cpu-data.info

Facebook Hapus Jutaan Akun Palsu dan Propaganda Teroris

Gambar yang diambil pada 20 November 2017 ini menunjukkan logo Facebook, layanan media sosial yang berbasis di Amerika Serikat.
Lihat Foto

- Facebook seringkali mendapat kritikan pedas karena dianggap menjadi tempat bermuaranya ujaran kebencian, kabar hoaks, hingga propaganda.

Karena itulah Facebook mulai mengambil tindakan tegas terhadap konten-konten yang melanggar aturan.

Dalam laporan yang dipublikasi di halaman Facebook Transparency, pada kuartal pertama 2018 ini Facebook tercatat telah menutup sebanyak 583 juta akun palsu dan 837 juta postingan spam.

Menurut pihak Facebook, tindakan tegas ini diambil guna terus meminimalisasi pengaruh-pengaruh negatif yang dimunculkan di antara publik atau pengguna.

"Ini adalah awal dari perjalanan dan bukan akhir dari perjalanan. Kami mencoba untuk menjadi seterbuka mungkin," ungkap Richard Allan, Wakil Presiden Kebijakan Publik Facebook untuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika.

Sebagaimana dikutip KompasTekno dari The Guardian, Kamis (17/5/2018), jenis konten yang dimoderasi oleh Facebook bukan hanya akun palsu dan postingan spam.

Facebook juga memoderasi 2,5 juta ujaran kebencian, 1,9 juta bagian propaganda terorisme, 3,4 juta visualisasi kekerasan, dan 21 juta konten dewasa dan aktivitas seksual.

"Kami terus melakukan pembersihan sepanjang 18 bulan terakhir, baik dengan memberi peringatan pada konten yang ditengarai melanggar atau menghapus konten tersebut secara langsung. Laporan dari para pengugna pun cukup membantu tim kami memahami apa yang terjadi," ungkap Guy Rosen Vice President Product & Management Facebook.

Untuk beberapa kasus, sistem algoritma keamanan Facebook sendiri dapat memindai serta menemukan konten yang melanggar aturan sebelum pengguna lain melaporkannya.

Berdasarkan data, sistem algoritma ini hampir 100 persen tepat dalam menemukan konten spam dan propaganda terorisme. Kemudian dalam memindai akun palsu sistem ini memiliki ketepatan 99 persen dan 96 persen postingan aktivitas seksual.

Sayangnya, untuk mengidentifikasi konten berbau kekerasan, sistem ini baru mencapai angka ketepatan 86 persen. Sistem ini pun masih lemah dalam mengenali postingan berbau ujaran kebencian. Berdasarkan laporan hanya ada sekitar 38 persen ujaran kebencian yang bisa dipindai dengan tepat oleh sistem ini.

Facebook sendiri memang telah membuat langkah untuk meningkatkan transparansi dalam beberapa bulan terakhir.

Pada bulan April kemarin, perusahaan merilis pedoman komunitas kepada publik. Pedoman ini berisi apa saja yang diizinkan dan dilarang oleh Facebook untuk dipublikasikan oleh pengguna.

Baca juga: 1 Juta Akun Facebook di Indonesia Bocor, Ini Link untuk Mengeceknya

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat