cpu-data.info

Terancam Diblokir, Bisnis Huawei Tetap Lancar Jaya

Ilustrasi Huawei
Lihat Foto

- Huawei tengah diterpa masalah serius yang mengancam eksistensinya terjegal di Amerika Serikat. Akan tetapi, pertumbuhan bisnisnya tetap meningkat signifikan.

Pendapatannya selama 2018 diprediksi naik 21 persen menjadi 109 miliar dollar AS (Rp 1.583 triliun). Sebelumnya, prediksi itu hanya berkisar 100 miliar dollar AS (Rp 1.500 triliun).

CEO Huawei, Guo Ping, baru-baru ini juga mengumumkan penjualan ponsel tembus 200 juta unit. Angka itu merupakan rekor tertinggi Huawei sepanjang sejarah.

Tahun lalu, Huawei hanya mengapalkan 153 juta unit ponsel. Sementara pada 2016 angkanya masih berkisar 139 juta unit.

Bukan cuma di bisnis ponsel, Huawei juga sesumbar soal kelancaran bisnisnya di sektor jaringan telekomunikasi. Huawei sejauh ini sudah mengamankan kontrak dengan 26 vendor untuk menggelar jaringan 5G.

Hal tersebut menjadikannya sebagai vendor 5G terbesar saat ini, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Sabtu (29/12/2018), dari Reuters.

Pencapaian Huawei tahun ini bisa dibilang anomali, mengingat masalahnya dengan pemerintah Amerika Serikat masih berlanjut. Belakangan, beberapa negara seperti Australia dan Selandia Baru, turut menentang Huawei dan mendukung Amerika Serikat.

Ihwalnya, Huawei dituduh menjadi mata-mata China di Amerika Serikat. Pihak Huawei sudah lantang membantah tuduhan itu, tetapi Amerika Serikat dan negara-negara sekutu tak gampang percaya.

Bahkan, salah satu bos yang merupakan anak pendiri Huawei, Sabrina Meng, harus ditahan di Kanada atas perintah Amerika Serikat.

Selain Huawei, ZTE juga menjadi sasaran tuduhan Amerika Serikat. Belum jelas apakah tuduhan itu benar adanya, pun tak terlihat ada upaya penyelesaian melalui jalan tengah. Kita tunggu saja.

Baca juga: Donald Trump Siapkan Larangan Total Produk Huawei dan ZTE di AS?

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat