4 Alasan untuk Tidak Menaruh Ponsel di Kasur saat Tidur
- Smartphone kini sudah menjadi perangkat penting dalam kehidupan manusia. Sudah menjadi rahasia umum pula bahwa sebagian pengguna tak bisa lepas dari ponsel miliknya, bahkan ketika mereka tidur.
Pengguna seringkali meletakkan ponsel miliknya di atas kasur hingga di bawah bantal. Alasannya beragam, entah karena mendengarkan musik, memastikan alarm yang disetel terdengar jelas, atau sekadar memudahkan ponsel untuk dijangkau bila ada notifikasi masuk.
Apapun alasannya, sebenarnya meletakkan ponsel di atas kasur bisa menimbulkan efek jangka panjang yang tidak baik untuk kesehatan pengguna.
Oleh karena itu, bila tak berniat mematikan daya ponsel, pengguna dianjurkan untuk menyimpan ponselnya beberapa meter dari tempat tidurnya.
Berikut empat alasan penting untuk tidak menaruh ponsel di atas kasur saat tidur.
1. Risiko terbakar
Alasan penting untuk tidak lagi meletakkan ponsel di kasur atau bahkan di bawah bantal ialah adanya risiko kebakaran.
Kebiasan menaruh ponsel di bawah bantal terbukti bisa membahayakan keselamatan pengguna, seperti yang dialami Ariel Tolfree, seorang remaja asal Texas, Amerika Serikat, pada 2014.
Saat tertidur, ia terbangun karena mencium bau barang terbakar. Ternyata bau terbakar itu berasal dari ponsel miliknya yang ia letakkan di bawah bantal.
Ponselnya itu terlihat memercikkan api kecil yang keluar dari bagian baterai ponsel. Alhasil, bantal dan sebagian sisi seprai kasur Tolfree hangus terbakar, sebagaimana dihimpun dari DailyMail.
Baca juga: Main Smartphone Sebelum Tidur Baik untuk Kesehatan?
Untuk ponsel milik Tolfree sendiri, dalam buku manual, vendor pembuat ponsel tersebut sudah menyebutkan bahwa ada risiko kebakaran jika gadget tertutup selimut atau bahan tebal lainnya, sebagaimana dihimpun dari ABC News.
2. Risiko terpapar radiasi
Ponsel memang diketahui memancarkan radiasi karena perangkat ini menggunakan frekuensi radio untuk bisa berfungsi.
Misalnya, ponsel generasi kedua, ketiga, dan keempat (2G, 3G, 4G) memancarkan frekuensi radio dalam rentang frekuensi 0,7–2,7 GHz, serta ponsel generasi kelima (5G) yang diperkirakan menggunakan spektrum frekuensi hingga 80 GHz.
Menurut laman resmi National Cancer Institute (NCI), badan pemerintah AS untuk penelitian kanker, semua frekuensi ini termasuk dalam rentang spektrum non-ionisasi, yaitu frekuensi rendah dan energi rendah.
"Energinya terlalu rendah untuk merusak DNA. Kerusakan DNA sendiri dapat menyebabkan perubahan pada gen yang dapat meningkatkan risiko kanker," tulis NCI.
Terkini Lainnya
- Suasana Peluncuran Global Oppo Find X8 Series di Bali, Dihadiri Undangan dari Berbagai Negara
- Spesifikasi dan Harga Samsung Galaxy A16 5G di Indonesia
- Oppo Gandeng Merek Fesyen Paris Maison Kitsune, Bikin Casing Find X8 Series
- YouTube Music "2024 Recap" Dirilis, Rangkum Lagu yang Sering Diputar Mirip Spotify "Wrapped"
- Apple Sodorkan Rp 1,5 Triliun demi TKDN iPhone 16, Pemerintah RI?
- Bukti Kuat Motorola Bakal "Comeback" ke Pasar Ponsel Indonesia
- Beda Smart TV, Android TV, dan Google TV, Kenali sebelum Beli
- Oppo Find X8 Rilis Global Hari Ini di Bali, Begini Cara Nonton Peluncurannya
- Pemerintah AS Desak Google Jual Browser Chrome
- Taktik Apple Buka Blokir iPhone 16, Tawar Rp 157 Miliar lalu Rp 1,5 Triliun
- Xiaomi Redmi A4 5G Meluncur, HP Kamera 50 MP Harga Rp 1 Jutaan
- Daftar Aplikasi Android Terbaik 2024, ShopeePay Nomor 1 di Indonesia
- iPhone 16 Masih Dilarang, Apple Janji Tambah Investasi 10 Kali Lipat
- Robot Manusia Ikut Lari "Half Marathon", Finish dengan Sekali Isi Baterai
- Fungsi Rumus POWER di Microsoft Excel dan Cara Menggunakannya
- Hari Ini 30 Tahun yang Lalu, Website Pertama di Dunia Mengudara
- Shutterstock dan OnlyFans Wajib Bayar Pajak di Indonesia
- Pengguna Telkomsel Bisa Streaming Audio Bebas Kuota di Aplikasi Noice
- Game "Honor of Kings" Disebut Candu, Tencent Perketat Aturan Main
- Pertama Kali, Penjualan Ponsel Xiaomi Tertinggi di Dunia