cpu-data.info

Upaya Mempopulerkan Gamer Sebagai Profesi Pilihan di Indonesia

Dispora Surakarta, Suhanto dalam menjawab tantangan eSport dalam persepsi masyarakat Indonesia.
Lihat Foto

SOLO, - Bagi kebanyakan anak di Indonesia, bermain game berjam-jam di depan layar komputer seringkali berhadiah nasihat yang panjang dari sang orang tua. Main game di Tanah Air masih dianggap hiburan sesaat dan tak berfaedah.

Namun, kini muncul fenomena baru yang harus diketahui bahwa bermain game pun bisa menjadi profesi idaman dengan bayaran yang fantastis.

Salah satu fenomena tersebut adalah e-sport yang hadir di tengah hiruk pikuk digitalisasi. E-sport merupakan olahraga digital yang terorganisir dengan pelatihan khusus seperti halnya atlet profesional sepak bola, bulutangkis, ataupun basket.

Atlet e-sport pun dibayar secara profesional dengan bayaran yang tinggi untuk bermain game. Sayangnya, gaung e-sport masih cukup asing terdengar bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Menjadikan olahraga hiburan ini diterima sebagai sebuah profesi di masyarakat khususnya orang tua pun memiliki tantangannya sendiri.

"Ini merupakan pekerjaan yang harus kita selesaikan bersama. Untuk mempercepat program ini (memperkenalkan e-sport) salah satu caranya adalah dengan kerja sama antara iCafe (Internet Cafe) yang menggandeng institusi pemerintah maupun pendidikan", jelas perwakilan Dinas Pemuda dan Olahraga Surakarta Suhanto dalam acara Media Briefing Nvidia, Selasa (24/10/2017) di Posedion Game Arena, Solo, Jawa Tengah.

Kepada KompasTekno, Suhanto menambahkan dengan menggandeng institusi, orang tua akan lebih mudah memahami dan percaya pada program e-sport. Ia juga mengatakan bahwa sosialisasi dari media sangat besar pengaruhnya untuk perkembangan e-sport Indonesia.

Baca juga: "Rekor Baru, Hadiah Kompetisi "Dota 2" Capai Rp 277 Miliar"

Setali tiga uang dengan Suhanto, Kepala Sekolah SMA 2 Batik Surakarta menyambut hangat e-sport di Indonesia ini. Ia bahkan menyampaikan bahwa ada kemungkinan akan diadakan ekstrakulikuler e-sport di sekolahnya.

"Mungkin akan dibuat ekstrakulikuler suatu saat nanti. Bagi para siswa boleh saja bermain asal tidak memakai seragam dan tidak bermain saat jam pelajaran", ujarnya.

Di negara yang sudah menjadikan gamer sebagai sebuah profesi mereka juga membuat skema pembinaan yang profesional pula. Untuk menjadi gamer profesional, seseorang akan dibina dalam bermain game selama 8 jam dengan beberapa kali sesi istirahat.

Seperti atlet olahraga konvensional mereka pun melakukan olahraga ringan dan pola makan serta takaran gizinya sangat diperhatikan.

Mendapat dukungan pemerintah Indonesia

Di Asia Tenggara, Indonesia masih terbilang cukup tertinggal dibanding negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina, maupun Singapura dalam perkembangan e-sport.

Namun, Presiden Joko Widodo telah memberikan harapan bagi para pelaku industri gaming. Dalam pidatonya di pembukaan Pasanggirinas dan Kejurnas Silat ASAD 2017 di Jakarta Timur bulan Agustus lalu, Jokowi menyampaikan agar pendidikan Indonesia membuka kejuruan e-sport.

Jokowi menyadari bahwa dunia pendidikan Indoensia harus mengakomodasi kebutuhan dunia yang dinamis saat ini.

Perhatian Jokowi terhadap e-sport dibuktikan dengan akan diadakannya eksibisi e-sport di Asian Games 2018 di Indonesia untuk pertama kalinya di dunia. Eksibisi ini akan dibantu pengelolaannya bersama organisasi e-sport Indonesia atau IeSPA.

Baca juga: “E-Sport”, Hadiah Besar, dan Olimpiade Paris...

"Jika e-sport hadir di Asian Games, maka orang tua akan percaya bahwa e-sport memang olahraga. Orang tua akan lebih percaya jika sudah ada contoh nyata prestasi yang dihasilkan oleh para pemain eSport", imbuh Haryono Kartono selaku Country Business Nvidia Indonesia dalam acara yang sama.

Kepada KompasTekno, Haryono menjelaskan bahwa dengan adanya iCafe yang bersertifikasi internasional, terorganisir dan dikelola secara positif maka akan muncul atlet e-sport yang profesional.

Menurut Haryono, e-sport merupakan profesi baru yang menjanjikan. Berangkat dari hobi bermain game, lalu di bayar dengan gaji yang jauh dari upah minimum regional (UMR) kota manapun di Indonesia, sudah selayaknya e-sport mendapat persepsi baru di masyarakat Indonesia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat