Waspada, Malware Android Menyamar Jadi Play Store

- Hati-hatilah apabila menjumpai aplikasi Android dengan ikon mirip toko aplikasi Google Play Store di internet. Bisa saja aplikasi tersebut merupakan program jahat yang menyamar untuk mengelabui calon korbannya.
Keberadaan malware bernama “GPlayed” ini belakangan diungkap oleh peneliti firma riset sekuriti Cisco Talos dalam sebuah laporan.
Selain nama dan ikon mirip Google Play Store, sang program jahat juga melabeli diri sebagai “Google Play Marketplace” agar semakin meyakinkan.
Padahal, kenyataanya GPlayed merupakan malware jenis trojan yang powerful karena mampu melakukan banyak hal begitu terpasang di perangkat Android korban.
Awalnya ia akan meminta permission untuk mengakses daftar kontak di ponsel korban, berikut akses administrator dan settings sistem operasi.

Dengan kata lain, pembuat malware bisa mengembangkan kemampuannya dari jauh tanpa perlu mengkompilasi ulang atau memperbarui paket trojan di perangkat yang terifeksi. Gplayed pun bisa dibuat jadi serba bisa.
Baca juga: Hati-hati! Aplikasi Palsu Fortnite Bawa Malware
“Ini adalah trojan berkemampan penuh yang mampu berfungsi sebagai trojan bank hingga mata-mata. Berarti ia bisa melakukan segala hal mulai dari mencuri informasi perbankan korban sampai memonitor lokasi perangkat,” tambah para peneliti Cisco Talos.
Sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Digit.in, Selasa (16/10/2018), Gplayed saat ini tampak seperti masih dalam masa pengujian dan belum dilepas sepenuhnya.
Dari bahasa yang ditampilkan sang malware di kotak-kotak dialog permission, sang malware agaknya ditargetkan untuk korban dari kalangan pengguna berbahasa Rusia, meski sebenarnya mudah saja ia dibuat berbahasa lain.
Cisco Talos menambahkan bahwa tren malware yang menyaru sebagai aplikasi resmi ini belakangan semakin mengemuka, karena makin banyak pula pembuat aplikasi yang ingin mendistribusikan aplikasinya tanpa melalui Google Play Store.
Sebelumnya pernah ditemukan pula malware yang menyamar sebagai game populer Fortnite. Game ini memang tidak ada di Play Store karena pembuatnya tak mau membayar potongan 30 persen yang dipungut Google.
Pada akhirnya, yang menjadi korban adalah pengguna awam yang tak bisa membedakan mana aplikasi asli dan mana aplikasi jadi-jadian.
Terkini Lainnya
- Mencoba MSI Claw 8 AI Plus, Konsol Gaming Windows 11 dengan Joystick RGB
- Cara Pakai WhatsApp Bisnis buat Promosi UMKM
- Cara Buat Kartu Ucapan Ramadan 2025 untuk Hampers lewat Canva
- Databricks Ekspansi ke Indonesia: Buka Potensi AI dan Pengelolaan Data
- GPU Nvidia RTX 5070 Ti Mulai Dijual di Indonesia, Ini Harganya
- Oppo Rilis Case dan Wallet Edisi Timnas Indonesia untuk Reno 13 F 5G
- 5 Aplikasi Al Quran untuk Mengaji Selama Puasa Ramadhan 2025
- Akamai Rilis Laporan "Defender Guide 2025" untuk Mitigasi Ancaman Siber
- Layanan Indosat HiFi Dikeluhkan Gangguan, Ada yang Sampai 9 Hari
- Cara Melihat Password WiFi di Laptop Windows 11 dengan Mudah dan Praktis
- Tabel Spesifikasi Nubia V70 Design di Indonesia, Harga Rp 1 Jutaan
- Google Bawa Fitur ala Circle to Search ke iPhone
- Microsoft Umumkan Muse, AI untuk Bikin Visual Video Game
- Chatbot AI Grok Jadi Aplikasi Terpisah, Bisa Diunduh di HP dan Desktop
- Perbedaan Spesifikasi iPhone 16 Vs iPhone 16e