cpu-data.info

Saham Alphabet, Meta, Microsoft, dkk Ramai-ramai "Kebakaran", Ada Apa?

Ilustrasi perdagangan saham.
Lihat Foto

- Efek ekonomi dari kenaikan suku bunga acuan 0,5 persen yang diterapkan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) pada awal Mei lalu, tampaknya semakin terasa.

Bahkan pekan ini, indeks saham "S&P 500" di bursa saham AS terpantau melemah hingga 20 persen sejak angka tertingginya dalam beberapa bulan terakhir.

Berdasarkan data Marketwatch, harga saham S&P 500 kini berada di level 3.749 poin pada penutupan pasar Senin (13/6/2022), turun 3,9 persen dari perdagangan di hari sebelumnya.

S&P 500 adalah indeks yang terdiri dari saham 500 perusahaan terbesar dari berbagai sektor yang terdaftar di bursa saham Amerika Serikat.

Baca juga: Harga Bitcoin Anjlok 12 Persen, Terendah dalam 18 Bulan Terakhir

Harga saham perusahaan teknologi pun turut terdampak.

Salah satunya adalah Alphabet, induk dari perusahaan teknologi Google. Pantauan KompasTekno, Selasa (14/6/2022), harga saham dengan kode "GOOGL" ini turun 4,3 persen ke angka 2.127 dollar AS (sekitar Rp 31,3 juta) per lembar pada penutupan pasar Senin kemarin.

Harga saham Alphabet, Meta, dan Microsoft setelah penutupan pasar Senin (13/6/2022).Marketwatch Harga saham Alphabet, Meta, dan Microsoft setelah penutupan pasar Senin (13/6/2022).
Harga saham Meta Platforms dan Microsoft juga turun. Berdasarkan data Marketwatch, saham dari kedua perusahaan teknologi raksasa tersebut masing-masing turun 6,4 persen dan 4,2 persen.

Setelah penutupan pasar Senin kemarin, harga saham Meta sendiri berada di angka 164 dollar AS (sekitar Rp 2,4 juta) per lembar, sedangkan Microsoft berada di angka 242 dollar AS (sekitar Rp 3,5 juta) per lembar.

Harga saham Tesla, Netflix, dan Nvidia setelah penutupan pasar Senin (13/6/2022).Marketwatch Harga saham Tesla, Netflix, dan Nvidia setelah penutupan pasar Senin (13/6/2022).
Di samping ketiga perusahaan ini, ada pula tiga dari sekian banyak perusahaan teknologi lainnya yang penurunan harga sahamnya mencapai 7 persen. Mereka adalah Tesla (7,1 persen), Netflix (7,24 persen), dan Nvidia (7,82 persen).

Pasca penutupan pasar Senin kemarin, harga saham Tesla kini berada di angka 647 dollar AS (sekitar Rp 9,5 juta) per lembar, sedangkan harga saham Netflix dan Nvidia masing-masing berada di angka 169 dollar AS (sekitar Rp 2,4 juta) dan 156 dolar AS (sekitar Rp 2,2 juta) per lembar.

Baca juga: Saham Meta Anjlok, Kekayaan Zuckerberg Lenyap Rp 431 Triliun

Mengapa anjlok massal?

Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari CNBC, Selasa (14/6/2022), anjloknya harga saham perusahaan secara massal ini disebabkan oleh tiga indeks saham terbesar di bursa saham AS Wall Street turun.

Ketiga indeks saham tersebut salah satunya adalah S&P 500 tadi yang turun 3,9 persen ke angka 3.749 poin, lalu Dow Jones yang turun 2,8 persen ke angka 30.516 poin, dan Nasdaq yang anjlok 4,7 persen ke 10.809 poin.

Adapun menurunnya indeks dari ketiga saham gabungan tersebut dipengaruhi oleh kekhawatiran investor atas langkah The Fed yang bisa memicu resesi ekonomi AS.

Seperti disebutkan di atas, The Fed pada awal Mei lalu telah meningkatkan suku bunga acuannya sebesar 50 bps atau 0,5 persen.

Konon, suku bunga acuan tersebut akan kembali naik dalam beberapa pekan ke depan.

Pasalnya, The Fed belakangan rajin mengadakan beberapa pertemuan untuk "menjinakkan" laju inflasi tahunan AS yang sudah mencapai 8,6 persen.

Baca juga: Twitter dan Elon Musk Digugat Para Pemegang Saham, Ada Apa?

Pertemuan ini disebut bakal berujung pada kenaikan suku bunga acuan kembali sebesar 0,5 persen.

Bahkan sejumlah analis memprediksi bahwa The Fed akan lebih agresif terhadap kebijakan moneternya, dan mereka mungkin tak ragu menaikkan suku bunga acuan hingga 75 bps atau setara 0,75 persen.

Proyeksi itu sendiri dibuat sebagai respons dari indeks harga konsumen AS yang melesat 8,6 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Mei kemarin, yang berujung pada meningkatnya laju inflasi tahunan AS tadi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat