cpu-data.info

Google Duplex, AI Serupa Manusia dalam Percakapan

Kotak wempat pensil warna-warni disusun membentuk logo Google di kantor Google Indonesia, Jakarta (28/5/2015)
Lihat Foto

 

- “Hai, umm.. saya mau melakukan reservasi meja,” bunyi suara seorang lelaki di ujung telepon. “Untuk tujuh orang?” tanya staf restoran yang dihubungi, dalam bahasa Inggris berlogat China. “Umm.. untuk empat orang,” jawab si lelaki tadi dengan gumaman di awal kalimatnya, seolah agak ragu.
 
Sepintas tak ada yang aneh dengan percakapan di atas. Terdengar biasa saja layaknya pelanggan yang sedang memesan tempat di restoran. 
 
Eit, jangan keliru, si lelaki penelepon bukanlah manusia, tapi sebuah program kecerdasan buatan. Tepatnya, fitur baru untuk Google Assistant bernama “Duplex”, yang dipamerkan dalam ajang Google I/O di Amerika Serikat pekan lalu.
 
Ajaibnya, suara dan bahasa si “lelaki” terdengar sangat natural, luwes bercakap-cakap seperti orang sungguhan, alih-alih bagai robot yang kaku. “Dia” pun bisa memahami kata-kata lawan bicaranya di telepon dengan lancar.
 
“Empat orang... kapan... tanggalnya, malam?” staf restoran kembali bertanya dengan sedikit terpatah-patah. Bukan masalah buat sang robot yang langsung menjawab dengan cepat. “Rabu, jam enam sore,” tukasnya. 

Baca juga: Nuansa Ceria dan Muda di Kantor Baru Google Indonesia

 
Percakapan berubah menjadi makin kompleks, karena staf restoran meminta sang robot untuk langsung datang saja. Google Duplex lalu bertanya berapa lama biasanya “waiting list” di restoran tersebut. Begitu dijawab restoran tak begitu ramai di Rabu sore, sang robot pun mengerti dan mengakhiri pembicaraan, tak lupa sambil mengucap “bye”.
 
Belum siap
 
Komputer atau program yang bisa bercakap-cakap secara natural dengan manusia adalah impian yang sudah lama ditampilkan di film-film fiksi ilmiah. Google Duplex mendemonstrasikan bahwa mimpi tersebut semakin dekat menjadi kenyataan.
 
Dalam sebuah posting di blog miliknya, Google menjelaskan bahwa sang kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) tadi mampu bercakap-cakap dengan manusia lantaran sudah “dilatih” sebelumnya. Duplex dirancang untuk melakukan hal-hal spesifik, seperti meminta informasi dari restoran tadi.
 
“Untuk tugas-tugas macam ini, sistem (Duplex) membuat percakapan jadi senatural mungkin, sehingga manusia lawan bicara bisa bercakap-cakap seperti dengan orang lain saja, tanpa perlu menyesuaikan diri dengan mesin,” tulis Google.

Senatural mungkin

 
Di balik Duplex terdapat serangkaian teknologi yang digunakan, agar program bisa mengerti bahasa dalam percakapan sehari-hari yang bersifat lebih acak, lebih cepat diucapkan, dan lebih tergantung konteks, dibandingkan pembicaraan dengan komputer dalam bahasa yang disederhanakan.
 
Google menerapkan Recurrent Neural Network (RNN) yagn dibangun dengan framework TensorFlow Extended. Automatic Speech Recognition dipakai untuk memahami kata-kata yang diucapkan lawan bicara.

Lalu, engine text to speech dipakai untuk mengontrol intonasi suara. Ada juga penambahan gumaman dan jeda antar kata, agar suara terdengar lebih natural, seperti manusia sungguhan saat berbicara. 

 
Sayang, untuk saat ini Duplex masih belum siap. “Kami masih terus mengembangkan teknologi ini,” ujar CEO Google, Sundar Pichai, ketika berbicara di panggung acara Google I/O, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Mobile Syrup, Jumat (11/5/2018).
 
Duplex rencananya bakal diterapkan untuk pengguna umum dan bisnis. Untuk kalangan bisnis, ia bisa dipakai sebagai customer service, misalnya dalam menangani booking.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat