Sisi Lain di Balik Menterengnya Kerja di Google
- Pada Maret lalu, LinkedIn menempatkan perusahaan induk Google, Alphabet di posisi kedua, sebagai perusahaan yang paling banyak diincar warga Amerika Serikat untuk bekerja.
Namun, di balik hingar bingar bekerja di raksasa Silicon Valley tersebut, ada sisi lain yang belum banyak diketahui. Sebuah laporan dari Bloomberg mengatakan jika Google lebih banyak merekrut karyawan kontrak dibanding karyawan permanen.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah berdirinya Google selama 20 tahun, jumlah karyawan kontrak melebihi karyawan tetap. Data ini diperoleh dari sumber dalam yang mengakses basis data internal perusahaan search engine itu.
Pegawai kontrak Google ditandai dengan lencana berwarna merah, sementara pegawai tetap memiliki lencana putih.
Mereka mengisi berbagai posisi mulai dari bertugas menyajikan makanan, membersihkan kantor, menuliskan kode, menangani panggilan sales, merekrut pegawai, melakukan screening YouTube, menguji coba mobil tanpa awak milik Google, dan bahkan mengelola semua manajemen tim.
Mereka memang bekerja di perusahaan terkaya ketiga di dunia versi Fortune ini, namun peluang karir dan keuntungan lain secara prbadi sangat sedikit di dapat dibanding para pekerja tetap.
Baca juga: Berapa Gaji Rata-rata Karyawan Google?
Hal ini membuat lingkungan kerja Google terbagi menjadi dua kasta, yakni pekerja tetap di kelas atas dan pekerja kontrak di kasta kedua.
"Mereka (pekerja kontrak) merasa terisolasi dan seperti warga kelas kedua," terang salah satu advokat grup Coworker.org, Yana Calou.
Secara pendapatan, pegawai kontrak juga memperoleh sedikit imbalan dari perusahaan dibanding pegawai tetap.
Maria Noel Fernandez, direktur kampanye Silicon Valley Rising, sebuah kelompok serikat pekerja yang mengadvokasi buruh mengatakan, boleh jadi mereka bekerja di perusahaan kaya, namun mereka bukan bagian dari kekayaan Google.
"Banyak pekerja yang tidak memiliki suara. Mereka belum tentu mendapatkan manfaat dari bekerja di sebuah perusahaan teknologi besar dan mentereng ini," jelas Fernandez.
Dilansir KompasTekno dari Seattle Times, Rabu (1/8/2018), Google memberikan nama sendiri bagi para pekerja kontrak, yakni TVC yang merupakan kepanjangan dari "temps, vendors and contractors".
Mereka dipekerjakan oleh pihak agensi luar, termasuk dari Adecco Group, Cognizant Technology Solution, dan Randstad.Sayangnya, Google menolak blak-blakan soal berapa agensi yang digunakan untuk merekrut pekerja sementara tersebut.
Sementara para mantan pekerja kontrak dan tetap Google, menolak untuk memberikan keterangan karena tak ingin membahayakan pekerjaan mereka. Namun mereka memiliki rencana untuk mendiskusikan isu pekerja kontrak ke manajemen Google.
Beberapa perusahaan Silicon Valley lain, seperti Apple dan Facebook juga bergantung pada pekerja kontrak yang terus menerus ada. Sebab, merekrut pegawai kontrak bisa menekan jumlah pekerja tetap.
Terkini Lainnya
- Ini Dia, Turnamen E-sports Pemecah Rekor Penonton Terbanyak dalam Sejarah
- Berapa Kapasitas Baterai HP yang Ideal buat Ngonten di Media Sosial?
- Youtuber Gadget Kecewa iPhone 16 Belum Meluncur, Minta Apple Turuti Pemerintah
- Nvidia Salip Apple Lagi, Jadi Perusahaan Teknologi Terkaya di Dunia
- Apple Mau Investasi Rp 157 Miliar di Indonesia, Padahal Masih "Hutang" Rp 240 Miliar
- Menkomdigi: Operasional Pusat Data Nasional Mundur
- iPhone 16 Absen di Indonesia, Ini Tanggapan Vendor HP Android
- Tawaran Baru Investasi Apple di Indonesia Tetap Lebih Kecil Dibanding Negara Tetangga
- iPhone 16 Diblokir di Indonesia, iBox dkk Kompak Bungkam
- Pemerintah RI Larang iPhone 16, Respons Pasar Terbelah
- 10 HP Flagship Android Terkencang Oktober 2024 Versi AnTuTu
- Youtuber David "Gadgetin" Komentari Pemblokiran iPhone 16 di Indonesia
- Ponsel Honor X9c Meluncur, Baterai 6.600 mAh dan Tahan Jatuh 2 Meter
- Relakah Pemerintah RI Cabut Blokir iPhone 16 Hanya dengan Rp 157 Miliar?
- iPhone 16 Absen di Indonesia, Ini Tanggapan Vendor HP Android