cpu-data.info

Google Hentikan Project "Balon Internet" Loon

Autolauncher Google Project Loon
Lihat Foto

- Perusahaan induk Google, Alphabet berencana menghentikan proyek balon internetnya atau yang lebih dikenal dengan Project Loon.

Faktor biaya menjadi alasan di balik rencana penutupan proyek ini. Alphabet mengaku perusahaan tidak menemukan cara untuk menekan biaya operasi Project Loon sehingga bisnis yang berkelanjutan sulit untuk dicapai.

“Jalan menuju kelangsungan komersial telah terbukti memakan waktu lebih lama dan lebih berisiko dari yang kami harapkan. Jadi kami membuat keputusan sulit untuk menutup Loon," tulis Astro Teller, Kepala Lab Penelitian X.

Sebenarnya, proyek Google Loon pernah menerima beberapa kali menerima kucuran dana investasi. Misalnya pada 2019, Loon menerima investasi 125 juta dollar AS (sekitar Rp 1,7 triliun) dari HAPSMobile, anak perusahaan SoftBank.

Selain itu, tahun lalu, balon internet ini juga diketahui sudah disebar secara komersil untuk pertama kalinya di Kenya.

Telkom Kenya menggunakan Loon untuk menyediakan koneksi jaringan 4G LTE di area seluas hampir 31.000 mil persegi (kira-kira 8 juta hektar) di seluruh Kenya Tengah dan Barat, termasuk ibu kota Nairobi.

Tidak diketahui jumlah investasi yang didapatkan Loon dalam penyebaran komersial pertamanya ini.

Namun, investasi yang diterima Loon agaknya tidak cukup untuk membiaya operasi layanannya. Menurut laporan The Information, Loon dikatakan mulai kehabisan uang dan kembali bergantung pada induknya, Alphabet, untuk menjalankan bisnis.

Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari New York Times, Jumat (22/1/2021), layanan Google Loon rencananya akan dimatikan dalam beberapa bulan ke depan.

Baca juga: Indonesia, Negara Keempat yang Pakai Balon Internet Google

Apa itu Google Loon?

Proyek Loon awal mulanya diinisiasi Google pada tahun 2011. Baru pada 2013, Google pertama kali melakukan uji publik pada Loon.

Ide awal Loon adalah membawa jaringan internet ke berbagai tempat yang sulit dijangkau oleh infrastruktur internet konvensional, misalnya karena faktor biaya ataupun geografi.

Dalam arti lain, Loon ini sebenarnya bisa menyebarkan internet ke berbagai lokasi terpencil di seluruh dunia.

Loon dikenal sebagai balon internet Google karena bentuknya yang menyerupai balon udara. Balon ini terbuat dari lembaran polietilen seukuran lapangan tenis serta didukung oleh panel surya.

Balon tersebut nantinya akan bertindak seperti sebuah satelit atau "BTS udara".

Balon ini diterbangkan ke lapisan stratosfer dengan jarak dua kali ketinggian pesawat komersil sehingga tidak akan mengganggu lalu lintas udara. Namun, ketinggian tersebut masih jauh di bawah jalur orbit satelit.

Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang berminat menggunakan layanan Loon. Pada 2016, uji coba sudah dilakukan di sejumlah lokasi.

Baca juga: Mengenal Google Loon, Balon Internet yang Pernah Diujicoba di Indonesia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat