Menkominfo Baru Harus Kebut UU Perlindungan Data Pribadi

JAKARTA, - Johnny Gerard Plate resmi menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika di Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Sejumlah "warisan" program yang belum tuntas dari periode pun menunggu.
Salah satunya adalah Undang-undang Perlindungan Data Pribadi yang batal disahkan dan harus mulai dirumuskan dari nol. UU ini harus segera dikebut, mengingat perhatian Jokowi terhadap ekonomi digital ke depan sangat besar.
"Karena yang jadi persoalan hari ini kan lemahnya perlindungan data pribadi warga negara dalam konteks ekonomi digital," jelas Deputi Direktur Riset Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Wahyudi Djafar.
Menurutnya, UU ini harus menjadi piroritas Johnny. Langkah pertama yang harus dilakukan sebagai Menkominfo baru adalah memastikan RUU ini masuk di dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2019-2024.
Baca juga: Menkominfo Johnny Plate Ingin Bikin Gol RUU PDP
Menilik latar belakang Johnny yang pernah duduk di DPR RI, Wahyudi menilai seharusnya Johnny bisa mengakselerasi lobi ke DPR agar UU ini tidak alot seperti sebelumnya.
"Dia memiliki jejaring di parlemen yang bisa digunakan utnuk mempercepat proses pembahasan dan memberikan pemahaman yang lebih utuh kepada anggota-anggota parlemen, untuk mengakselerasi perlindungan data pribadi," jelasnya.
Namun, Johnny harus memastikan kesamaan visi dan pandangan antar-lembaga pemerintah lebih dulu, terutama untuk mendialogkan materi-materi substantif.
Sebab, perbedaan pandangan antar-lembaga pemerintah menjadi salah satu penghambat molornya pengesahan UU Perlindungan Data Pribadi ini.
Akui jadi prioritas
Johnny sendiri mengungkapkan, perlindungan data pribadi akan menjadi prioritasnya. RUU ini rencananya akan masuk Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2020.
"Kita harus selesaikan cepat, payung hukum terkait perlindungan data," kata Johnny, dalam acara serah terima jabatan di kantor Kemenkominfo, Rabu (23/10/2019).
Baca juga: RUU Perlindungan Data Pribadi Dinilai Tumpang Tindih
Data center tak harus di Indonesia
Terkait tentang penempatan pusat data (data center), Wahyudi mengatakan hal itu tak menjadi soal, apakah ingin ditempatkan di dalam atau di luar negeri.
Menurut Wahyudi, yang paling penting adalah Indonesia harus memiliki hukum yang komprehensif, dan sesuai dengan aturan-aturan perlindungan data pribadi di negara lain.
"Jadi mirip GDPR (General Data Protection Regulation) di Eropa", katanya.
Menurutnya, prinsip data saat ini adalah borderless, yang tidak bisa dikunci dalam yuridiksi teritorial tertentu. Hukum, kata Wahyudi, harus berlaku ekstrateritorial, sehingga bisa melindungi data pribadi warga negara di manapun mereka berada.
Baca juga: Mengenal Sosok Menteri Kominfo Baru, Johnny G Plate
Terkini Lainnya
- 75 Twibbon Paskah 2025 untuk Rayakan Kebangkitan Yesus Kristus
- Infinix Note 50s 5G Plus Meluncur, Smartphone dengan Casing Unik yang Wangi
- Jadwal MPL S15 Hari Ini, "Derby Klasik" RRQ Hoshi Vs Evos Glory Sore Ini
- Tablet Motorola Moto Pad 60 Pro dan Laptop Moto Book 60 Meluncur, Daya Tahan Jadi Unggulan
- WhatsApp Siapkan Fitur Baru, Orang Lain Tak Bisa Simpan Foto dan Video Kita
- Ini Perkiraan Harga iPhone Lipat Pertama
- 7 Penyebab Battery Health iPhone Turun Drastis yang Perlu Diketahui
- Google Tiru Fitur Browser Samsung Ini untuk di Chrome
- Cara Beli E-SIM Tri, Harga, dan Aktivasinya
- 2 Cara Mengaktifkan E-SIM XL dengan Mudah dan Praktis
- Cara Migrasi Kartu SIM Fisik ke E-SIM Telkomsel via Online, Mudah dan Cepat
- Samsung Galaxy M56 5G Meluncur, Bawa Bodi Tipis dan Datar
- Nvidia Hadapi Kerugian Rp 92 Triliun Imbas Ekspor Chip Dibatasi
- Video Lama Ungkap Alasan Bos Apple Pilih Rakit iPhone di China
- Jadwal MPL S15 Minggu Ini, Ada "Derby Klasik" RRQ Hoshi vs Evos Glory