Kominfo Siapkan "Jalan Tol" Tambahan untuk 5G Tahun Ini

- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana menambah spektrum frekuensi untuk "jalan tol" 5G pada 2022 ini. Total tambahan spektrum frekuensi untuk 5G ditargetkan mencapai 1.000 MHz.
Tambahan frekuensi untuk jaringan internet generasi kelima (5G) ini diharapkan dapat mempercepat pemerataan 5G di Indonesia.
Juru Bicara Kementerian Kominfo, Dedy Permadi, mengatakan penambahan frekuensi tersebut akan dilakukan di pita frekuensi 26 GHz.
"Saat ini, Kementerian Kominfo berencana akan melakukan farming di pita frekuensi 26 GHz karena pita ini sedang tersedia dan tidak ada pengguna existing di dalamnya," kata Dedy melalui pesan singkat kepada KompasTekno.
Baca juga: Kominfo Buka-bukaan soal Rencana dan Target 5G pada 2022
Frekuensi 26 GHz tersebut merupakan salah satu dari tiga layer "jalan tol" yang disiapkan pemerintah untuk mengoptimalkan jaringan 5G di Tanah Air.
Ada pun tiga layer "jalan tol" 5G yang disiapkan pemerintah meliputi Super Data Layer (high band) di spektrum 26/28 GHz, Capacity Layer (middle band) di frekuensi 2.3/2.6/3.3/3.5 GHz, dan Coverage Layer (low band) di 700 MHz.
Menkominfo Johnny G. Plate sempat mengatakan bahwa spektrum frekuensi radio itu dapat dianalogikan sebagai oksigen dalam implementasi 5G di Tanah Air.
"Jadi, tambahan spektrum frekuensi tersebut akan mempercepat pemerataan jaringan 5G di Indonesia," kata Johnny, dikutip KompasTekno dari laman resmi Kominfo, Senin (17/1/2022).
Rencana penambahan dan penataan ulang (refarming) frekuensi radio ini juga sudah dimasukkan ke dalam rencana strategis Kementerian Kominfo untuk tahun 2020-2024.
Rencana tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri (PM) Kominfo Nomor 2 Tahun 2021 yang diteken pada Februari lalu.
Hingga tahun 2024, Kominfo menargetkan total sebesar 1.310 MHz spektrum frekuensi yang disiapkan untuk "jalan tol" jaringan 5G.
Baca juga: 15 Negara dengan Internet 5G Tercepat di Dunia
Farming 26 GHz untuk 5G menunggu kesiapan perangkat

Dedy hanya mengatakan bahwa jadwal farming pita 26 GHz akan menyesuaikan kematangan dukungan ekosistem perangkat dan kesiapan dukungan infrastruktur.
"Pasalnya, kesiapan dan kesesuaian perangkat yang dapat digunakan dalam frekuensi tersebut masih menjadi tantangan," kata Dedy.
Ia menambahkan, tantangan yang dimaksud, misalnya, pemanfaatan pita 26 GHz ini memiliki kapasitas transmisi yang cukup besar, sehingga membutuhkan dukungan infrastruktur aktif jaringan fiber optic yang memadai.
Terkini Lainnya
- Fitur Baru WA di Indonesia, Bisa Bikin Paket Stiker Sendiri
- Daftar Kode Negara iPhone dan Cara Mengeceknya
- 35 Daftar HP Mendukung E-SIM Tri dan Cara Belinya
- Kenapa Tidak Bisa Menerima Kode OTP SMS? Begini Penyebabnya
- Apa Itu Italian Brainrot atau Meme Anomali yang Lagi Viral di TikTok?
- 4 Tips Dapat Penghasilan Tambahan lewat Instagram
- Samsung Galaxy M56 Bawa Desain Kamera Baru, Bodi Tipis, dan Android 6 Generasi
- Moto Book 60 Resmi, Laptop Pertama Buatan Motorola
- Hands-on Samsung Galaxy A26 5G, HP Rp 3 Jutaan dengan Desain Elegan
- Huawei Luncurkan Ascend 920, Chip AI "Pelawan" Aturan Amerika
- Bill Gates Pamer Kode Pertama Microsoft, Ada 150 Halaman
- Apple Siapkan iPhone Lipat Pertama, Harganya Rp 39 Juta?
- Nvidia Rilis Zorah, Demo Game "GeForce RTX 50" yang Terlalu Nyata
- Celah Keamanan Internet yang Eksis 23 Tahun Akhirnya Ditutup
- 21 Robot Manusia Ikut Half Marathon, Finish dalam 2 Jam 40 Menit
- Warganet Indonesia Serbu OpenSea, Jual NFT Foto KTP hingga Makanan Rp 3,8 Miliar
- DxOMark: Kamera Vivo X70 Pro Ungguli iPhone 13
- Kominfo Sebut Indonesia Berpeluang Besar dalam Pengembangan Metaverse
- Cem Bolukbasi, Atlet F1 E-sports yang Jadi Pebalap Formula 2 Sungguhan
- Harga Dogecoin Kembali Melesat, Ini Penyebabnya