia juga berbondong-bondong mencoba peruntungan dengan menjual berbagai foto sebagai NFT. Seperti Ghozali, mereka memilih untuk menjualnya di marketplace NFT global yaitu OpenSea.
Sayangnya, pemahaman masyarakat terkait NFT masih sangat minim, sehingga foto digital seperti KTP pun dijadikan sebagai aset NFT dan dijual. Padahal praktik ini dilarang karena memuat data pribadi.
Baca juga: Festival Musik Coachella Jual Tiket Seumur Hidup dalam Bentuk NFT
Lantas seberapa siap Indonesia menyambut tren NFT dan bagaimana ekosiste NFT di Indonesia?
Minat masyarakat Indonesia terhadap NFT
Seperti praktik perdagangan pada umumnya, penjualan NFT juga melibatkan penjual, pembeli, pasar, serta aturan dari lembaga terkait.
Pakar Budaya dan Komunikasi Digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan mengatakan bahwa dari sisi penjual maupun pembeli, perkembangan NFT di Indonesia belum mencapai fase kritis. Dengan kata lain, belum banyak orang yang ingin terjun ke NFT.
"Tampaknya para pengembang NFT atau investasi digital lainnya merasa perlu untuk mengajak orang lain kesana, karena semakin banyak orang yang masuk akan semakin menggairahkan pasar," kata Firman kepada KompasTekno.
Selain belum banyak pemain yang terlibat, Firman juga memerhatikan faktor keamanan, legalitas hingga aturan yang melindungi investor, yang menurutnya belum begitu siap.
Oleh karena itu Firman menilai ekosistem NFT di Indonesia belum memadai untuk menampung perkembangan NFT sebagai investasi.
Baca juga: Dokter Bedah Digugat gara-gara Jual NFT Foto X-ray Pasien
"Kalau saya lihat ekosistemnya belum memadai untuk disebut sebagai ekosistem yang mampu menampung perkembangan NFT sebagai investasi secara sehat," kata Firman.
"Ekosistemnya masih sangat minim, hanya sebatas orang bisa jual. Bahwa nilai investasi terbentuk, itu sudah jalan. Tapi soal keamanan, legalitas, property right, itu belum memadai," imbuh Firman.
Terkini Lainnya
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- China Pamer Roket yang Bisa Dipakai Ulang, Saingi Roket Elon Musk
- 10 Cara Mengubah Tulisan di WhatsApp Menjadi Unik, Mudah dan Praktis
- Ini Dia, Jadwal Rilis Global dan Daftar HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS 2
- 2 Tim Indonesia Lolos Grand Final "Free Fire" FFWS Global 2024 di Brasil
- Hati-hati, Hacker Gunakan File ZIP untuk Menyusup ke Windows
- Dua Perangkat Apple Ini Sekarang Dianggap "Gadget" Jadul
- Valuasi Induk TikTok Tembus Rp 4.755 Triliun
- WhatsApp Siapkan Desain Baru, Ini Bocoran Tampilannya
- Headphone Vs Earphone, Mana yang Lebih Aman Digunakan?
- Apa Itu Rumus COUNT di Microsooft Excel dan Contoh Penggunaannya
- Bagaimana Cara Registrasi Kartu Telkomsel Baru?
- Arti Kata "Angst" Istilah Slang yang Sering Digunakan di Media Sosial
- Cara Menolak Otomatis Panggilan dari Nomor yang Disembunyikan di HP Android
- Cara Mengatasi Last Seen WhatsApp Tidak Berubah dengan Mudah dan Praktis
- Daftar Harga Paket Internet Iconnet dan Cara Berlangganannya
- Perusahaan China Punya Sistem Pendeteksi Karyawan yang Ingin Resign
- Google Maps Bikin Kesasar? Begini Cara Kerjanya
- Cara Menggunakan FaceTime di Mac
- Harga Samsung Galaxy A32 dan Galaxy A32 5G Terbaru Februari 2022