cpu-data.info

Merger Telko Menguntungkan Semua

Menara BTS Telkomsel.
Lihat Foto

Pemerintah sudah menyetujui terjadinya merger antara Indosat Ooredoo dengan Hutchison Tri Indonesia (3). Namun, kata Menkominfo Johnny G Plate, soal evaluasi, memang masih dalam pembahasan di Kementerian Kominfo.

Intinya pemerintah juga setuju, bahkan mendorong terjadinya konsolidasi, apakah itu berupa merger atau akuisisi.

Kini dari enam operator, Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, Tri, Smartfren dan Net1, dengan merger tinggal lima, itu pun yang terakhir tadi sudah agak sulit bernapas.

Proses konsolidasi semestinya masih berlanjut, “diperas” lagi menjadi tiga atau setidaknya empat operator. Peluang masih banyak, XL Axiata bisa merger dengan Smartfren, Smartfren masuk ke Indosat Ooredoo Hutchison, atau bahkan XL Axiata dengan Telkomsel, seperti pernah disarankan oleh pengamat telekomunikasi, Kamilov Sagala.

Ketiga operator papan atas tadi punya kelebihan masing-masing, walau Telkomsel diakui sudah memberikan lebih dari apa yang operator lakukan bagi pelanggannya. Telkomsel sudah menjadi operator digital yang siap memberi apa pun layanan digital yang diminta pelanggan, modal tidak masalah, baik modal finansial maupun modal pelanggan, 169,1 juta.

Jaringan Telkomsel ada di semua wilayah, sampai ke pedesaan terpencil, bahkan juga merambah wilayah 3T (terluar, terdepan dan tertinggal) di seluruh Nusantara. Tetapi kalau ini kejadian, tampaknya Telkomsel akan lebih bersifat pasif, sebab ia sudah punya apa pun yang dibutuhkan sebuah operator.

XL Axiata punya jaringan luas, yang menggunakan teknologi anyar yang hemat capex (capital expenditure – biaya modal), punya layanan konvergensi – menggabungkan layanan telekomunikasi dengan internet dan hiburan – lewat XL Home.

SDM mereka, 1.600-an orang melayani 56 juta pelanggan, 2 dari 6 direksi adalah kaum hawa, dan menguasai 103.000 km serat optik, menggabungkan ribuan BTS dan lebih dari 6.000 menara kosong, mereka jual.

Dijamin UU Cipta Kerja

Smartfren tidak kalah. Modal mereka dari Kelompok Sinarmas menjadi dukungan kuat untuk Smartfren melakukan ekspansi. Sekarang masa ekspansi sedang gencar dilakukan, walau karena itu Smartfren masih rugi dalam laporan keuangannya.

Namun jadi catatan, kalau mau merger atau akuisisi, ya harus dilakukan secepatnya, karena konsolidasi saat ini sangat berbeda dengan masa XL Axiata mengakuisisi Axis, yang salah momentumnya.

Regulasi menyangkut konsolidasi didukung UU Cipta Kerja, UU no 11 tahun 2020 dan Peraturan Pemerintah (PP) No 46 tahun 2021 tentang Postelsiar.

Ketakutan akan diambilnya spektrum frekuensi tidak akan terjadi, bahkan juga jika lebar spektrum yang dimilik operator hasil merger masih tidak imbang dengan spektrum milik Telkomsel yang pelanggannya yang 1,5 kali jumlah pelanggan Indosat + Tri.

Kelak bisa saja terjadi spektrum menjadi tidak relevan untuk dikhawatirkan, karena kedua operator merger saat ini juga gencar berekspansi, bisa signifikan berefek kepada jumlah pelanggan.

Ambil saja pelanggan Tri, yang 90 persen adalah pemuda, mahasiswa, kalangan milenial. Ketika pelanggan Tri bisa menerima telepon di NTT, Maluku, atau Papua yang di sana juga banyak milenial, pelajar dan mahasiswa, bukan tidak mungkin jumlah pelanggan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) naik mendekati Telkomsel, tidak hanya 104 juta .

Menjadi catatan juga bagi IOH, mencontoh apa yang diberikan Tri kepada pelanggannya sehingga lebih 44 juta pelanggannya setia, perlu menambahkan segmen milenial di segmen-segmen pelanggan mereka. Tidak cukup hanya memasukkan (ex-)-pelanggan Tri ke dalam segmen Indosat IM-3, yang sebetulnya masih agak borjuis.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat