cpu-data.info

Huawei Akui Kesulitan Cari Pengganti Google

Ilustrasi ponsel Huawei.
Lihat Foto

- Sudah berbulan-bulan sejak Huawei masuk ke dalam entity list oleh pemerintah AS. Sejak saat itu, Google dan beberapa perusahaan lain memutuskan bisnisnya dengan Huawei.

Alhasil, bisnis ponsel Huawei tersendat. Sebab, smartphone Huawei masih mengandalkan sistem operasi Android sebagai software utama. Hingga saat ini, Huawei mengaku masih kesulitan mencari pengganti Huawei.

"Tantangan paling berat adalah (mencari) layanan Google. Kami masih bisa menggunakan platform Android karena open-source, tapi kami tidak bisa menggunakan layanan yang bisa menjalankan aplikasi Google," aku Joy Tan, Vice President Public Affair Huawei AS.

Huawei sebenarnya sedang mengembangkan OS sendiri bernama HarmonyOS. Namun berkali-kali, Huawei mengatakan tetap akan memprioritaskan Android sebagai basis software.

Baca juga: Huawei Resmikan Hongmeng, Sistem Operasi Pengganti Android

Soal pemblokiran, Tan mengatakan Huawei masih berusaha melobi pemerintah AS agar melonggarkan dampak pemblokiran, terutama bagi pengguna Huawei yang sudah ada.

Ia juga berusaha mendapatkan kembali akses ke teknologi yang dinilai tidak sensitif bagi keamanan dalam negeri AS. Namun sampai saat ini upaya itu belum berbuah hasil.

Presiden AS Donald Trump beberapa kali mengisyaratan lampu hijau kepada Huawei. Politikus partai Republik itu menjanjikan untuk mengizinkan perusahaan AS berdagang lagi dengan Huawei, khusus untuk peralatan non-sensitif. Tapi bagaimana mekanismenya, konon belum jelas.

Beberapa bulan sebelumnya Trump juga sudah berjanji akan membuka bisnis AS dan Huawei lagi, setelah bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping bulan Juni lalu. Namun ganjalan politik dua negara agaknya membuat resolusi konflik tersebut alot.

Kendati bisnis ponselnya tersendat oleh pemblokiran AS, Huawei tetap sesumbar adanya peningkatan pendapatan.

Baca juga: CEO Huawei Sesumbar Harmony OS Bakal Saingi Apple iOS

Dihimpun KompasTekno dari The Register, Kamis (24/10/2019), vendor smartphone China itu mengaku ada peningkatan pendapatan 25 persen di kuartal II-2019, menjadi 86 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.207 triliun).

Penjualan ponsel juga diklaim mencapai 186 juta dalam tiga bulan. Tanpa disebutkan persentasenya, angka ini naik dari kuartal yang sama tahun lalu meski pertumbuhannya disebut melambat.

Meski secara global bisnis ponsel Huawei seret, namun di China flagship Huawei mendominasi pasar.

 

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat