Kumpulkan Data Pengguna, Software Editing Audio Audacity Dituding Jadi Spyware

- Pertama kali dirilis 21 tahun lalu, Audacity adalah salah satu software audio editing terpopuler. Setelah diakuisisi oleh Muse Group pada April 2021, perangkat lunak ini dijanjikan bakal tetap gratis dan bersifat open source.
Namun, pengguna agaknya mesti tetap "membayar" Audacity dengan cara lain. Pasalnya, Audacity belakangan menyatakan bakal mengumpulkan data pengguna dan membagikannya dengan pihak-pihak tertentu.
Berdasarkan laman kebijakan privasi Audacity yang baru, data yang dihimpun mencakup nama dan versi sistem operasi dari perangkat pengguna, negara tempat pengguna berada berdasarkan alamat IP, serta CPU perangkat.
Baca juga: Internet Sudah 5G, Apa Kabar RUU Perlindungan Data Pribadi?
Data soal kode error dan laporan crash pada software juga dikumpulkan, juga "data yang diperlukan untuk penegakan hukum, litigasi, dan permintaan pihak berwenang (jika ada)".
Disebutkan bahwa data ini nantinya bisa dibagikan ke sejumlah pihak, termasuk karyawan, penasihat, serta perwakilan humum Muse Group, berikut "pembeli potensial" terkait kemungkinan pembelian bisnis Muse Group di masa mendatang, selain pihak otoritas
"Semua data Anda disimpan dalam server kami di wilayah ekonomi Eropa (EEA). Namun, kami kadang perlu membagikan data pribadi Anda dengan kantor utama kami di Rusia dan perwakilan eksternal di Amerika Serikat," sebut Muse Group.
Perubahan kebijakan privasi Audacity keruan saja memantik kontroversi dan protes dari kalangan pengguna. Sebagian bahkan menuding bahwa software tersebut sekarang sudah berubah menjadi spyware alias program mata-mata pengumpul data.
Alasannya tak lain karena mekanisme pengumpulan dan pembagian data tadi. Fosspost, misalnya, menyebutkan bahwa alamat IP pengguna disimpan selama 1 hari di server Audacity sebelum diamankan dengan hash.
Baca juga: Data Pengguna Dijual Online, Ini Tanggapan LinkedIn
Dengan demikian, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Selasa (6/7/2021), bisa saja pengguna Audacity diidentifikasi apabila ada kalangan pemerintah yang meminta data sebelum periode 1 hari tersebut berakhir.
Komunitas developer open source di beberapa forum online seperti Github dan Reddit sudah mulai menyuarakan seruan untuk beralih mengembangkan software audio editing baru menggunakan kode Audacity.
Terkini Lainnya
- Mencoba MSI Claw 8 AI Plus, Konsol Gaming Windows 11 dengan Joystick RGB
- Cara Pakai WhatsApp Bisnis buat Promosi UMKM
- Cara Buat Kartu Ucapan Ramadan 2025 untuk Hampers lewat Canva
- Databricks Ekspansi ke Indonesia: Buka Potensi AI dan Pengelolaan Data
- GPU Nvidia RTX 5070 Ti Mulai Dijual di Indonesia, Ini Harganya
- Oppo Rilis Case dan Wallet Edisi Timnas Indonesia untuk Reno 13 F 5G
- 5 Aplikasi Al Quran untuk Mengaji Selama Puasa Ramadhan 2025
- Akamai Rilis Laporan "Defender Guide 2025" untuk Mitigasi Ancaman Siber
- Layanan Indosat HiFi Dikeluhkan Gangguan, Ada yang Sampai 9 Hari
- Cara Melihat Password WiFi di Laptop Windows 11 dengan Mudah dan Praktis
- Tabel Spesifikasi Nubia V70 Design di Indonesia, Harga Rp 1 Jutaan
- Google Bawa Fitur ala Circle to Search ke iPhone
- Microsoft Umumkan Muse, AI untuk Bikin Visual Video Game
- Chatbot AI Grok Jadi Aplikasi Terpisah, Bisa Diunduh di HP dan Desktop
- Perbedaan Spesifikasi iPhone 16 Vs iPhone 16e
- Kompetisi Game "Call of Duty Mobile" Kelas Dunia Dibuka, Berikut Cara Daftarnya
- Grup WA Aktif dan Boros, Begini Cara Cepat Menghapus Foto dan Video di WhatsApp
- Cara Kirim Foto di WhatsApp Tanpa Mengurangi Kualitas Aslinya
- Oppo Disebut Kembangkan Prosesor Gambar Sendiri
- Xiaomi Siapkan Ponsel Lipat Pesaing Samsung Galaxy Z Flip?