cpu-data.info

Fortinet: Serangan Siber Akan Sangat Merusak dan Mampu Belajar Sendiri

Derek Manky, Global Security Strategist Fortinet, berbicara dalam acara konferensi media di Shopia Antipolis, Perancis, Selasa (14/11/2017).
Lihat Foto

SHOPIA ANTIPOLIS, - Serangan siber pada tahun 2018 diprediksikan akan semakin destruktif dan bahkan memiliki kemampuan untuk belajar sendiri (self-learning). Model serangan ini dikhawatirkan akan menjadi bisnis baru yang diseriusi para peretas di tahun 2018.

Demikian prediksi dari Fortinet yang disampaikan oleh Derek Manky, Global Security Strategist Fortinet, dalam acara konferensi media di Shopia Antipolis, Perancis, Selasa (14/11/2017). menjadi salah satu peserta di acara tersebut.

Fortinet merupakan perusahaan yang bergerak di bidang solusi keamanan siber. Mereka memiliki Fortinet FortiGuard Labs, yang menggelar riset terkait ancaman siber global secara reguler.

Manky menekankan, serangan siber di tahun 2018 akan mengadopsi kemampuan canggih dalam bidang intelijen buatan dan automatisasi (artificial intelligence and automation).

Kemampuan AI dan automatisasi ini dipakai untuk meningkatkan ransomware untuk memeras layanan komersial. Para peretas juga tengah menyiapkan senjata yang makin canggih untuk menyerang perangkat elektronik yang terhubung dengan internet (internet of things) atau IoT serta infrastruktur strategis.

"Ekonomi digital kita dihasilkan dari inovasi teknologi yang menciptakan kesempatan baik maupun buruk di bidang keamanan siber," kata Manky. Selalu saja ada yang memanfaatkan kesempatan untuk mengambil keuntungan ilegal.

Manky menekankan, fenomena banyaknya perangkat elektronik yang terhubung internet menciptakan fenomena hyperconnectivity, yang kemudian dimanfaatkan para pemain kriminal baru yang tak mudah untuk diatasi.

"Saat bersamaan, musuh ternyata telah memanfaatkan automatisasi dan kecerdasan buatan dengan skala yang berlipat, tak terduka, dan jangkauan yang lebih luas," kata Manky.

Serangan siber, seperti WannaCry dan NotPetya beberapa bulan lalu, menjadi pertanda kemunculan serangan yang sifatnya masif dan diperkirakan akan memiliki dampak ekonomi signifikan di masa depan.

"Sistem keamanan yang mengandalkan kekuatan untuk automasi, integrasi, dan terfokus akan menjadi harapan baru untuk memerangi ancaman masa depan yang makin cerdas," kata Derek.

Tahun 2018, kata Manky, akan menjadi era kebangkitan hivenet dan swarmbot yang dibangun berdasarkan serangan canggih, seperti Hajime dan Devil's Ivy atau Reaper. Fortinet memprediksikan para kriminal siber akan menggantikan cara lama, yaitu botnet dengan cara baru yang disebut hivenet.

Hivenet memiliki kecerdasan buatan yang bisa mengomunikasikan perangkat elektronik yang terinfeksi untuk saling terkoneksi dan saling "ngobrol". Dampaknya, hasil serangan akan lebih "kreatif" dan efektif.

"Hivenet akan mengandalkan self-learning untuk secara efektif mencari target yang rentan dalam skala yang tak terduga. Hivenet ini bisa saling ngobrol satu sala lain dan mereka mengambil aksi berdasarkan kecerdasan lokal yang saling dibagi antar hivenet," kata Manky.

Hivenet adalah semacam zombi seperti botnet. Namun, zombi hivenet lebih "berbahaya" karena semakin cerdas dan bekerja tanpa perintah dari pusat kendali botnetHivenet bisa mengambil tindakan sendiri atas informasi yang berhasil mereka olah bersama.

Beberapa tahun ke depan, kata Manky, kita akan melihat serangan seperti ini. Kehadiran internet of things, yaitu perangkat elektronik yang bisa terhubung ke internet, menjadi salah satu celah keamanan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat