Garuda Lolos Kepailitan, Apa Berikutnya...
Maskapai penerbangan merugi, bangkrut dan dipailitkan akibat pandemi covid-19, banyak di dunia, tetapi banyak juga yang sehat. Namun rugi sebelum terkena imbas pandemi dan terancam dipailitkan, ada, salah satunya Garuda Indonesia, yang jumlah utangnya Rp 144,06 triliun atau 9,8 miliar dollarAS.
Dalam satu dekade terakhir, Garuda sempat untung. Misalnya 8 juta dollar AS pada 2016, menderita rugi dua tahun berturut-turut kemudian, lalu untung tahun 2019 sebesar hampir 7 juta dollar dari pendapatan 4,57 miliar dollar.
Tiba-tiba anjlok jadi rugi satu miliar dollar pada 2020 dan 1,66 miliar dollar pada 2021, akibat pendapatan berturut-turut turun pada dua tahun itu sebagai imbas pandemi. Saat itu semua jenis angkutan, dan industri utama lain, perdagangan, tidak dapat bernapas karena adanya pembatasan pergerakan manusia.
Total pendapatan si flag carrier itu turun 70 persen karena pandemi dan saat itu nilai maskapai penerbangan kebanggaan – dari sisi prestis – itu minus tiga miliar dollar atau Rp 44,1 triliun. Normally Garuda sulit diselamatkan, bisa-bisa mengikuti langkah saudara tirinya, Merpati Nusantara yang sudah dibekap mati, dengan cara dipailitkan lewat pengadilan.
Namun yang terjadi, Garuda lolos dari kepailitan di sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jumat (17/6) dengan cara yang sangat dramatis, voting (pengambilan suara).
Sebanyak 347 atau 95,07 persen dari seluruh kreditur yang hadir dalam rapat PKPU, menyetujui rencana perdamaian (homologasi), dan sebanyak 15 kreditur (4,11 persen) menolak.
Menyetujui homologasi batasnya hanya 67 persen, tidak harus sampai 95 persen dari hak suara untuk ditetapkan. Namun akan menjadi tantangan berat bagi manajemen Garuda melaksanakan isi perjanjian perdamaian dalam bentuk rencana bisnis hingga 2030 sambil menyehatkan perusahaan.
Rencana bisnis yang disetujui berupa pembayaran kewajiban usaha melalui kas perusahaan, lalu kedua, melakukan konversi utang melalui ekuitas dan ketiga, restrukturisasi dalam bentuk menerbitkn surat utang baru maupun ekuitas. Rencana rinci pembayaran kepada kreditur juga berdasarkan klasifikasi utang, yang pertama kreditur dengan piutang Rp 255 juta akan dilunasi dengan dana kas perusahaan.
PMN Rp 7,5 triliun
Kreditur senilai di atas Rp 255 juta, para pemegang sukuk dan lessor pemberi sewa pesawat, akan mendapat kupon utang baru sebesar 825 juta dollar AS dan saham senilai 330 juta dollar AS. Kreditur perbankan dan BUMN akan diperpanjang tenornya menjadi selama 22 tahun dengan bunga 0.1 persen setahun.
Kata Irfan Setiaputra, Direktur Utama Garuda kepada media, rencana bisnis dibuat berdasarkan keuntungan karena sebagai BUMN Garuda dipercaya akan terus menguntungkan. Ia memastikan kepercayaan kreditur itu tidak akan disia-siakan.
Keyakinan Irfan ditunjang rencana pemerintah yang akan menyetorkan PMN (penyertaan modal pemerintah) sebesar Rp 7,5 triliun melalui skema penerbitan saham baru (right issue) pada triwulan ketiga tahun ini.
Saham pemerintah di Garuda pun akan naik dari 60,54 persen menjadi 65 persen, yang akan dilanjutkan dengan right issue berikut sebagai upaya menggalang dana dari mitra strategis sehingga saham Pemerintah RI akan tinggal 55 persen.
Harus dipahami, membuat Garuda menjadi perusahaan yang untung tidak semudah yang diucapkan, tidak semudah membalik telapak tangan. Garuda adalah salah satu BUMN yang terindikasi salah kelola dari sejak abad lalu, sama dengan Merpati Nusantara yang kemudian dibiarkan mati sambil meninggalkan utang sampai Rp 10 triliun dan utang kepada mantan karyawan.
Mengubah mental karyawan, jajaran direksi dan komisaris, dan yang pasti sikap pemerintah dalam mengelola BUMN ini dalam melawan korupsi yang konon sudah mendarah daging, bukan hal yang mudah. Beruntung cara korupsi satu per satu mulai dikuliti, dengan memunculkan nama-nama mantan-mantan petinggi Garuda, walau itu bukan jaminan generasi berikutnya jera.
Bagi Irfan Setiasaputra – belum tentu juga ia akan dipertahankan dua tiga tahun ke depan – atau jajaran direksi yang berikut, bagaimana ia bisa bekerja baik jika tim yang dibentuk yang dikirim kementerian terkait bukan tim yang solid. Para “star” yang duduk di jajaran direksi karena kepiawaiannya belum tentu cocok dengan langkah cepat direktur utama.
Berikan figur yang dikenalnya, bukan kucing dalam karung yang belum tentu bisa menyesuaikan diri dengan pencapaian target dalam waktu super cepat itu. Walau dia bintang di sektornya.
Terkini Lainnya
- Ini Dia, Jadwal Rilis Global dan Daftar HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS 2
- 2 Tim Indonesia Lolos Grand Final "Free Fire" FFWS Global 2024 di Brasil
- Hati-hati, Hacker Gunakan File ZIP untuk Menyusup ke Windows
- Dua Perangkat Apple Ini Sekarang Dianggap "Gadget" Jadul
- Valuasi Induk TikTok Tembus Rp 4.755 Triliun
- WhatsApp Siapkan Desain Baru, Ini Bocoran Tampilannya
- Headphone Vs Earphone, Mana yang Lebih Aman Digunakan?
- Apa Itu Rumus COUNT di Microsooft Excel dan Contoh Penggunaannya
- Bagaimana Cara Registrasi Kartu Telkomsel Baru?
- Arti Kata "Angst" Istilah Slang yang Sering Digunakan di Media Sosial
- Cara Menolak Otomatis Panggilan dari Nomor yang Disembunyikan di HP Android
- Cara Mengatasi Last Seen WhatsApp Tidak Berubah dengan Mudah dan Praktis
- Qualcomm Umumkan Chip Baru untuk Smart Home dan IoT
- Advan ForceOne Rilis di Indonesia, PC AIO dengan AMD Ryzen 5 6600H
- Dampak Memakai Headset Terlalu Sering dengan Volume Tinggi yang Penting Dihindari
- WhatsApp Rilis Fitur Sembunyikan "Last Seen" dari Kontak Tertentu
- Link Pendaftaran PPDB Jatim 2022 Tahap 1 Jenjang SMA dan SMK serta Jadwalnya
- Telegram Premium Resmi Meluncur, Ini Bedanya Dibanding Versi Biasa
- Hasil Final MSC 2022, RRQ Hoshi Tumbang RSG PH Juara
- Bitcoin Meredup ke Angka Rp 274 juta, Ethereum Ambles ke Rp 14 Juta per Keping