cpu-data.info

Titik Mula Sandyakalaning Meta?

ilustrasi nama perusahaan baru Facebook, Meta
Lihat Foto

LAGI, nilai valuasi saham Facebook atau yang telah berganti nama menjadi Meta, anjlok 251 miliar dollar AS pada awal perdagangan bursa saham pada 3 Februari lalu, sebelum terpangkas menjadi sekira 195 miliar dollar AS.

Tak pelak, hal ini mengguncang banyak pihak, khususnya para investor institusi. Inilah nilai penurunan terbesar dalam sejarah yang pernah terjadi hingga saat ini, tak hanya di pasar Amerika, tetapi juga dunia!

Sebelumnya, pada 2018 lalu, saham Facebook juga pernah mengalami penurunan tajam sebesar 19 persen dalam sehari.

Demikian pula saham Apple pernah anjlok tak kurang dari 180 miliar dollar AS pada 3 September 2020.

Adapun saham Microsoft sempat terjun bebas senilai 178 miliar dollar AS pada 16 Maret 2020.

Tak urung ‘Ada apa dengan Meta?’ adalah tanya yang banyak mengelayuti benak investor dan analisis di muka bumi selepas rontoknya harga saham Facebook, termasuk mempertanyakan keberlanjutan eksistensinya.

Tak kurang analis dari Moffet Matheson, sebuah entitas yang secara khusus fokus dalam melakukan aneka kajian dalam ranah media dan komunikasi digital.

Michael Nathanson secara tajam menulis: apakah ini adalah awal dari berakhirnya era kejayaan Meta yang baru secara resmi dideklarasikan sang pendiri di kuartal terakhir 2021 lalu?

Tentu, sangatlah ironis bila fenomena ini menjadi titik-balik dari keberadaan Meta yang telah mengharu-biru dunia dengan maraknya metaverse sebagai masa depan dunia maya.

Tentu juga, masihlah terlalu dini guna menyimpulkan bahwa hal ini adalah awal kejatuhan bisnis Facebook yang memang telah memasuki masa-masa maturity.

Bila ditelisik lebih jauh, terungkaplah data bahwa jumlah pengguna aktif harian Facebook turun untuk pertama kalinya, dari 1,93 miliar pada kuartal III 2021 menjadi 1,929 miliar akhir tahun lalu.

Nilai pasar perusahaan induk, Meta, anjlok 251,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 3.613 triliun.

Salah satu akar masalah alias biang kerok yang dituduh sebagai biang penurunan jumlah pengguna aktif ini adalah kian mahalnya harga paket internet di India yang merupakan pengguna nomor wahid di dunia, selain Indonesia tentu saja.

Selain itu, dalam nuansa persaingan geo-ekonomi politik global, makin melejitnya penggunaan aplikasi video pendek asal China, TikTok, telah memainkan peran makin signifikan dalam menggerus masifnya jumlah pengguna aktif harian Facebook.

Hal ini diakui sendiri oleh sang CEO Mark Zuckerberg sebagaimana dikutip dalam USA Today.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat