Pencipta Tombol Like Hapus Aplikasi Facebook, Ini Alasannya

- Pengguna jejaring sosial Facebook pasti akrab dengan tombol “Like” untuk menyatakan kesukaan terhadap posting tertentu. Tombol ikonik tersebut diciptakan oleh seorang engineer Facebook bernama Justin Rosenstein pada 2007.
Ironisnya, belakangan Justin Rosenstein justru memutuskan untuk membatasi pemakaian Facebook dan media sosial lain seperti Snapchat, juga forum online Reddit. Dia menghapus aplikasi Facebook dan bahkan tak mau memasang aplikasi apapun di iPhone yang baru dibelinya.
Ada apa gerangan? Rupanya Justin Rosenstein takut ketagihan. Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, dia menyebut media sosial bisa membikin kecanduaan layaknya heroin.
Tombol “Like” ciptaannya sendiri itu disebut sebagai “kesenangan palsu” yang mendasari bangkitnya “attention economy”, yakni dunia internet yang dibentuk di sekitar iklan.
Baca: 98 Informasi Pribadi yang Diketahui Facebook
“Sering sekali manusia membuat sesuatu dengan niat baik, tapi tanpa sengaja malah menimbulkan konsekuensi negatif,” keluh Justin Rosenstein seakan menyesali penciptaan tombol Like, sebagaimana dirangkum KompasTekno, Senin (9/10/2017).
Malah menggiring opini
Justin Rosenstein pada awalnya membuat tombol Like untuk “menyebarkan sesuatu yang positif di Facebook”. Tombol ini mudah untuk dipakai, cukup dengan sekali klik untuk menyatakan kesukaan terhadap posting.
Reaksi pengguna Facebook ternyata luar biasa. Angka user engagement meroket karena para pengguna suka dengan afirmasi sosial yang datang dari mendapatkan atau memberikan Like.
Hal ini kemudian memberikan data kepada Facebook tentang apa saja yang disukai oleh masing-masing pengguna. Data tersebut kemudian dijual ke pengiklan untuk menarget pengguna terkait.
Efek media sosial yang bersifat attention based ini bahkan bisa melebar ke politik dan menyebabkan perubahan besar dengan menggiring opini, seperti keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dan kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden AS yang disinyalir ikut diwujudkan oleh Facebook.
Di level individu, Justin Rosenstein khawatir tentang efek ketagihan yang ditimbulkan media sosial terhadap pengguna. Sebuah studi menunjukkan bahwa rata-rata pengguna smartphone membuka perangkatnya (dengan sapuan atau sentuhan di layar) sebanyak lebih dari 2.600 kali per hari.
Studi lain mengatakan smartphone berpotensi mengurangi kapasitas kognitif dan kemampuan fokus. Bahkan ketika sedang dimatikan sekalipun, ponsel tetap merusak perhatian apabila ada di sekitar pengguna.
“Perhatian semua orang teralihkan,” ujar Justin Rosenstein . “Sepanjang waktu”.
Baca: Facebook Siap Rekrut 1.000 Orang untuk Iklan
Terkini Lainnya
- Netflix Buka Restoran, Bawa Konsep Serial dan Film Populer
- 2 Cara Menghentikan SMS Spam Iklan Pinjol yang Mengganggu
- Cara Blokir SMS Spam dan Promosi di HP Samsung
- MSI "Pede" Jual Konsol PC Handheld Lebih Mahal dari Asus dan Lenovo
- 4 Cara Bikin Kartu Ucapan Lebaran 2025 untuk Hampers, Cepat dan Bisa Cetak Sendiri
- Unboxing Moto G45 5G, HP Pertama Motorola "Comeback" ke RI
- Tablet "Flagship" Huawei MatePad Pro13.2 Meluncur, Bawa Fitur Olah Dokumen Level PC
- Motorola Resmi Kembali ke Indonesia, Bawa HP Moto G45 5G
- Ponsel Lipat Huawei Mate X6 Meluncur, Harga Rp 31 Jutaan
- Huawei Mate XT Ultimate Resmi Rilis Global, Smartphone Lipat Tiga Harga Rp 60 Juta
- Cara Menghapus Cache di HP Xiaomi dengan Mudah dan Praktis
- iPhone SE Tidak Ada Lagi, Ini Gantinya?
- Begini Kemampuan AI di PC Gaming Handheld MSI Claw 8 AI Plus
- Bocoran 4 Saudara Kembar Oppo Find X9
- 2 Cara Beli Tiket Kapal Feri Online untuk Mudik Lebaran 2025, Mudah dan Praktis