Katie Bouman, Programmer Wanita di Balik Foto "Black Hole"
- "Memikirkan cara untuk melihat dan mengukur sesuatu yang tidak bisa dilihat secara kasat mata". Itulah prinsip yang ditanamkan oleh Katie Bouman, programmer wanita di balik foto perdana Lubang Hitam (black hole) yang dirilis oleh para ilmuwan.
Sejumlah ilmuwan ini, termasuk Bouman yang masih menjadi ilmuwan junior, bergabung dalam tim yang bernama Event Horizon Telescope (EHT), yang memiliki misi untuk menangkap citra lubang hitam di luar angkasa.
Bouman sendiri, bersama tim yang ia pimpin, bertugas untuk menyatukan dan memperjelas gambar yang didapatkan oleh sejumlah teleskop besar yang terpencar di Bumi, namun saling terhubung.
Nantinya, setelah foto diambil dan dikumpulkan oleh tim lain, tim Bouman kemudian menggunakan algoritma yang telah dibuatnya untuk merekonstruksi kumpulan data, dengan beberapa metode penyatuan foto, agar menjadi satu gambar yang jelas.
Baca juga: Bagaimana "Black Hole" Sejauh 500 Triliun Km dari Bumi Bisa Difoto?
Bahkan, ia tadinya mengira bahwa timnya hanya akan mendapatkan sebuah gumpalan yang tak berarti, tanpa adanya sebuah cahaya di sekitar lubang hitam, yang menjadi karakteristiknya. Lalu, seperti apa algoritma yang dibuat Bouman?
Algoritma CHIRP
Pada 2016, Bouman membuat algoritma untuk membantu program komputer melakukan pencitraan dan rekonstruksi gambar.
Here's the moment when the first black hole image was processed, from the eyes of researcher Katie Bouman. #EHTBlackHole #BlackHoleDay #BlackHole (v/@dfbarajas) pic.twitter.com/n0ZnIoeG1d
— MIT CSAIL (@MIT_CSAIL) April 10, 2019
Program yang ia namakan CHIRP (Continuous High-resolution Image Reconstruction using Patch priors) itu bisa digunakan untuk menggabungkan sejumlah data dan gambar mentah yang dihasilkan oleh teleskop-teleskop yang tersebar di berbagai belahan dunia.
Sebab, tidak ada satu teleskop yang cukup kuat untuk menjangkau lubang hitam yang jaraknya mencapai 500 triliun kilometer dari Bumi itu. Maka itulah digunakan jaringan teleskop tadi.
Data yang diambil dari jaringan teleskop Event Horizon kemudian disimpan di ratusan hard disk, dan dibawa ke Boston, AS dan Bonn, Jerman untuk disatukan, menggunakan algoritma buatan Bouman.
Foto yang dihasilkan oleh algoritma tersebut kemudian dianalisa oleh empat tim ilmuwan berbeda, untuk memastikan kesahihan foto.
Tak ada latar belakang
Meski menciptakan algoritma dan bergabung dengan tim EHT, Bouman sendiri ternyata tidak memiliki latar belakang ilmu yang membicarakan black hole.
Saat pertama kali bergabung di dalam tim EHT, sekitar enam tahun lalu, wanita berumur 29 tahun ini mengaku tidak memiliki pengetahuan tentang black hole.
Terkini Lainnya
- Tablet Infinix Xpad Versi 4G Resmi di Indonesia, Ini Harganya
- Terungkap, Hacker Pembobol Indodax dari Korea Utara
- Realme P2 Pro Meluncur, Spesifikasi Serba "Naik Kelas"
- Cara Jadwalkan Kirim Pesan Gmail di PC dan HP
- Kode Cek Nomor Telkomsel dan Cara Menghubunginya
- Cara Buat Menu Ceklis di Google Docs untuk Keperluan Dokumen
- Jawa Barat Sabet Medali Emas PON XXI Cabor E-sports Nomor Free Fire
- 3 Cara Cek Kesehatan Baterai Macbook dengan Mudah dan Praktis
- Cara Hapus Cache dan Riwayat Pencarian di Google Chrome
- Menpora Sebut Arena E-sports Jadi Venue Terbaik PON XXI 2024
- Game "Celestia: Chain of Fate" Bikinan Indonesia Rilis di PC dan Nintendo Switch
- Cara Mengatasi Akun Tidak Diizinkan Menggunakan WhatsApp, Jangan Panik
- Apple Intelligence Tak Bisa Digunakan di China dan Eropa, Kenapa?
- Bos ZTE Ungkap Faktor Utama Pendorong Ekonomi Digital di Indonesia
- Ini Dia, Smartphone dengan Layar Sekunder Dikelilingi Kamera