HMD Global Akui Penamaan Ponsel Nokia Membingungkan
- Saat masih merajai industri ponsel dunia, Nokia kerap menggunakan kombinasi maksimal empat angka untuk menamai ponselnya. Sebut saja Nokia 7610, 5300, atau 3660.
Mungkin saat itu masih cukup mudah diingat konsumen karena jumlah unit ponsel yang beredar di pasaran tidak membludak seperti sekarang.
Dengan banyaknya ponsel yang beredar saat ini, tentu dibutuhkan skema penamaan yang simpel dan mudah diingat.
Sayangnya, Nokia masih punya masalah soal skema penamaan ponsel. Memang penamaan dengan deretan angka sudah ditanggalkan, tapi HMD Global selaku induk Nokia, masih kesulitan memberikan nama seri ponsel yang mudah diingat konsumennya.
Masalah ini diakui oleh GM Global Portfolio HMD Global, Pranac Sharoff.
Baca juga: Selisih Harga Hanya Rp 100.000, Ini Bedanya Nokia 4.2 dan Nokia 3.1
"Kami berutang pada konsumen kami - dan semua orang - untuk memastikan (portofolio produk) jelas. Jika kami tidak membuatnya jelas dan saya setuju memang kita membuatnya jadi membingungkan, nantinya hal itu akan kami perbaiki lebih baik lagi," aku Shroff.
Masalah ini mungkin harus segera dipecahkan mengingat secara kuantitas, HMD terbilang cukup subur dengan menelurkan 12 atau 13 produk dalam setahun.
Sumber Kebingunan
Shroff pun merunut masalah ini. Menurutnya, pada tahun 2017, penamaan ponsel Nokia masih jelas dan mudah diingat, seperti Nokia 5, Nokia 6, Nokia 8, dan Nokia 2. Tahun 2018 HMD Global mulai ganti strategi.
Mereka mencanangkan misi "ponsel Nokia untuk semua orang" dengan menelurkan ponsel di setiap segemen, mulai dari Nokia 1 di entry level hingga Nokia 8 Sirocco untuk segmen high end. Ketidakjelasan penamaan mulai terasa saat HMD Global memutuskan embel-embel "Plus" untuk Nokia 7 yang rilis di paruh kedua 2018.
"Jika dilihat ke belakang, inilah saat kami membuat kebingungan," aku Shroff.
Baca juga: Nokia X71 Resmi, Punya 3 Kamera dan Layar Berlubang
Kala itu, banyak yang menduga bahwa Nokia 7.1 yang dirilis Oktober 2018 akan menjadi penerus Nokia 7 Plus yang dirilis bulan Februari. Tapi yang justru terjadi adalah spesifikasi dan harga Nokia 7.1 di bawah Nokia 7 Plus.
Shroff pun menjelaskan bahwa penerus Nokia 7 Plus adalah Nokia 8.1, dan mengakui seharusnya mereka menamakannya Nokia 8. Ketidakjelasan penamaan seri ponsel Nokia secara tidak langsung juga membuat HMD Global merugi.
Shroff menyontohkan Nokia 3 lama yang seharusnya sudah hilang di pasaran dan digantikan Nokia 3 model baru. Banyak konsumen yang tidak tahu bahwa spesifikasi yang dibawa model baru ini sangat berbeda dengan Nokia 3 model lama.
"Saya ragu apabila konsumen paham bahwa ini model yang lama dan ini model yang baru, ini hadir dengan OS baru. Jadi ya, itu memang tidak jelas dan kami harus membuatnya lebih baik," jelas Shroff, dilansir KompasTekno dari Gadgets 360, Selasa (11/6/2019).
Ia berjanji bahwa perusahaannya akan menggunakan model penamaan ponsel yang lebih sederhana dan mudah dipahami.
"Kami punya PR yang harus dikerjakan di sana (penamaan ponsel) jika kami tidak membuatnya cukup baik, sebagaimana yang saya lihat. Ya, strategi (kedepan) adalah membawa simplisitas yang selalu kami inginkan," imbuh Shroff.
Terkini Lainnya
- Game "Final Fantasy XVI" Meluncur di PC, Ini Harganya di Indonesia
- Temui Menkominfo, Bigo Live Nyatakan Komitmen Keamanan Konten dan Investasi di Indonesia
- Instagram Rilis Akun Khusus Remaja, Interaksi Bisa Lebih Privat dan Aman
- 27 iPhone yang Kebagian iOS 18
- Samsung Galaxy F05 Meluncur, HP Murah dengan Kamera 50 MP
- Sejarah Urutan Versi Android dari Paling Awal hingga Terbaru
- Bisnis Game Lebih Cuan dari Streaming Video dan Musik, Menurut Riset
- Kenapa TWS di MacBook Terus Putus-putus? Begini Cara Mengatasinya
- AMD dan Intel Rebutan Bikin Chip untuk PS6, Siapa Pemenangnya?
- 6 Tips biar HP Xiaomi Tidak Lemot dan Lancar
- Harga dan Spesifikasi nubia V60 Design di Indonesia
- iOS 18 Sudah Tersedia, Apakah iPhone 11 Bisa Update?
- Intel dan Amazon Kerja Bareng Kembangkan Chip untuk AI
- Daftar iPhone yang Tak Kebagian iOS 18
- Belum Resmi Dirilis, Samsung Galaxy S24 FE Segera Masuk Indonesia?