cpu-data.info

Drone Pembantu Petani buatan Mahasiswa Indonesia Dipamerkan di Kantor Pusat Microsoft

Tugas yang bisa dilakukan BeeHive Drone antara lain pengecekan dan analisis tanaman hingga penyiraman air, pupuk, atau pestisida. ?
Lihat Foto

WASHINGTON,  - Tim BeeHive Drone yang terdiri atas mahasiswa University of Manchester asal Indonesia, mendapat kesempatan menampilkan karyanya di babak showcase Microsoft Imagine Cup 2018 di Redmond, Washington, Amerika Serikat (AS).

Pada Senin (23/7/2018), tim BeeHive Drone telah melalui tahap penjurian di kantor pusat Microsoft, bersama dengan 48 tim dari berbagai negara.

"Sangat senang telah melalui penjurian, juri tadi juga kagum dan memberikan feedback yang bagus, semoga bisa lanjut ke babak berikutnya," kata Anindita Pradana Suteja, anggota tim BeeHive Drone ketika ditemui KompasTekno di kantor pusat Microsoft, di Redmond, Washington.

Anindita dan ketiga rekannya yang tergabung dalam BeeHive Drone, yakni Ishak Hilton Pujantoro Tnunay, Muhamad Randi Ritvaldi, dan Albertus Gian, merupakan salah satu pemenang di Imagine Cup 2018 tingkat Asia Pasifik yang berlangsung April 2018 lalu di Kuala Lumpur, Malaysia.

Baca juga: Drone dan Aplikasi Pertanian Indonesia Berlaga di Malaysia

Atas kemenangan tersebut, mereka berhak tampil di ajang Imagine Cup global di kantor pusat Microsoft di Redmond, Washington, Amerika Serikat.

Selain bisa berinteraksi dengan dewan juri secara langsung, kesempatan yang didapat oleh BeeHIve Drone ini juga dimanfaatkan untuk mendapatkan perhatian dari media-media internasional.

"Kita harap ini (solusi drone untuk pertanian) juga dilirik oleh media internasional, jadi ada engagement dan membuka peluang kerja sama," kata Albertus Gian, CEO BeeHive Drone.

Solusi efisien bagi petani

BeeHive Drone yang berlaga di Microsoft Imagine Cup 2018 ini dirancang untuk mengerjakan tugas petani sehari-hari lewat aplikasi ponsel.

Tugas yang bisa dilakukan BeeHive Drone, antara lain pengecekan dan analisis tanaman hingga penyiraman air, pupuk, atau pestisida.

Para mahasiswa ini merancang agar drone "diparkir" di stasiun drone yang berada di tengah-tengah kawasan pertanian.

Para petani atau pemilik sawah bisa mendaftarkan sawah mereka di aplikasi mobile, memilih layanan perawatan, dan membayar layanan itu lewat aplikasi yang sama.

Setelah terkonfirmasi, drone ini akan terbang tanpa perlu awak untuk mengontrolnya ke sawah yang memesan layanan.

Dalam hitung-hitungan para mahasiswa ini, petani menghabiskan sekitar Rp 1.000.000 per hektar untuk pestisida. Dengan solusi Beehive Drone, para petani diperkirakan bisa mengurangi biaya sebesar Rp 300.000, atau lebih hemat 30 persen.

Selain itu, drone ini bisa memangkas waktu yang biasanya butuh 1 jam untuk menyemprot 1 hektar lahan, hanya butuh waktu 30 menit.

Baca juga: Viral Guru Mengajar Microsoft Word dengan Papan Tulis Berbuah Bantuan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat