Awas, Spyware Predator di HP Android Bisa Rekam Percakapan
- Ponsel berbasis sistem operasi (OS) Android di sejumlah negara, termasuk Indonesia, disebut berpotensi terinfeksi spyware bernama "Predator".
Dalam sebuah posting di blog resmi, Grup Analisis Ancaman (Threat Analysis Group/TAG) dari Google mengungkapkan bahwa spyware Predator yang mengincar ponsel Android ini dapat merekam audio di ponsel korban.
Dengan begitu, hal tersebut memungkinkan peretas (hacker) menguping isi percakapan pengguna di ponselnya.
Tim TAG Google Christian Resell dan Clement Lecigne menjelaskan, pihaknya menemukan kerentanan (vulnerability) CVE-2021-1048 di Android pada 19 Mei 2022.
Baca juga: Ada Spyware Pegasus, Presiden Jokowi Diminta Tak Pakai WhatsApp
Kerentanan inilah yang dimanfaatkan hacker untuk menanamkan spyware Predator ke sejumlah ponsel Android.
Disebar lewat link di e-mail
Menurut Resell dan Lecigne, spyware Predator didistribusikan dengan menyamar sebagai tautan sekali klik (one-time link). Tautan itu dikirimkan kepada puluhan pengguna Android yang ditargetkan melalui e-mail.
Setelah di-klik, tautan mengarahkan target ke situs milik hacker terlebih dahulu tanpa disadari pengguna.
Di sinilah hacker menginfeksi perangkat Android dengan perangkat lunak berbahaya (malicious software/ malware) Alien. Malware Alien itulah yang membawa spyware Predator.
Setelah ditanami spyware Predator, tautan baru akan membawa target ke situs sebenarnya.
Baca juga: Apa Itu Spyware Pegasus dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Malware jenis spyware memang dikenal dirancang untuk memasuki perangkat, mengumpulkan data pengguna perangkat, dan mengirimkannya ke pihak ketiga tanpa persetujuan pengguna.
Spyware biasanya ditanamkan di perangkat tanpa sepengetahuan si pengguna secara eksplisit. Malware jenis ini dapat mencatat segala bentuk aktivitas di perangkat, mulai dari informasi pribadi hingga detail penjelajahan internet seperti kata sandi, nomor kartu kredit, dan kebiasaan berselancar.
Resell dan Lecigne mengungkapkan, spyware Predator dapat merekam audio perangkat, menyembunyikan aplikasi, serta menambahkan Otoritas Sertifikat (Certificate Authority/CA) untuk verifikasi situs tak kredibel.
Dalam posting blog yang sama, Resell dan Lecigne meyakini bahwa spyware Predator ini dirancang oleh perusahaan pengawasan komersial, bernama Cytrox.
Spyware Predator kemudian dijual ke berbagai pihak.
"Kami menilai kemungkinan aktor yang dibekingi pemerintah yang membeli eksploitasi ini beroperasi (setidaknya) di Mesir, Armenia, Yunani, Madagaskar, Pantai Gading, Serbia, Spanyol, dan Indonesia," kata Resell dan Lecigne, sebagaimana dikutip KompasTekno dari blog Google, Jumat (27/5/2022).
Terkini Lainnya
- Sony Aplha 1 II Diumumkan, Kamera Mirrorless dengan AI dan Layar Fleksibel
- Pengguna Threads Instagram Kini Bisa Buat Tab Feed Khusus Sendiri
- Waspada, Ini Bahayanya Menyimpan Password Otomatis di Browser Internet
- Tabel Spesifikasi Oppo Find X8 di Indonesia, Harga Rp 13 Jutaan
- Facebook Messenger Kedatangan Update Besar, Video Call Makin Jernih
- Apakah Aman Main HP Sambil BAB di Toilet? Begini Penjelasannya
- WhatsApp Rilis Fitur Voice Message Transcripts, Ubah Pesan Suara Jadi Teks
- Cara Mencari Akun Facebook yang Lupa E-mail dan Password, Mudah
- ZTE Nubia Z70 Ultra Meluncur, HP Bezel Tipis dengan Tombol Kamera Khusus
- Spesifikasi dan Harga Oppo Find X8 Pro di Indonesia
- Smartphone Vivo Y300 Meluncur, HP dengan "Ring Light" Harga Rp 4 Jutaan
- Oppo Find X8 Pro Punya Dua Kamera "Periskop", Bukan Cuma untuk Fotografi
- Ini Komponen Apple yang Akan Diproduksi di Bandung
- Inikah Bocoran Desain Samsung Galaxy S25 Ultra "Paling Dekat"?
- Jadwal M6 Mobile Legends, Fase Wild Card Hari Kedua
- Menyelisik Lebih Jauh Tantangan Cyber Ethics 4.0
- Update WhatsApp Ada Stiker "Stranger Things", Begini Cara Pakainya
- Samsung Galaxy M13 Meluncur dengan Kamera 50 MP, Ini Spesifikasinya
- Update Oppo Reno7 4G Perbaiki Hasil Foto Kamera Selfie
- TikTok Uji Coba Fitur "Live Subscription", Cara Baru Kreator Cari Uang