Google Lindungi Jurnalis dari Serangan Cyber Terbesar Sepanjang Sejarah

- Minggu lalu, situs milik jurnalis spesialis keamanan internet Brian Krebs mengalami serangan setelah menurunkan laporan tentang penjual jasa hacking vDOS asal Israel. Penyerangan dengan modus distributed denial of service (DDoS) itu disebut sebagai serangan terbesar sepanjang sejarah.
DDoS adalah teknik membanjiri situs web dengan trafik palsu dari komputer yang terinfeksi “bot” sehingga tak bisa diakses oleh pengunjung dan menyebabkan overload server.
Penyedia layanan cloud hosting Akamai Technologies yang menaungi situs Krebs di alamat Krebsonsecurity.com akhirnya menyerah. Situs web itu pun tumbang.
Namun keadaan tersebut tak berlangsung lama. Awal minggu ini, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Fortune, Minggu (2/10/2016), situs Krebs sudah kembali online, setelah dia memperoleh “bekingan” dari Google.
“Dengan senang hati saya mengumumkan bahwa situs sudah bisa diakses kembali. Kali ini di bawah Project Shield,” tulis Krebs dalam sebuah posting.
Project Shield adalah proyek yang dijalankan oleh perusahaan induk Google, Alphabet, melalui salah satu subsidiary bernama Jigsaw.
Project Shield bertujuan melindungi kebebasan berekspresi di internet, baik yang diutarakan oleh jurnalis, pihak lain, seperti blogger atay aktivis hak asasi manusia, atau situs poling politik supaya tak diberangus oleh pihak lain yang tidak suka dengan isi situs web.
Situs yang bernaung di bawah Project Shield dilindungi dari serangan DDoS dengan beberapa mekanisme, termasuk menyaring trafik dan menyediakan fasilitas caching website di server Google untuk “menyerap” gelombang serangan.
Google menyediakan layanan Project Shield secara cuma-cuma alias gratis.
Serangan terbesar

Bahkan, banjir DDoS ke situs Krebs tercatat sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Akamai dengan angka 620 Gbps, jauh di atas rekor sebelumnya sebesar 363 Gbps.
Serangan DDoS kerap digunakan sebagai mekanisme “sensor” oleh pihak-pihak tertentu di internet untuk membungkam sebuah situs supaya tidak bisa diakses.
Dari mana asalnya serangan tersebut? Krebs mengatakan bahwa ada indikasi penyerang situsnya memanfaatkan perangkat IoT.
Perangkat-perangkat IoT ini banyak terdapat di berbagai tempat, misalnya router, IP camera, hingga pemutar video yang terkoneksi ke internet dan rentan diretas.
Para penyerang membangun pasukan berisi perangkat-perangkat IoT dari seluruh dunia yang dijadikan “zombie”, untuk melancarkan serangan besar dalam waktu bersamaan secara terus menerus.
“Analoginya seperti stok ’stormtrooper’ (pasukan pihak antagonis dalam film Star Wars) tak terbatas yang bisa disuruh menyerang kapan pun dikehendaki,” tulis Krebs.
Terkini Lainnya
- Hands-on Samsung Galaxy A26 5G, HP Rp 3 Jutaan dengan Desain Elegan
- Harga iPhone XS dan XS Max Second Terbaru April 2025, Mulai Rp 4 Jutaan
- Daftar HP yang Support E-SIM XL buat Migrasi Kartu SIM
- Cara Mengatasi Gagal Aktivasi MFA ASN Digital karena Invalid Authenticator Code
- Cara Beli E-SIM Indosat dan Mengaktifkannya
- 75 Twibbon Paskah 2025 untuk Rayakan Kebangkitan Yesus Kristus
- Infinix Note 50s 5G Plus Meluncur, Smartphone dengan Casing Unik yang Wangi
- Jadwal MPL S15 Hari Ini, "Derby Klasik" RRQ Hoshi Vs Evos Glory Sore Ini
- Tablet Motorola Moto Pad 60 Pro dan Laptop Moto Book 60 Meluncur, Daya Tahan Jadi Unggulan
- WhatsApp Siapkan Fitur Baru, Orang Lain Tak Bisa Simpan Foto dan Video Kita
- Ini Perkiraan Harga iPhone Lipat Pertama
- 7 Penyebab Battery Health iPhone Turun Drastis yang Perlu Diketahui
- Google Tiru Fitur Browser Samsung Ini untuk di Chrome
- Cara Beli E-SIM Tri, Harga, dan Aktivasinya
- 2 Cara Mengaktifkan E-SIM XL dengan Mudah dan Praktis