Google Translate Dikeluhkan Berlaku Seksis

- Aplikasi alih bahasa Google Translate dianggap melakukan praktik diskriminasi berdasarkan gender atau jenis kelamin (seksis) saat melakukan penerjemahan kalimat. Kasus ini pertama kali ditemukan oleh seorang penulis yang bekerja di Universitas Chicago, Alex Shams.
Pada awalnya, Shams mencoba mengetikkan beberapa kalimat sederhana, seperti "dia adalah seorang dokter" dan "dia adalah seorang perawat" dengan menggunakan bahasa Turki.
Saat kalimat tersebut diterjemahkan ke bahasa Inggris, Ia pun terkejut. Alasannya, beberapa profesi atau pekerjaan langsung diasosiasikan kepada perempuan. Misalnya untuk pekerjaan mencuci baju dan profesi perawat.
Sedangkan pekerjaan lain seperti programer dan insirnyur diterjemahkan Google sebagai pekerjaan laki-laki. Menurut Shams, sistem penerjemahan pada Google Translate seksis dan bias gender.
Tanpa pikir panjang, Shams pun mengabadikan hasil temuannya melalui tangkapan layar dan menyebarkan penemuan itu melalui akun Twitter miliknya.
"Bahasa Turki merupakan bahasa yang netral terhadap gender. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Tapi, lihat apa yang terjadi ketika aku menerjemahkannya dalam bahasa Inggris," tulis Shams di akun Twitter miliknya. Kicauan ini telah di-retweet sebanyak lebih dari 15.000 kali.
Turkish is a gender neutral language. There is no "he" or "she" - everything is just "o". But look what happens when Google translates to English. Thread: pic.twitter.com/mIWjP4E6xw
— Alex Shams (@seyyedreza) November 27, 2017
Seorang yang penasaran dengan postingan Shams bernama Taika Dahlbom kemudian mencoba sendiri. Wanita asal Finlandia ini menguji alogaritma Google Translate dengan mengetikkan kata "dia" dalam bahasa ibunya.
Sama seperti Shams, Taika lantas menerjemahkan kata tersebut ke dalam bahasa Inggris. Hasilnya, secara keseluruhan kata tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk orang ketiga dari laki-laki.
"Lihat, bagaimana seksisme Google Translate. Bahasa Finlandia adalah bahasa netral. Tapi Google memilih untuk memberi gelar berdasarkan pekerjaan mereka," ujar Dahlbom.
Look,how @Google Translate does #sexism! #Finnish has a gender neutral third-person pronoun. But Google decides, if a job title is good to go with the male or the female English third-person pronoun. Idea: @seyyedreza in #Turkish pic.twitter.com/jU9Su0JXd5
— Taika Dahlbom (@TaikaDahlbom) November 28, 2017
Saat diuji KompasTekno, Google Translate juga menampilkan hasil terjemahan yang sama seperti yang dikeluhkan di atas. Meski hasilnya tidak konsisten. Misalnya saat kalimat "dia seorang kuli bangunan" diterjemahkan, hasilnya adalah "she's a construction worker".
Google Translate sebetulnya menyediakan beberapa opsi hasil terjemahan. Misalnya untuk kalimat "dia sedang memasak" hasil yang ditampilkan adalah "he is cooking" dengan pilihan lain "she is cooking". Meski demikian tidak ada opsi lain untuk terjemahan "dia seorang programer". Hasil terjemahan untuk kalimat itu hanya ada, "he is a programmer".
Menanggapi hal ini, Google masih belum memberikan komentarnya, seperti dikutip KompasTekno dari DailyMail, Jumat (15/11/2017).
Pengaruh algoritma
Selama bertahun-tahun, peneliti maupun pengembang aplikasi berusaha mengembangkan alogaritma dari kecerdasan buatan agar menyerupai manusia. Biasanya, alogaritma itu diadaptasi berdasarkan perilaku dan data yang paling banyak dilakukan dan ditemukan.
Mungkin inilah yang terjadi pada sistem algoritma Google Translate. Di setiap penerjemahan, Google memasukkan sistem algoritma berdasarkan frekuensi dan data yang paling banyak ditemukan.
Terkini Lainnya
- LAN: Pengertian, Fungsi, Cara Kerja, Karakteristik, serta Kelebihan dan Kekurangannya
- 3 Game Gratis PS Plus April 2025, Ada Hogwarts Legacy
- Trafik Broadband Telkomsel Naik 12 Persen saat Idul Fitri 2025
- Apple Kirim 600 Ton iPhone dari India ke AS
- 3 Cara Menyimpan Foto di Google Drive dengan Mudah dan Praktis
- Samsung Galaxy A26 5G: Harga dan Spesifikasi di Indonesia
- Google PHK Ratusan Karyawan, Tim Android dan Pixel Terdampak
- Harga iPhone 12, 12 Mini, 12 Pro, dan iPhone 12 Pro Max Second Terbaru
- Trump Bebaskan Tarif untuk Smartphone, Laptop, dan Elektronik dari China
- Apa Itu e-SIM, Bedanya dengan Kartu SIM Biasa?
- WordPress Rilis Fitur Baru, Pengguna Bisa Bikin Website Pakai AI
- INFOGRAFIK: Mengenal Teknologi E-SIM yang Kini Digunakan iPhone
- WA Down di Berbagai Negara, Tidak Hanya Indonesia
- WhatsApp Down, Pengguna Tidak Bisa Kirim Chat ke Grup
- Google Diterpa Gelombang PHK, Karyawan Divisi Android dan Pixel Kena Imbas