Ditinggal Sang Pendiri, WhatsApp Bakal Dipenuhi Iklan?
- CEO sekaligus pendiri WhatsApp, Jan Koum memutuskan hengkang pada 1 Mei kemarin. Ia menyusul rekannya Brian Acton yang lebih dulu mundur pada akhir 2017 lalu.
Jan Koum dan Brian Acton adalah dua tokoh penting yang membuat WhatsApp bersih dari iklan. Mereka bersikukuh menjaga model bisnis WhatsApp dan mengutamakan kenyamanan serta privasi pengguna.
Setelah mereka hengkang, bukan tidak mungkin Facebook sebagai perusahaan induk, bakal "memborbardir" para pengguna WhatsApp dengan iklan.
Hal ini diprediksi oleh analis dari Barclays, yang mengatakan bahwa hengkangnya Jan Koum dari jajaran eksekutif membuat Facebook bakal lebih leluasa mengincar pengguna WhatsApp sebagai target pengiklan.
"Kami telah diberi tahu oleh banyak pihak selama beberapa tahun terakhir, bahwa jika Jan Koum pergi, saat itulah iklan akan muncul," ungkap analis Barclays sebagaimana dikutip KompasTekno dari CNBC, Rabu (2/5/2018).
Menurut Barclays, kepergian Koum juga menandakan adanya ketegangan di antara para petinggi, terkait cara monetisasi aplikasi pesan instan terpopuler sejagat itu. Perginya Koum bakal membuat membuka pintu monetisasi jadi lebih lebar, namun para pengguna jadi terancam oleh iklan.
Bahkan hal ini ditegaskan oleh salah satu petinggi Facebook, David Marcus yang mengungkapkan secara terang-terangan bahwa WhatsApp bakal lebih terbuka dan tak menutup kemungkinan adanya kerjasama dengan para pengiklan.
Baca juga: Pendiri WhatsApp Ajak Netizen untuk Hapus Facebook
"Soal iklan, kami sepakat untuk membuat WhatsApp lebih terbuka dari sebelumnya," ungkap David sebagaimana diberitakan CNBC.
Sedari awal, Koum dan Acton mendirikan WhatsApp memang fokus terhadap privasi pengguna dan menolak kehadiran iklan. Koum pun berjanji akuisisi oleh Facebook pada 2014 lalu tak bakal berdampak pada prinsip WhatsApp.
Namun, lambat laun Facebook menekan WhatsApp untuk mulai menghasilkan uang.
Salah satu langkahnya dilakukan pada 2016, saat WhatsApp mengumumkan bakal memberikan nomor-nomor telepon penggunanya ke Facebook, untuk keperluan targeting iklan. Hal ini berujung pada denda sebesar 122 juta dollar AS dari regulator di Uni Eropa.
Sampai saat ini, Facebook sebagai induk WhatsApp memang belum menemukan model bisnis yang tepat untuk menyemai uang dari pesan instan ini. Kendati demikian, dengan jumlah pengguna yang mencapai angka miliaran, tentu ini menjadi lahan basah untuk mendulang uang.
Facebook sendiri membeli WhastApp dengan harga yang fantastis, yakni senilai 19 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 200 triliun pada 2014 lalu. Harga yang sangat tinggi ini tentu menandakan bahwa Facebook melihat adanya potensi monetisasi yang sangat besar dari WhatsApp.
Baca juga : Pendiri WhatsApp Komentari Orang Indonesia
Terkini Lainnya
- Sony Aplha 1 II Diumumkan, Kamera Mirrorless dengan AI dan Layar Fleksibel
- Pengguna Threads Instagram Kini Bisa Buat Tab Feed Khusus Sendiri
- Waspada, Ini Bahayanya Menyimpan Password Otomatis di Browser Internet
- Tabel Spesifikasi Oppo Find X8 di Indonesia, Harga Rp 13 Jutaan
- Facebook Messenger Kedatangan Update Besar, Video Call Makin Jernih
- Apakah Aman Main HP Sambil BAB di Toilet? Begini Penjelasannya
- WhatsApp Rilis Fitur Voice Message Transcripts, Ubah Pesan Suara Jadi Teks
- Cara Mencari Akun Facebook yang Lupa E-mail dan Password, Mudah
- ZTE Nubia Z70 Ultra Meluncur, HP Bezel Tipis dengan Tombol Kamera Khusus
- Spesifikasi dan Harga Oppo Find X8 Pro di Indonesia
- Smartphone Vivo Y300 Meluncur, HP dengan "Ring Light" Harga Rp 4 Jutaan
- Oppo Find X8 Pro Punya Dua Kamera "Periskop", Bukan Cuma untuk Fotografi
- Ini Komponen Apple yang Akan Diproduksi di Bandung
- Inikah Bocoran Desain Samsung Galaxy S25 Ultra "Paling Dekat"?
- Jadwal M6 Mobile Legends, Fase Wild Card Hari Kedua